CHAPTER 4

CANDY JELLY LOVE

CHAPTER 4

 

Aku terbangun dan langsung mengecek ponselku. Dan lagi – lagi tak ada balasan dari Yein. Mungkin aku bisa berbicara dengannya di sekolah nanti.

 

Aku masuk kelas dan langsung menghampiri Yein.

“Yein, kenapa kamu tidak mebalas chat-ku semalam. Sudah tertidur ya?”

“Iya.”dia membuang muka dan sibuk membaca sebuah buku.

“Aku benar – benar minta maaf. Bukan begitu maksudku sebenarnya.”

“Jadi? Harusnya bagaimana?”

Akhirnya dia memandang ke arahku.

“Harusnya sih. Ya... kita ngobrol panjang.”

“Oh.. tahu kah kamu kalau kamu itu orang yang ignorant?

Lalu ia pergi berlalu ke luar dan menghampiri Sujeong yang berada di lorong sekolah.

Hah? Sebesar itukah kesalahanku semalam? Aku tidak mengerti wanita. Benar – benar tidak mengerti.

 

Sepulang sekolah aku akan berlatih sepakbola dengan yang lainnya. Kami berkumpul di samping lapangan. Semua sudah berganti ke seragam tim. Coach menyuruh kami untuk berlari mengitari lapangan. Aku berlari di samping Jinyoung dan kami mengobrol kecil. Aku melihat di bangku penonton ada beberapa murid duduk di sana. Entah mereka mau menonton kami atau sekedar mengobrol saja. Dan aku melihat ada sosok Kei di sana bersama temannya yang kemarin aku temui di halte bus.

“Kau melihat siapa hah?” Jinyoung bertanya.

“Eh?”aku nampak kaget. “Bukan siapa – siapa? Hanya beberapa murid.”

“Oh.. lari dengan benar, nanti coach bisa marah.”

“Siap!”aku sedikit berteriak.

Aku menendang bola ke arah kiper kami, Dongwoo. Dia mencoba menepisnya namun tendanganku terlalu kencang untuk ditepis. Aku bermain sebagai striker di tim kami. Sebenarnya aku tidaklah jago jika dibandingkan dengan Hoya yang pernah ditawari oleh FC Seoul. Itulah mengapa dia menjadi kapten kami. Aku berlari ke samping lapangan mengambil minum. Aku mencuri – curi pandang ke Kei dan temannya. Mereka sedang asik selca. Tipikal gadis jaman sekarang. Ya walaupun kadang – kadang aku juga melakukan itu. Mereka tertawa bahagia. Senyum simpul muncul di wajahku. Aku tak menyadarinya ketika melihat mereka tertawa.

“Young Ri, cepat kembali ke lapangan. Kita adakan pertandingan latihan.”teriak coach Lee.

Aku langsung berlari menuju ke lapangan. Kali ini aku setim dengan Jinyoung. Itu selalu terjadi.

Setelah setengah jam bermain, coach pun mengakhiri latihan kami. Dia bilang kalau kami harus benar – benar serius agar bisa berbuat banyak di kompetisi nasional. Dan juga bakal ada scout talents yang akan menonton kami. Aku dan Jinyoung menuju ke ruang ganti pakaian. Setelah pertandingan tadi, aku tak melihat lagi Kei dan temannya. Mungkin mereka sudah pulang.

 

Aku dan Jinyoung duduk di dalam bus yang sepi. Hari sudah gelap ketika kami pulang. Karena tadi kami makan di luar. Menikmati Kimchi Jigae dulu di cuaca dingin.

“Wah.. aku lelah.”Jinyoung membuka pembicaraan.

“Aku juga.”aku mengiyakan. “Kamu tahu tidak kalau Yein sedang marah padaku?”

“Loh? Memangnya kenapa? Aku tidak tahu.”

Lalu aku ceritakan kejadian kemarin malam ke Jinyoung.

“Aku baru tahu setelah kau ceritakan. Tapi tadi aku melihat Yein menonton kita latihan.”

“Eh? Benarkah?” nada tidak percaya meluncur dari mulutku.

Pasti tadi aku tidak melihat. Karena terlalu giat berlatih. Atau karena hanya memperhatikan Kei dan temannya. Aku melirik ponselku. Tidak ada apa – apa. Kami sempat diam beberapa menit.

“Jinyoung, apakah kau pernah jatuh cinta?” aku kembali memecah keheningan.

“Pasti pernah. Sekarang aku lagi suka dengan seseorang.”dia tersenyum.

“Siapa? Siapa dia?”aku penasaran.

“Nanti aku kasih tahu. Hehe..”

“Ah, sekarang saja. Kau mencoba membunuhku dalam rasa penasaran.”

“Nanti kalau sudah ada kemajuan akan aku beri tahu. Tenanglah. Kau sahabatku.”

“Janji?”

“Janji.”

Lalu kami melakukan ritual janji yaitu mempertemukan jari kelingking dan jempol kami. Aku harap tak ada orang yang melihat kelakuan kami tadi. Karena terlalu konyol untuk 2 anak laki – laki melakukan itu.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet