Chapter 2

High School : Boys in Love

“Yeoboseyo? Eoh? Jigeum? Eodinya? Arasseo.” Layaknya kesetanan Sunggyu dengan cepat meraih jaket lalu keluar kamar.

“Hyung, neo eodiga? Ini sudah malam hyung!!!” teriak Kibum melihat ada yang aneh dengan hyungnya.

Tak menjawab Sunggyu berlari semakin cepat meninggalkan mereka berdua yang bingung dengan Sunggyu.

“Ada apa dengan Sunggyu hyung?” tanya Woohyun.

“Molla, semoga bukan sesuatu yang buruk.” Jawab Kibum sedikit tenang.

‘Tunggulah, aku akan menolongmu.’

∞∞∞

Part 2

Tak peduli angin menghantam kasar tubuhnya, Sunggyu masih berlari tak tenang. Wajahnya tampak mengeras menahan sesuatu yang tak bisa diartikan. Ayunan kakinya semakin cepat membawanya menjauh dari apartemen.

Sesekali bibir tipisnya mengumpat kasar dan menghembuskan helaan nafas panjang. Entah apa yang membuatnya seperti ini, ia tetap berlari menuju satu tempat yang memaksanya datang kesana.

Cahaya lampu yang berjejer ditempat itu tampaknya tak sepenuhnya mampu menerangi sekitarnya. Masih ada satu titik yang hanya menampilkan bayangan sosok meringkuk ketakutan. Sosok itu bersembunyi dibalik tubuhnya sendiri seraya mengeluarkan suara isak tangisnya.

Namja bermata segaris itu lantas mendekat dan memeluk erat sosok itu.

“Kang Soyou-ah, neo gwaenchanha? Aku Kim Sunggyu tenanglah.” Ucapnya menenangkan tubuh ramping yang sedikit meronta saat raga kekar itu memeluknya. “Uljjima ne, aku sudah disini.” Usapnya pelan jalur bening yang membekas dikedua pipinya.

Sosok itu menatap sejenak Sunggyu sebelum kembali membenamkan diri dalam pelukan Sunggyu.

“Sttt..uljjima ne. Kau baik-baik saja kan?” tanyanya lembut.

Kang Soyou masih terdiam dalam isaknya, lidahnya serasa berat untuk mengucapkan sepatah kata.

“Baiklah, kajja kita pulang eum. Aku akan mengantarkanmu.” Sunggyu mengangkat tubuh Soyou yang menolak untuk berdiri. Rasa shock masih mengerogoti dirinya.

Sesampainya diapartemen Soyou, Sunggyu segera merebahkan tubuh Soyou diatas tempat tidurnya. Tubuh rampingnya masih bergetar hebat. Sunggyu tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi. Ia mencoba bertanya pada Soyou namun gadis itu menolak untuk bercerita. Tak ingin membuatnya semakin terluka, Sunggyu memilih diam.

“Jja, kau sekarang tidur eoh. Aku akan pulang. Jaljayo.” Sunggyu mengusap lembut kepala Soyou dan memberikan kecupan hangat pada keningnya.

“kajima, jebal, kajima. Aku takut sendiri.” Pintanya lirih.

Hati Sunggyu tak tega meninggalkan sosok lemah yang disayanginya ini. Dengan mengulas senyum tipis, ia kembali duduk ditepi bed Soyou. Tangannya menepuk-nepuk pelan lengan Soyou meninabobokan Soyou hingga kedua mata sayunya menutup kealam mimpi.

∞∞∞

Diruang terbuka beratapkan langit biru, enam anak muda tengah menikmati makan siangnya. Sesekali suara gelak tawa pecah menggelegar. Berbagai macam cerita bergantian keluar dari mulut masing-masing. Ramai sekali terdengarnya.

Tapi, satu dari keenam bocah itu terlihat berbeda. Wajahnya tampak pucat dengan banyak pikiran tersirat jelas diwajahnya. Makanan didepannya hanya diaduk-aduk malas tanpa sekalipun masuk kedalam mulutnya.

“Hyung! Kau kenapa eoh? Apa kau masih memikirkan hal kemarin?” tanya Woohyun khawatir.

Namja bermata sipit itu tersenyum miring. “Iya, aku masih kepikiran dia.”

“Lupakan saja hyung! Kau akan sakit sendiri kalau terus memikirkannya.” Hibur Woohyun.

“Benar, kau jangan terlalu jatuh kepadanya. Takutnya nanti kau akan semakin sakit Sunggyu-ah. Aku tak mau temanku yang paling manis ini terluka lagi.” Kata-kata Junhyung membesarkan hati Sunggyu.

“Benar, kau tidak tahu kan kalau dia itu sebenarnya menyembunyikan sesuatu darimu?” Doojoon ikut bicara.

Sunggyu menggeleng pelan.

Desahan berat keluar dari bibir Junhyung, “Aku harap kau akan siap jika sesuatu akan menghampirimu.”

“Maksudmu?” tanya Sunggyu tak mengerti.

“Sudahlah, sekarang makanlah! Jangan terlalu dipikirkan lagi. Lupakan dia secepatnya.” Junhyung memberikan semangat kepadanya.

Sedikit merasa tenang, Sunggyu mulai menyuapkan makanannya kedalam mulutnya.

Baru beberapa menit kedamaian menyapa mereka, satu keramaian datang menyambut Woohyun.

“Yaaa! Nam Woohyun! Apa yang kau lakukan dengan buku tugasku? Lihatlah! Semuanya rusak gara-garamu!” bentak gadis bersurai hitam pekat panjang itu. Dari sudut matanya turun setetes air.

Woohyun memandang sinis kearahnya. “Aku hanya merobeknya. Tak masalahkan? Kau juga merobek punyaku.”

“Ya! Siapa yang merobek tugasmu eoh? Aku sama sekali tak melihat buku tugasmu!” kali ini, air mata itu lolos begitu saja.

“Kau pikir aku tak tahu? Jelas-jelas buku tugasku ada dibangkumu dalam kondisi mengerikan! Sebenarnya apa maumu eoh?’ bentak Woohyun.

Gadis itu mengusap kasar kedua matanya. “Aku tidak melakukan itu!” dengan kesal ia melemparkan buku tugas yang ia bawa kewajah Woohyun.

“Kau! Dasar gadis tak diuntung.” Rutuknya ketika melihat gadis itu pergi menjauh dalam tangisnya.

Lainnya hanya bisa menggeleng-geleng tak mengerti. Ada apa lagi dengan mereka.

“Apa lagi masalahmu dengannya Woohyun-ah?” tanya Dongwoo penasaran.

Ekspresi geram Woohyun sangat jelas menutup wajah tampannya. Rahangnya mengerat, giginya bergeretak menahan amarah.

“Kalian bertengkar tentang tugas seni lukis?” Hyungsik menebak dari potongan buku tugas itu.

“Ya, dia sudah merobek-robek buku tugasku dan meletakkannya diatas mejanya. Berani-beraninya dia melakukan itu.”

“Buku tugasmu? Diatas mejanya? Tunggu dulu, kau datang kesekolah setelah atau sebelum dia?” tanya Hyungsik yang sepertinya merasa ada yang ganjal.

“Sebelum dia lah.” Jawab Woohyun ketus.

“Nah, kalau begitu bukan dia pelakunya.” Hyungsik memulai identifikasinya.

“Maksudmu?” Woohyun tak mengerti dengan kata-kata Hyungsik.

“Dasar Pabbo! Sekarang pikir, kalau dia datang setelahmu mana mungkin dia akan melakukan itu. Jelas-jelas kau tahu itu saat kau masuk kedalam kelas kan?”

“Benar juga yang dikatakan Hyungsik. Wah, kau salah terima ini Hyun.” Doojoon ikut meracuni Woohyun.

“Yaa! Kau tidak usah membelanya. Siapa tahu dia pura-pura datang sedikit terlambat padahal dia lebih dulu sampai dikelas.”

“Hahaha, maldo andwae Woohyun-ah. Kau itu terbiasa menyalahkan dia jadinya begini kan.”

Bel berbunyi menghentikan perdebatan diantara mereka. Lantas mereka masuk kedalam kelas masing-masing.

∞∞∞

“Sunggyu-ya! Kau ingin pulang denganku tidak? Aku mau membeli cd album dulu.” tanya Junhyung seraya membereskan barang-barangnya.

“Aniya, aku akan pulang dengan Dongwoo dan Woohyun saja.” tolak Sunggyu.

“Baiklah! Aku duluan ne. Annyeong. Kajja Doojoon.”

“Annyeong.”

Langkah kaki panjang Sunggyu mengimbangi ayunan kaki dari kedua temannya. Kali ini ia hanya mengikuti mereka dari belakang. Sesekali kepalanya mengangguk merespon sapaan dari teman ataupum dari hoobaenya. Lengkungan manis juga menghias diwajah coolnya.

Kedua teman Sunggyu berhenti tiba-tiba didepan gerbang membuat Sunggyu menabrak salah satu dari mereka. Sunggyu tak tahu apa yang membuat mereka berhenti mendadak. Lantas Sunggyu bertanya.

“Kenapa berhenti sih?”

“Oh, mianhae hyung! Aku harus mengejar Park Chorong.” Balas Woohyun lalu lari kearah yang dimaksud.

“Mwoya?” mata sipit Sunggyu berputar malas. “Nah kau Dongwoo, kenapa berhenti?”

Namja berbibir tebal itu hanya menyengir kuda, “Aku hanya ikut-ikut Woohyun.”

Hembusan nafas berat turun dari bibir tipis Sunggyu. Arah pandang Sunggyu lurus menatap dua sosok yang tengah bertengkar. Detik berikutnya arah pandangnya berubah saat sosok itu melintas didepannya.

“Jung Eunji-sshi! Jamsimanyo!” teriak Sunggyu menghentikan Eunji. Gadis pemilik nama itu menoleh seketika.

“Dongwoo-ah, kau pulang saja dulu ne bawa mobilnya! Aku mau pulang bersama Jung Eunji. Annyeong.” Pamit Sunggyu lalu melesat kearah Eunji.

“Yahh, kenapa malah aku ditinggal sendiri? Ah, dasar orang-orang tak bertanggung jawab.” Gerutu Dongwoo.

Sunggyu segera datang tepat didepan Jung Eunji. Wajah coolnya kembali lagi setelah hilang beberapa saat karena suatu pikiran. Dengan senyum tipis yang mengulas manis, Sunggyu mulai menyapa Eunji.

“Annyeong Jung Eunji-sshi. Apa aku mengganggumu? Sepertinya kau pulang sendiri?”

Eunji membungkukkan badannya memberi hormat, “Ah, annyeonghaseyo Sunggyu Sunbaenim. Ne, aku pulang sendiri. Ada apa sunbae memanggilku?”

“Aku boleh pulang bersamamu?”

Sedetik terdiam, Eunji menautkan kedua alisnya. Bibirnya mengerucut lucu.

“Tidak boleh ya?”

“Aniya sunbaenim. Boleh kok, kajja. Rumahku tak jauh dari sini. Hanya perlu melewati dua halte saja.”

“Arasseo, kajja nanti tidak dapat bis lagi.”

Sunggyu dan Eunji akhirnya menempuh perjalanan pulang menggunakan bis. Mereka berdua duduk bersebelahan. Kesunyian menyelimuti keduanya. Tampak canggung mengingat ini pertama kalinya mereka bersama.

“Eum, Eunji-sshi, ada yang ingin aku tanyakan padamu.”

“Eoh? Mwoyeyo?”

“Apa kau yang memberikanku boneka hamster?” tanya Sunggyu sedikit ragu-ragu.

“Ah? Boneka hamster? Ah iya, aku yang memberikannya. Kenapa sunbae? Apa sunbae tidak menyukainya?” raut muka Eunji sedikit menyesal.

“Aniya, aku menyukainya. Keunde, apa alasanmu memberikanku boneka hamster?”

Tiba-tiba saja cengiran manis terpampang diwajah cantik Eunji, “Karena sunbaenim mirip sekali dengan hamster. Mianhaeyo sunbae, bukan maksudku menghinamu.”

“Sangat miripkah aku dengan hamster?”

“Eum, sangat mirip. Sama imutnya dengan hamster. Kebetulan aku juga menyukai hamster. Saat pertama kali aku melihat sunbae aku teringat hamsterku.” Jawabnya polos.

“Ahhh,” Sunggyu mangut-mangut. Rasanya ia tidak bisa marah saat dengan polosnya Eunji menjawab pertanyaannya. Ia tersenyum menanggapi jawaban Eunji.

“Eoh sunbae. Aku akan turun disini. Gomawoyo sudah menemaniku sunbae. Annyeong.” Eunji pamit sebelum ia turun dari bis.

Namja bersurai coklat tua itu hanya mengangguk dan melambaikan tangannya.

∞∞∞

Sesampainya dirumah, mata sipit Sunggyu tak menemukan manusia sama sekali. Diliriknya jam didinding sekilas, ia baru menyadari. Ah, Kim Kibum masih belum pulang. Tapi, dua manusia lagi kemana? Bukannya mereka juga sudah pulang tadi?

Sunggyu tak memperdulikan lagi. Ia merebahkan tubuh lelahnya diatas kasur dan tak lama kemudian ia tertidur masih dalam seragam yang lengkap.

Other side....

“Park Chorong-ah.... berhenti.. Park Chorong-ah....” teriakan itu sama sekali tak digubris sang pemilik nama. Dirinya masih tetap berjalan dengan mengusap air mata yang tanpa seijinnya jatuh begitu saja.

“Ya!! Park Chorong.” Beruntung Woohyun adalah pemuda yang berlari cepat, hingga ia mampu mengejar Chorong dengan mudah.

