CHAPTER 10

CANDY JELLY LOVE

CHAPTER 10

-Introducing the Candy-

 

Jinyoung kembali menghilang pada jam istirahat. Aku sudah tidak heran lagi. Dia pasti sedang bersama Mijoo. Kalau sampai mereka tidak jadian, aku akan memarahi Jinyoung. Wah.. cinta SMA memang paling indah. Aku tak tahu harus kemana. Aku iseng pergi ke kelas Hoya. Aku mengintip ke dalam kelasnya melalui jendela. Tidak ada Hoya. Hanya ada beberapa murid. Ketika aku akan pergi, aku sadar bahwa di sana ada Kei. Aku langsung bergegas masuk ke dalam kelas itu. Ku dekati Kei.

“Hoya tidak ada di sini?” aku bertanya ke Kei yang sedang duduk.

“Tidak ada. Mungkin ke kantin bersama Dongwoo.”

“Baiklah. Kalau begitu aku mencari kamu saja.”

“Eh?” dia kaget.

“Aku sedang tidak ada tujuan. Temanku Jinyoung entah kemana. Jadi aku ke sini mencari Hoya. Dan ternyata dia tidak ada juga. Ya sudah, aku mengobrol denganmu saja. Aku tidak mengganggu kan?”

“Tidak. Duduklah. Ada apa?”

Keinginanku untuk mengajaknya keluar harus aku ungkapkan.

“Kau sibuk tidak? Emm.. aku mau mengajakmu jalan – jalan. Terserah kau bisanya kapan.”

“Sore ini. Bagaimana?” dia menjawab segera.

“Kau mau? baiklah. Sore ini. Nanti aku hubungi kau lagi ya?”

“Baiklah. Sudah selesai?” dia bertanya karena aku sudah berdiri dari kursiku dan siap meninggalkan kelas.

“Sudah. Aku pergi dulu. Sebentar lagi mau masuk.”

Aku keluar kelas dengan senyuman. Aku tak menyangka keberanianku begitu tinggi. Biasanya aku sedikit malu. Aku mencapai kelasku tepat ketika bel berbunyi. Murid – murid kelas kami telah masuk. Jinyoung terlihat paling terakhir masuk kelas.

“Sudah bertemu Mijoo?”

“Sudah. Pacaran di sekolah itu tak enak. Harus sedikit sembunyi – sembunyi.”

“Hey, aku ada berita bagus.”

Jinyoung mendekatkan mukanya. “Apa? Apa?”

“Nanti sore aku akan jalan – jalan dengan Kei. Well, tapi ini mungkin bukan kencan.”

“Kalian berdua?”

“Iya.”

“Itu namanya kencan bodoh. Sebut saja begitu. Kau mau mengajaknya kemana?”

“Bukan, Cuma jalan – jalan.Mungkin ke coffee shop saja.”

Kami berbicara secara pelan karena aku tidak mau terdengar murid yang lain.

“Good luck. Nikmati kencanmu.”

“Bukan kencan.” Aku menekankan.

“Terserah.” Kata – kata Jinyoung mengakhiri pembicaraan kami karena guru kami sudah masuk ke kelas. Aku baru tersadar kalau tadi Jinyoung mengatakan bahwa pacaran di sekolah itu tak enak. Apakah dia sudah pacaran? Ketika aku memanggilnya dan ingin menanyakan itu; aku disuruh diam olehnya karena takut dimarahi oleh guru. Jadi aku tampung pertanyaanku dan akan ku tanyakan lain kali.

 

Aku telah memakai kemeja rapi dan tidak lupa juga jaket yang tebal biar tetap hangat.

“Hallo Kei. Jadikan kita pergi?”

Kei menjawab “Jadi. Aku sudah siap.”

“Aku menjeputmu atau bagaimana?”

“Kita langsung bertemu saja di coffee shop itu.”

“Baiklah kalau begitu. See ya.”

Telepon telah ditutup. Aku menyemprotkan parfum ke tubuhku. Harus wangi.

Aku keluar pagar rumah. Ibuku sempat bertanya tadi aku mau kemana. Aku jawab saja mau bertemu klien dan dia bilang kalau aku pasti ingin bertemu dengan seorang gadis. Ibuku tahu karena aku wangi dan rapi. Langkah gembiraku terhenti ketika Jinyoung menelponku.

“Ada apa Jinyoung?”

“Selamat berkencan. Hohoho..” dia menggodaku.

“Sudah sudah.. aku mau menaiki bus.” Aku langsung menutup telepon

 

Kei sudah duduk manis ketika aku mendorong pintu masuk coffee shop itu.

“Aku terlambat ya?” Aduh, kesan pertamaku tidak bagus. Terlambat.

“Tidak juga. Aku sampai beberapa menit sebelummu.” Dia tersenyum.

“Kau sudah memesan?”

“Belum.”

“Kau mau apa?”

“Americano tanpa gula.”

“Baiklah.” Aku menuju tempat pemesanan.

“Aku pesan Americano 2 gelas. Panas.”

“Baik; yang lainnya?” pelayan itu bertanya.

“Red Velvet satu potong.”

“Jadi semuanya 25.000 Won.”

Aku mengeluarkan uang 50.000 Won hasil aku menabung.

Aku berdiri menunggu sembari pesanan sedang dibuatkan. Kei sedang memainkan smart phone-nya dari kejauhan. Aku terus memandangnya. Ada sesuatu yang indah darinya. Ya, itunya indah. Lamunanku buyar ketika pelayan itu memberikan pesananku. Aku kembali ke mejaku dengan membawa pesanan.

“Ini Americano-mu dan ini Red Velvet.” Aku menaruh Americano dan Red Velvet ke hadapan Kei.

“Aku tidak memesan Red Velvet.”

“Itu bonus karena mau aku ajak keluar.”

Dia tersenyum. Lalu diambilnya garpu kecil dan dia memotong kecil bagian Red Velvet itu dan memasukkan ke mulutnya. “Hmm.. enak. Kau mau?” dia menawariku.

“Tidak, nikmati saja.” Aku tersenyum.

“Bisa – bisanya kau menyuruhku gendut. Hehe. ” Dia tertawa renyah.

Aku meniup Americano panasku. Lalu aku menyesap minuman itu ke mulutku. “Pahit.” Gumamku dalam hati. Pahit seperti kehidupan. Aku tak sadar bahwa aku tersenyum karena kata – kata tadi.

“Kamu kenapa tersenyum?” Kei bertanya heran.

“Ah, tidak apa – apa. Mungkin karena minuman ini. Pahit.”

“Iya, aku tidak suka dicampur gula atau maple syrup. Aku suka pahit, seperti kehidupan.”

Kok dia tahu apa yang aku pikirkan tadi?

“Jadi, apa hobbimu?” aku mulai menggulirkan pertanyaan yang lebih personal.

“Aku suka bernyanyi. Walaupun suaraku tidak bagus.”

“Oh.. aku juga. Kadang aku suka rap, kadang juga suka bernyanyi. Bagaimana kalau kita ke noraebang?”

“Aku tak hebat bernyanyi.” Kei terlihat malu.

“Ayolah. Tidak apa – apa. Yang penting kita senang.” Aku meyakinkannya.

“Baiklah kalau begitu.”

Akhirnya dia mau. “Ayo kita berangkat sekarang.”

 

Kami mendapatkan room yang berada di lantai 2. Kami telah di dalam room namun suasana awkward memenuhi ruangan ini. Kami terlihat malu – malu untuk mulai bernyanyi.

“Kau yang mulai.” Kei menyuruhku.

“Kau saja Kei. Ladies first.” Aku membalas.

Dengan malu – malu, Kei meraih remote yang ada di meja. Kemudian dia membuka buku yang berisi daftar lagu. Setelah melihat – melihat, dia memencet nomor 264. Aku penasaran lagu apa yang akan Kei nyanyikan. Aku melirik ke layar LED. Keluarlah judul dan penyanyi lagu yang dipilih Kei.

“Don’t Forget Me by Baek Ji Young.”

Petikan gitar dari lagu original soundtrack drama Iris itu mengalun indah. Kei mulai bernyanyi.

“Uri Seoro saranghaenunde..”

Suaranya begitu halus dan lembut. Aku tidak percaya apa yang dia katakan sebelumnya bahwa dia tidak bisa bernyanyi. Aku refleks langsung tepuk tangan. Aku mendengarkan dengan tenang. Aku memandang ke arah Kei. Dia bernyanyi sangat serius dan mendalami. Hampir sempurna.

Lagu berakhir, aku tepuk tangan lagi.

“Wah.. wah.. bravo! Kau bilang kau tak bisa bernyanyi.”

“Ya, aku Cuma bisa sedikit.” Dia tersipu malu.

“Itu lebih dari cukup. Lebih malah.”

“Terima kasih. Sekarang giliranmu.”

Aku mulai panik. Aku memikirkan lagu apa yang akan aku nyanyikan. Aku membuka daftar lagu lembar per lembar. Aku masih bingung harus menyanyikan lagu apa. Aku akhirnya memilih lagu “Fire” oleh Mad Clown feat Jinsil.

“Kei, kau menyanyikan bagian Jinsil. Oke?”

Kami berdua pun langsung duet dadakan. Aku menikmati duet ini. Tidak buruk. Aku terus memuntahkan kata – kata di lirik. Sementara Kei menunggu bagiannya yang terdapat pada chorus lagu. Lagu telah selesai, dan score kami adalah 90.

“Wah, duet kita bagus.” Kataku.

“Iya. Kau benar.” Kei mengangguk.

Setelah sejam berada di karaoke, aku dan Kei berjalan pulang.

“Kita bersenang – senang hari ini.” Kei tersenyum.

“Iya, melupakan sejenak masalah kita.”

“Benar sekali.”

Tatapan Kei terlihat kosong ketika aku memandang ke arahnya tepat sehabis dia mengatakan kata – katanya tadi.

“Sebentar lagi kita akan sampai di jalan besar. Apakah kau sudah dijemput?” aku bertanya.

“Sudah. Sopirku sedang di jalan. Kau pulang dengan apa? Apa perlu diantar?”

“Oh tidak usah. Aku naik taksi saja. Tidak terlalu jauh rumahku dari sini.”

“Baiklah kalau begitu.”

Tak beberapa lama mobil jemputan Kei datang.

“Aku pulang dulu ya. Kau berhati – hatilah.”

“Iya. Sampai bertemu di sekolah.”

Kei membuka pintu mobil, dia melambaikan tangannya, lalu masuk ke dalam mobil. Perlahan mobil itu meninggalkan sisi jalan. Mobil itu telah hilang dari pandangan. Aku masih berdiri menunggu taksi. Kei ternyata orangnya menyenangkan. Dia manis, bisa bernyanyi. Senyumnya, suaranya. Bolehkah kalau aku sebut dia manis seperti permen?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet