Part X (On and On)

My Love For You

Chanyeol duduk di sebelahku dan memberikan minuman bersoda padaku. “Anak ini, masih sakit kenapa minum soda,” cibirnya ke arahku. Aku meneguk minuman itu seolah tak pernah meminumnya. Ia hanya bergeleng.

“Jadi, ada perlu apa aku kesini?”

“Belikan aku minuman lagi, Chanyeol, yang banyak.”

“Aish, apa aku ini tukang antar minumanmu?” Aku tak menjawab. Chanyeol tetap membawakanku beberapa minuman yang sama kemudian menaruhnya di pangkuanku. “Ini. Aku benar-benar tidak tega melihatmu.”

Aku meneguk 2 kaleng lagi dan kepalaku merasa sangat pusing. Aku benar-benar lemah terhadap minuman bersoda namun Chanyeol tak menahanku meski ia tau apa akibatnya. Ketika aku ingin membuka kaleng ketiga, ia buru-buru menahanku. “Sudah-sudah. Jangan minum lagi!”

Aku mengangguk.

“Sekarang ceritalah.”

“Aku tidak tau harus mulai dari mana.” Kuhela nafas panjang dan berjalan ke kasur, membaringkan diri. “Intinya, aku merasa bingung.”

“Jangan bercerita setengah-setengah begitu, Yixing.” Desak Chanyeol. Aku hanya bisa tertawa dengan miris. “Ih, ketawa,” cibirnya.

“Kamu pernah bilang ibumu..sahabat ayahnya Yifan kan? Apa mungkin, ibumu mengenal ibuku?”

Ia mengedikkan bahunya, “Entahlah, Xing. Ada apa?”

“Tidak. Aku hanya ingin mengetahui sesuatu yang tak kuketahui.”

“Apa itu?”

“Entahlah.” Sahutku datar. Chanyeol terlihat tak puas dengan ceritaku. “Selama aku di rumah sakit, bisa tolong tanyakan apa hubungan antara ibuku dengan ayah Yifan, ya. Kumohon,” pintaku. Chanyeol menyanggupinya dengan anggukan.

 

-

 

Sudah seminggu sejak kecelakaan itu dan kini aku diperbolehkan pulang. Chanyeol datang ke pesta kecil sambutanku dengan membawa sebuah album foto. Takut dicurigai, aku mengajaknya untuk ke kamarku.

Tangan Chanyeol yang besar membuka lembaran-lembaran album itu. Jarinya menunjuk ke seseorang yang hampir tak kukenali wajahnya jika saja ia tak mengingatkanku, “Ini Paman Wu,”

“Ini ibuku.” Kutunjuk foto ibuku dengan senyum manisnya. Di sebelahnya, terdapat sosok ayahku yang tersenyum lebar memamerkan gigi.

“Ibuku bilang kalau dulu Wu sering bercerita tentang ibumu, bahkan sampai hal-hal kecil. Tapi sayang, ibumu sudah berpacaran dengan ayahmu sejak lama. Ia sama sekali tak pernah berniat mengganggu hubungan mereka bahkan setelah mereka mengumumkan pernikahan. Namun belakangan diketahui, mereka menikah karena,” Chanyeol memegang-megang perutnya dan aku langsung mengerti.

“Saat itu ibuku baru saja selesai bulan madu dan mendapat kabar bahwa  Paman Wu menculik seseorang. Ia bilang semenjak itu ia tak pernah berhubungan dengannya lagi dan tahu-tahu saja ia sudah menikah tanpa pemberitahuan.”

“Aku tahu. Tapi Wu sudah banyak berbuat jahat pada keluarga kita. Aku tak bisa berhenti membayangkan Jiashuai ketika mendengar nama depannya itu. Kau tidak ingat apa yang ia perbuat pada anak kita yang satu itu? Ia benar-benar psikopat.”

