CHAPTER 5

Kei sedang memandang keluar jendela. Pandangannya kosong walau banyak orang yang berjalan di luar sana. Seperti melamun. Tak lama kemudian lamunannya buyar setelah temannya datang dan mengajaknya mengobrol.

“Kei.”

Kei terkejut dan langsung mengalihkan pandangan dari jendela. “Oh. Kau sudah selesai.”

Temannya duduk di hadapan Kei. “Sudah. Shiftku Cuma sebentar.”

“Wah, kau ini rajin sekali. Aku iri denganmu.”

“Ini kan demi uang jajan yang lebih. Kau tahu keluargaku tak sekaya keluargamu. Bagaimana Seoul sejauh ini?”

“Tak jauh beda dengan Jepang.” Kei tersenyum. “Jadi mudah bagiku beradaptasi. Setelah lama; aku kembali lagi ke Korea.”

“Oh ya Kei. Beberapa hari lalu ada anak laki – laki dari sekolah kita menanyakanmu. Tapi aku tak tahu pasti kelas berapa.”

“Siapa? Namanya?”

“Itulah yang aku tidak tahu. Kami Cuma mengobrol di halte.” Dan temannya Kei melanjutkan ceritanya.

Setelah satu jam, Kei pun pulang meninggalkan coffee shop itu dengan menaiki taksi. Tak beberapa lama temannya pulang setelah berpamitan dengan karyawan lainnya. Dia berjalan kaki menuju rumahnya. Di dalam hatinya dia merasa sedikit iri dengan Kei yang kaya. Tanpa harus mencari uang sendiri. Tapi dia sadar itulah hidup, semua tak pernah sama. Karena perbedaan membuat semua ini indah.