CHAPTER 1

CANDY JELLY LOVE

CHAPTER 1

Sweet like candy, elastic like jelly but love, I don’t know how it’s taste. Banyak yang bilang kalau cinta itu indah, amazing, bahkan tak dapat diucapkan dengan kata – kata. Aku belum bisa percaya karena aku belum pernah merasakan. Hingga saat ini yang menurutku indah itu adalah alunan musik favoritku dan sesuatu yang amazing itu adalah game yang selalu aku mainkan di PC room.

Alunan indah suara alarm dari ponselku membuat mataku terbuka. Aku spontan mematikan alarm itu dan duduk di tepi tempat tidurku. Nyawaku belum sepenuhnya terkumpul. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur Chuseok. Aku dan keluargaku pergi ke Daegu mengunjungi nenekku. Kami pernah mengajak nenek untuk tinggal di Seoul bersama kami. Namun nenek menolaknya karena merasa kehidupan di kota terlalu hectic. Beliau lebih memilih tinggal di Daegu bersama pamanku dan menikmati hari tuanya yang tenang.

Aku berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Sesaat aku memandang ke cermin dan melihat wajahku apakah membengkak sebangun dari tidur. Untungnya tidak. Aku sempat khawatir karena semalam aku menyantap Ramyeon sebelum tidur. Air mengalir dari shower dan aku menyodorkan kepalaku di bawah siramannya seraya meletakkan tangan kananku ke tembok. Mirip dengan adegan di film – film ketika pemeran utama film sedang mandi. Aku berfikir sejenak. Banyak yang aku pikirkan.

Aku keluar kamar, ayah dan ibu sudah berada di meja makan untuk sarapan pagi. Keluarga kami kecil karena hanya aku anak satu – satunya. Aku sebenernya ingin adik juga. Selalu jawaban dari orang tuaku adalah “On The Way”. Ibuku menyajikan makan sisa dari Chuseok kemarin karean memang sisanya masih banyak.

“ Young Ri-ah, sudah siap kembali sekolah?” ayahku bertanya.

“Pasti yah, aku sudah kangen teman – teman.” aku menjawab sambil menyodorkan kimchi ke mulutku.

“Nanti kalau sudah pulang sekolah, jangan kemana – mana ya.” Ibuku memperingatkanku.

“Ok bu. Tapi tidak janji.” Aku tersenyum dan kemudian berdiri untuk mencium ayah dan ibuku.

Aku pamit dan seperti terburu – buru memakai sepatu karena Jinyoung telah menungguku di halte bus.

Tinggal beberapa meter lagi aku sampai di halte. Aku duduk di bangku halte dan Jinyoung tidak ada. Apakah dia telah pergi duluan? . aku terkejut ketika ada yang menepuk pundakku.

“Oh!!” aku terkejut dan ternyata itu Jinyoung.

“Haha.. aku dari tadi sembunyi dan kau tak menyadarinya”

“Mana aku tahu. Aku kira kau meninggalkanku.”

Aku benci melihat tawa Jinyoung tapi dia terus tertawa seakan – akan yang dia lakukan tadi lucu sekali.

“Haha.. aku takkan meninggalkanmu. Kau tahu bawha kau adalah sahabatku.”

“Terima kasih telah meyakinkanku bahwa kau adalah sahabatku.”

Bus pun telah tiba di hadapan kami. Aku menarik Jinyoung dari bangku halte dan kami naik bus yang lumayan penuh dengan orang – orang Seoul yang akan melakukan aktifitas mereka.

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet