Chapter 6

Our Eternal Love

Before :

“Lu~”  Sehun bergumam lirih di ambang pintu setelah mendengar itu semua. Ia benar-benar terguncang sekarang. Jika pintu rumah Luhan tidak terbuka seperti tadi. Ia tak akan pernah bisa mengetahui hal tadi.

 

Sehun sekarang berada didalam mobilnya. Masih dipekarangan Luhan. Iam masih terdiam disana. Ia tak bisa mendeskripsikan perasaannya. Ia benar-benar hancur.

 

Setetes air mata pun menuruni pipi Sehun untuk kesekian kalinya. Dan terus disusul oleh tetesan yang lain. Namun sedetik kemudian. Sehun mengelap kasar pipinya.

 

“Ini belum tentu benar!!! Aku yakin itu tidak benar.. tidak akan!” Sehun bergumam sendiri.

 

Setelah ia merasa cukup tenang, ia langsung pulang. Ia tak jadi menjenguk

Luhan. Ia merasa lebih baik bertemu dengan Luhan besok. Setelah keadaan Luhan dan dirinya membaik.

 

Eternal Love

.

Cast : Just HunHan Focus! And maybe the other Cameo and Couple

Genre : Romance. Angst. Hurt. Drama.

Rated : Teen, Safe(?), Pg 15

Lenght : Chaptered

.

.

Warning : Shounen ai, BL, , OOC, Gaje, Kependekan, and Typo(s).

Disclaimer : Cerita ini 100% hasil pemikiran saya. Saya Cuma pinjem nama doang sama sooman.

.

.

WARNING!!! HERE!!

.

.

 

Hari ini Kris pergi kerumah sakit setelah ditelfon oleh dokter Kim untuk mengambil hasil tes milik Luhan. Sebenarnya Kris tidak ingin memberitahu Luhan. Namun Luhan sudah mengetahui terlebih dahulu. Dan ia memaksa untuk ikut. Karena tak bisa menolak. Kris pun membawa Luhan kerumah sakit bersamanya.

Setelah sampai disana. Kris dan Luhan langsung menuju ruangan dokter Kim. Setelah mengetuk pintu ruangan tersebut. Taklama Dokter Kim membukakan pintu. Ia sempat terkejut melihat Luhan yang ikut bersama Kris. Namun ia dengan cepat mempersilahkan Kris dan Luhan masuk dan duduk disana.

 

“bagaimana dok?” Kris memulai.

 

“...”

 

Dokter Kim tidak menjawab. Ia menarik nafas dalam dan menyerahkan sebuah amplop putih besar bertuliskan nama dan alamat rumah sakit ini.

 

“Kau tidak menjawab berarti hasilnya positif.” Luhan tersenyum pahit menatap kearah amplop tersebut.

 

Dokter Kim sudah berubah menjadi gugup dan was-was.

 

“Kau tidak boleh bicara seperti itu Lu” Kris mengelus pundak Luhan.

 

“Berapa lama lagi aku akan hidup?” Luhan tak memperdulikan ucapan Kris.

 

“Lu~ berhenti” Kris menarik amplop dan membukanya.

 

Dokter Kim dan Kris mendiamkan diri.

 

“Kenapa kalian diam?? Kalian kasihan padaku? Sini biar kulihat!” Luhan menyentak selebaran yang dikeluarkan

Kris dari amplop tersebut.

 

“Positif ya??” Luhan bersuara serak diikuti bulir bening dari pelupuk matanya namun senyum meremehkan terpampang diwajah cantiknya.

 

“Huffftt... Kukira Kris akan merahasiakannya darimu. Tapi keadaan ini lebih baik” Dokter Kim bersuara.

 

“Apa yang harus kulakukan?” Kris bertanya. Luhan masih menangis dalam diam.

 

“Ini adalah Kanker darah stadium akhir. Jadi aku tidak bisa berkata apa-apa. Kemungkinannya terlalu kecil. Dan hasil penelitianku mengatakan bahwa ini diturunkan secara genetik. Atau lebih tepatnya secara keturunan.”

Dokter Kim menarik nafas sebelum melanjutkan bicaranya.

 

“Kau harus dirawat, dan kau juga harus menjalani serangkaian program terapi dan juga—“

 

“Berapa lama lagi?” Luhan memotong ucapan Dokter Kim.