“Lepaskan! Kau mau apa lagi? Ha? Kau masih belum puas menyakitiku?”

Woohyun memaksa Chorong berbalik menatapnya, “Ya! Aku tak pernah menyakitimu. Kau saja yang selalu buat masalah denganku. Aku hanya ingin mengucapkan Saengil Chukkaeyo Park Chorong-sshi. Mianhaeyo aku tak bisa memberimu apa-apa.” Ujar Woohyun dengan sedikit senyum yang dipaksakan. “Ini, aku beri kau kado. Yaaa, walaupun tidak istimewa sih.”.

Chorong memandang heran Woohyun, ia berhenti menangis untuk sesaat. Lalu ia menerima kotak kado itu. “Ini apa?”

“Sudahlah! Tidak usah banyak tanya. Buka saja nanti saat sampai dirumah.” Lagi, seringaian sinis tampak diwajah tampan Woohyun.

Seperti Chorong tak menyadari ada yang aneh dengan Woohyun, ia membalasnya dengan senyum paling manis yang belum pernah ia tunjukkan kepada Woohyun. Karena bagaimanapun, baru kali ini Woohyun memberikan ia kado.

“Gomawo.” Tukasnya lirih.

“Eum, geurom pulanglah sekarang! Hati-hati.” Woohyun berbalik dengan senyum sinis masih menghias wajahnya. Sedetik kemudian ia menjauh dari Chorong yang masih terpukau perhatian Woohyun.

∞∞∞

“Kibum-ah! Sunggyu hyung sudah pulang?” Tanya Woohyun sesampainya dirumah.

Kibum hanya mengangguk merespon pertanyaan Woohyun dan masih fokus dengan tontonan dilayar datar lebar itu.

“Sunggyu hyung eoddi?” tanyanya lagi.

Tak bersuara, Kibum hanya menggerakan jari telunjuknya kearah kamar Sunggyu.

“Ya! Kau ini kenapa sih? Ahh, dasar aneh.” Gerutu Woohyun.

Tiba-tiba Dongwoo muncul dari balik pintu kamarnya.

“Aisshh, hyung! kau mengagetkanku. Oh ya Sunggyu hyung eoddi?” tanya Woohyun yang masih penasaran.

“Bukannya Kibum sudah menjawabmu?” Dongwoo meninggalkan Woohyun yang masih bingung dengan orang-orang diapartemen ini.

“Kenapa semua orang jadi sensitif begini sih?”

Cekleekk...

Seketika cahaya putih terang bersinar dari bola kaca diruangan gelap itu. Woohyun segera mengganti pakaiannya dan merebahkan dirinya diatas kasur empuk miliknya.

Rasanya tubuh atletis itu sangat remuk sekali. Padahal ia sama sekali tak melakukan apa-apa. Sedikit menghela nafas berat, ia menjulurkan selimut seluruh tubuhnya dan bersiap untuk pergi kealam mimpi.

Belum bisa menutup matanya, ia menyunggingkan seringaian yang sama saat bersama Chorong tadi. Pikirannya telah melayang-layang membayangkan sesuatu yang besar akan terjadi kepada Chorong.

Hahahaha, hatinya tertawa mengingat kemenangan akan ada ditangannya.

“Lihat saja Park Chorong. Kau akan menyukainya.”

 

TBC

 

Chapter 2 aku post juga, bagaimana? commentnya dong...

Gomawooo......

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Saya minta komentarnya yaa readers .. :)

Comments

You must be logged in to comment
Alvin_19 #1
Chapter 12: Suka ma couple pinkfinite... Apalagi woorong Kkk.. :D Thor ni ff kab dah lama bgt.. gak ada niat buat ngelanjutin ya??? di lanjut lah thor..
IffahHarun #2
Chapter 12: Hai... saya readers dari Malaysia... Saya suka sangat cerita ni tapi tolong percepatkan proses untuk chapter 13 ya... Saya betul-betul tidak sabar untuk mengetahui apa yang akan terjadi seterusnya.
stefaniwu #3
Chapter 12: anyeong,aku readers baru disini :D
aku udah liat dari chapter 1-12,bagus eon ceritanya...
tapi tambahin woorong nya dong kurang puas hehehe
ditunggu chapter 13nya ^_^
windykyuzizi #4
Chapter 12: semangattt ..!!! gk sbar nggu lanjutannya ... :D :D :D
windykyuzizi #5
Chapter 3: lanjutkan ... !!! :D :D
penguinhana #6
Chapter 12: Annyeong! Aaa kebetulan lagi nyari ff pinkfinite dan nemu ini. Suka banget! Nunggu banget nih lanjutannya. Ceritanya bagus. Gak terlalu flat. Ditunggu lanjutannya yaaaaa~