“Tapi ia melakukan itu karena ia saat itu tidak terima kalau kita menikah. Tapi sekarang ia sudah punya istri, apalagi yang ingin ia perbuat pada kita? Ini pasti tidak disengaja.”

“Aku sudah bersahabat dengannya sejak lama dan aku tahu persis bagaimana dia. Kau tahu sendiri, istrinya itu seorang player. Ia semakin gila.”

“Itu tidak mungkin!”

“Yixing?” Chanyeol memegang tanganku. Aku memejamkan mataku kuat-kuat karena kesakitan. Kepalaku rasanya benar-benar mau meledak.

“Chanyeol, dia kakakku..Wu Yifan, kakakku?” tanyaku tak jelas.

“Apa maksudmu? Yifan kakakmu?” Chanyeol bertanya sedikit berteriak. “Kenapa kamu bisa berkata begitu, hah?”

“Anak yang diculik itu, kakakku. Jiashuai. Yifan adalah satu-satunya anak mereka, kau tau itu, Chanyeol!” Badanku bergetar karena terkejut kemudian tahu-tahu aku sudah menangis. Chanyeol tampak kaget, kemudian memelukku. “Dia tidak mungkin..kakakku kan?” aku bertanya dengan hati-hati.

Tak ada jawaban, ia hanya semakin memperdalam pelukannya. Kuketahui ia ingin mengatakan, “Iya, mungkin saja.”

Aku semakin menangis. Ingin rasanya kakiku berlari mencari ayah Yifan di penjara, bertanya padanya tentang apa yang terjadi. Aku hanya ingin tahu keberadaan Jiashuai yang sepertinya sangat dicari oleh kedua orang tuaku.

“Tunggu beberapa bulan lagi lalu kita ke tempat Tuan Wu, oke?” Aku mengangguk.

 

-

 

Aku menjalani hari-hariku setelah itu dengan penuh tanda tanya. Aku bertanya-tanya mengapa orang tuaku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka (meski tidak sampai tidak meluangkan waktu untuk anaknya), aku bertanya-tanya mengapa mereka tidak terbuka padaku soal masa lalu mereka, aku bertanya-tanya bagaimana kabar Chanyeol karena aku tak bisa membantunya dalam pembuatan proyek klub, dan pertanyaan terhadap hal kecil lainnya. Aku bahkan bertanya-tanya kepada diriku sendiri mengapa aku bisa begini.

 

“Ge, apa sudah lama?” Sehun menepuk punggungku, kubalas dengan senyum. Ia menggunakan baju kaos oblong di suasana yang panas ini, duduk di hadapanku. “Ge tidak terlihat baik setelah kecelakaan sialan itu ya.”

Aku menyesap teh susu hangat yang ia buatkan, “Hmm, sepertinya begitu.”

“Aish, kenapa Yixing ge sekarang jadi dingin sekali, sih?! Aku jadi malas jalan-jalan denganmu.” Aku mencubit pipinya yang langsung ia lepas. “Sakit, ge!” erangnya.

“Dasar pemarah. Ayo jalan-jalan!”

“Tidak mau.”

“Ya sudah, aku akan pergi sendiri.” Aku benar-benar pergi sebelum akhirnya sadar bahwa Sehun mengikutiku. Ia menyuruhku menunggunya untuk mengambil jaket dan kunci motor.

“Ge, pegangan.” Ia melingkarkan lenganku di pinggangnya, seperti di film-film, hanya saja biasanya wanita. Kemudian ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, entah mau dibawa kemana diriku ini.

 

Sehun yang manis itu ternyata membawaku ke taman. Ia mentraktirku makanan dan tentu saja—susu! Bagaimana tidak putih sekali kulitku ini, haha.

Sehun membicarakan banyak hal. Mulai dari kejadian selama ia bekerja di restorannya, sampai rencananya di masa depan. Kami juga membicarakan tentang film-film bagus dan saling merekomendasikan satu sama lain,

“Ge, pernah menonton The Pirates? Keren loh! Bayangin aja ada bandit gunung yang nggak ngerti laut malah pengen ketemu ikan paus.” Sehun menjelaskan dengan penuh semangat, seolah-olah film itu sangat berpengaruh bagi kehidupannya dan akan mempengaruhi hidupku juga.

“Wah, terus gimana ceritanya dia bisa ketemu ikannya?” tanyaku penasaran.

“Hmm, nonton sendiri dong, ge. Hehe..” Aku langsung mencubit lengannya yang berotot itu. “Coba sekarang rekomendasi balik,”

“Tapi aku bukan penggemar film, Hun,” aku menatapnya yang menatapku balik. “Hmm..Hwayi. Anak kecil diasuh penjahat dan membunuh orang tua aslinya,”

Sehun berdecak. “Kenapa ge suka film jahat sih? Padahal tadi aku mikir kalau ge rekomendasi film romantis. Tapi ternyata jauh diluar dugaan ya—um, sebentar. Aku angkat telepon dulu ge,” kami berhenti sejenak karena ada panggilan masuk di ponsel Sehun.

“Siapa, Hun?” tanyaku begitu ia selesai menjawabnya. “Hanya..seseorang,” jawabnya tenang. “Ngomong-ngomong boleh pinjam ponselmu, ge? Aku tidak ada pulsa.” Aku memberikannya ponselku.

Kemudian terdengar musik Cai Hong yang kugunakan sebagai nada panggilan masuk untuk Yifan, namun musik itu berhenti tiba-tiba.

“Ah, ini. Aku cek lagu-lagumu, ge.” Sehun terlihat tenang dalam menjawabnya. Entah kenapa ia seperti menyembunyikan sesuatu dariku.

 

Selama perjalanan pulang, aku dan Sehun tak banyak mengobrol lagi. Mungkin karena lelah, mungkin karena kehabisan topik, mungkin karena Sehun harus fokus berkendara, mungkin karena aku agak marah padanya atas apa yang ia lakukan pada ponselku.

Ia menurunkanku di depan rumah.

“Kenapa kau melakukannya?” tanyaku begitu aku turun dari motor dan membuka helm. “Aku tanya kenapa kamu menghapus kontak Yifan?”

Sehun membuka helmnya dan menunduk, kemudian menjawab dengan tenang, “Jeli sekali rupanya.”

“Aku tidak mau komentarmu, aku hanya ingin tahu alasannya.”

Ia tak menjawabku sesaat, melainkan menatapku dengan tatapan menusuk. “Aku bisa melihatnya dari matamu, Ge. Kau menyukainya, kan?”

“Apa?”

“Kutanya padamu, kau menyukai Yifan ge, kan?” Aku tak menjawab. “Kenapa tidak menjawabku, Ge?”

“Aku tidak tahu harus menjawab apa, Sehun.” Sahutku jujur. “Aku bahkan tak bisa menerka perasaanku ini. Mana mungkin aku menyukai sesama jenis, cih, dasar.”

“Mungkin saja, kenapa tidak?” Wajah Sehun memerah seperti menahan kesal. “Buktinya aku masih bisa bertahan menyukaimu kalaupun aku tahu, akhirnya bukan aku yang kau sukai. Tapi anak pungut ayahku itu, Wu Yifan.”

“Apa katamu?” balasku kesal. “Dia anak apa?”

“Anak yang akan selalu merebut sesuatu dariku jika tidak segera kulindungi. Ia merebut ayahku, ia merebut kehidupanku yang seharusnya berada di Prague, sekarang ia bahkan merebut otak dan hatimu lalu mencucinya hingga benar-benar seperti bukan Yixing yang kukenal dulu.” Sehun berkata dengan suaranya yang bergetar. “Kecelakaan itu, terjadi saat Yifan pergi ke Prague. Ia bahkan tidak bertanya tentangmu ketika aku kesana. Ia takkan pernah meneleponmu lagi selama ia di Prague meskipun hari ini adalah ulang tahunmu, jadi lupakanlah.”

Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat karena kesal. “Pulanglah, Sehun. Aku tak mau melihatmu lagi. Selama kamu membicarakan hal buruk tentang Yifan, selama itu pula aku takkan melihatmu.” Kubalikkan badan dan berlari menuju kamar, tanpa peduli panggilan ibu yang menyuruhku makan. Yang kubutuhkan adalah waktu untuk diriku sendiri, waktu supaya aku bisa meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.

 

-

 

“Xing, ada Chanyeol tuh.” Aku beranjak dari tempat tidurku untuk menemui Chanyeol di ruang tamu. Chanyeol memakai jas hitam rapi dan bergeleng menatap kondisiku yang pasti sudah seperti mayat hidup.

“Kurasa Sehun tidak berbohong soal kalian bertengkar. Cepat sana, ganti bajumu.” Ujar Chanyeol mengibaskan tangan isyarat agar aku pergi berganti. Tanpa menunggu pertanyaanku, ia berujar, “Ibu kandung Sehun meninggal.”

“Ibu kandung?” Chanyeol mengangguk, “Ya. Orang tuanya bercerai dan Sehun bersama ayahnya.”

“Apa aku harus ikut? Sehun pasti akan semakin takut setelah bertemu denganku nantinya.”

“Aish, separah itukah pertengkaran kalian? Cepatlah ganti, kita tak punya banyak waktu.” Aku mengangguk kemudian pergi berganti.

 

Sesampai di rumah duka, kami mencari sosok Sehun yang entah dimana keberadaannya.

“Ouch,” aku menabrak seseorang yang langsung meminta maaf padaku kemudian berlalu begitu saja. Aku menoleh ke arahnya beberapa kali sebelum aku menyadari bahwa yang kutabrak tadi adalah kakak kandung Sehun.

“Dia kakak Sehun? Tidak mirip.” Ujarku sedikit mengejek.

“Justru itu yang membuat mereka gampang dipisah jadi takkan ada yang tahu keluarga asli mereka karena mereka tak mirip satu sama lain.” jawab Chanyeol seolah ia yang mengatur skenario rumah tangga keluarga Oh.

“Kau sendiri tahu darimana?”

“Suho pernah mengunjungi Sehun ketika kami mengobrol, kemudian aku meminta penjelasan padanya dan beginilah.” Chanyeol menjawab dengan santai. “Oh ya, nama kakaknya itu Oh Joonmyun sekarang menjadi Kim Joonmyun, tapi biasa dipanggil Suho yang berarti pelindung.”

Aku mengangguk dan tak berniat mengetahui lebih jauh lagi.

Sehun berjalan dari arah yang berlawanan dengan wajah merah. Matanya bengkak seperti tengah menangis semalaman, bekas air mata terpampang jelas di wajahnya. Ia tersenyum tipis begitu melihatku dan Chanyeol.

“Kalian datang,” ujarnya. “Bagaimana kalau kita mengobrol disana? Ada sesuatu yang harus kukatakan pada kalian,”

Ia mengajak kami duduk-duduk melingkar di sebuah meja yang tidak terlalu ramai. “Beginilah keluargaku, maaf kalau mengejutkan kalian,” ia memulai pembicaraan.

“Ayahmu tidak datang?” tanya Chanyeol. Sehun menggeleng menggigit bibir bawahnya, “Ia bilang takkan berurusan dengan ibuku lagi. Aku membencinya setelah mendengar itu.”

Ia mengusap air matanya yang kembali berjatuhan. “Hah, kukira ayahku takkan terlena dengan wanita jalang itu. Tapi ternyata aku salah. Selama ini aku dan Suho berusaha mengembalikan keadaan keluarga kami dan menganggap bahwa ayah dan ibu kami hanya berusaha pisah ranjang. Ayahku tau aku tak mau wanita lain selain ibuku, jadi aku percaya padanya. Dan kalian tahu? Itu hanya omong kosong.”

Aku bangkit dan memeluk Sehun, begitu pula dengan Chanyeol. “Aku tahu ini berat, bersabarlah sedikit, Sehun.” Ujarku, dengan sedikit rasa bersalah karena marah padanya. Bukannya wajar saja ia benci pada Yifan setelah apa yang ia alami selama ini.

“Terima kasih, tapi aku sudah memutuskan sesuatu,” katanya. Kami melepas pelukan dan kembali duduk. “Aku akan tinggal di Paris bersama Suho dan keluarga ibuku. Mungkin setelah pemakaman ini aku akan segera pergi.”

“Sehun—jangan paksa dirimu,”

“Ini keputusanku, Yixing ge. Aku yakin aku akan aman karena aku percaya mereka.”

“Aku doakan yang terbaik untukmu, my bro.” Chanyeol menepuk-nepuk bahu Sehun yang tersenyum. Aku mengangguk, mengiyakan.

 

-

 

Aku memeluk Sehun erat yang dibalas pelan olehnya. Ia berbisik di telingaku, “Baik-baik disini, ge. Aku takkan mengganggumu lagi, kan?” Aku mengangguk. Setelah kulepaskan, ia melambaikan tangan pada kami sebagai tanda perpisahan. Setelah ia menghilang dibalik kerumunan orang, kami memutuskan untuk pulang.

 

Selama perjalanan pulang, entah kenapa, aku merasa setiap orang berusaha pergi dari hidupku satu persatu. Yifan..Sehun..siapa selanjutnya?

“Yixing..bagaimana kalau kita pergi ke Paman Wu sekarang?”

“Ke mana?”

“Paman Wu. Aku sudah mengatur pertemuan kita.”

 

a/n: maaf baru post, soalnya lagi sedih sama nilai yg gak adil terus juga sibuk sama hari raya. selamat hari raya Galungan dan Kuningan bagi yang merayakan~
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
bekrayals
Guyssssa maaf ya ffnya belum bisa dilanjutin soalnya lagi sibuk2nya sm tugas yg numpukkk..kalo sempet baru dilanjut hehe

Comments

You must be logged in to comment
Clovexo
#1
Chapter 12: aku semakin bingung dgn keluarga ini
chamii704 #2
Chapter 11: Jujur c..sbnr'a aku g bgtu ngerti ma silsilah kluarga&knflik'a haha otak gw ky'a yg trlalu lemot..jd cuma bs koment ditunggu klnjutn'a hehee
pratiwi #3
Chapter 10: Selamat hari raya Galungan dan Kuningan. .
applelays #4
Chapter 11: ya ampun bikin penasaran aja :( sebenernya jiashuai itu siapa s huhu. eh si yifan itu semalem nyium yixing ya? hayoo ketauan wkwk
alhamdulillah sifatnya mas yifan gak berubah huhu gemes banget liat fanxing!
Clovexo
#5
Chapter 11: waaah... balik ke seoul lagi? yixing jadi kayak pingpong.. tpi untungnya tuh kris gak berubah ya sikapnya ke dia.. syukur bgt dah
Clovexo
#6
Chapter 11: waaah... balik ke seoul lagi? yixing jadi kayak pingpong.. tpi untungnya tuh kris gak berubah ya sikapnya ke dia.. syukur bgt dah
hilwani #7
Chapter 11: kok rada terburu2???
tapi yang yifan nyium yixing....aw aw aw....uyeeeee
eridanuspyxie #8
Chapter 11: rada bingung...sebenere kakaknya yixing dimana????? itu hubungannya makin ruweeett..tapi ditunggu lanjutannya...:)
Clovexo
#9
Chapter 10: ini sumpah membingungkan.. ada hubungan yg kyk mana sih antara org tua" itu dgn yifan yixing chanyeol dan sehun? terlalu membingungkan...