 

Dokter Kim menarik nafas berat. “ Perkiraanku adalah 4 bulan.”

 

“...”

 

“...”

 

“...”

 

“Luu~” Kris menatap Luhan yang masih meneteskan bulir-bulir air mata

.

.

.

.

.

Sudah 3 hari berlalu setelah kejadian tersebut. Hubungan Luhan dan Sehun msih sangat baik. Sehun tak pernah menanyakan hal mengenai apa yang ia dengar di rumah Luhan tempo hari. Luhan juga tidak pernah membahas hal itu dengan Sehun.

 

Walaupun Sehun harus membagi waktunya unruk Juniel. Ia tetap mengutamakan Luhan. Menjenguk Luhan yang berada di toko bunga. Mengunjunginya dirumah dan sebagainya.

 

Waktunya dan Juniel hanya sebatas makan siang biasa. Ia melakukannya hanya karena tidak ingin diteror oleh Eommanya.

 

Hari ini sepulang dari kampus Sehun langsung pergi ke toko bunga diamana Luhan berada. Ia pergi kesana membawa sebucket bunga. Beberapa macam bunga yang telah ia cari artinya dan ingini memberikannya pada Luhan.

 

Sesampainya di toko bunga. Ia melihat Luhan yang sedang menata bunga di salah satu rak disana.

 

“Hyung!  Saranghaeyoo~” Sehun memeluk Luhan dari belakang.

 

“Ne. Nado saranghae Sehun-ah”  Luhan membalikkan tubuhnya dan memeluk sehun dengan senyuman Pahit namun tak bisa dilihat oleh Sehun. Sangat teramat pahit hingga ia meneteskan air matanya.

 

Sehun melepas pelukannya dan melihat Luhan menangis. ”Kau kenapa Luhan hyung??” Sehun terkejut melihatnya. Ia takut.

 

“tidak apa-apa kok aku hanya terharu” Luhan berbohong! Ya! Luhan berbohong! Bukan itu yang ia tangiskan!

 

“Aku membawkan ini untukmu. Jadi jangan menangis lagi.” Sehun menyerahkan sebuah bucket bunga berisi beberapa macam bunga yaitu Acacia, Coreopsis, Heliotrope dan yang terakhir white rose.

 

“aku sudah tau arti dari semua bunga ini Lu~.” Sehun melanjutkan

 

“Acacia yang berarti cinta murni, Coreopsis yang berarti kebahagiaan,Heliotrope dan White love yang berarti cinta yang abadi.” Sehun menjelaskan sedangkan Luhan semakin menangis.

 

“Semua ini untukmu, aku berharap cinta murni yang kuberikan padamu memberikan kebahagiaan dan akan selalu abadi untuk kita berdua” Sehun melanjutkan

 

Sedangkan Luhan menangis semakin keras dan Sehun semakin takut. Ia takut jika ini berhubungan dengan kejadian kemarin. Namun ia berusaha untuk tidak menanyakannya.

 

“kau kenapa hyung? Bicaralah padaku” Sehun merangkul Luhan di dalam pelukannya.

 

“Aku hanya terharu dengan pernyataanmu Sehun” lagi-lagi Luhan berbohong!

.

.

.

.

.

Luhan turun dari mobil Sehun. Ia pulang diantar oleh Sehun, karena Sehun bersikeras menunggunya dan mengantarkannya pulang.

 

“Aku pulang dulu Luhan hyung~~~” Sehun memeluk Luhan dan mengecup keningnya sekilas.

 

Luhan hanya menyunggingkan senyum tipis.

 

Setelah Sehun pergi. Luhan memasuki rumahnya dengan tubuh yang sedikit terhuyung. Melihat hal itu. Kris

merangkul Tubuh Luhan  dan mendudukkannya diatas sofa.

 

Luhan dan Kris hanya terdiam. Tidak ada salah satu dari mereka yang berniat memulai percakapan. Tiba-tiba Kris berdiri dari duduknya hendak beranjak ke kamarnya.

 

“Kris” Ucapan Luhan membuat Kris berhenti dan membalikkan tubuhnya.

 

“Aku akan meninggalkan Sehun sekarang juga.” Luhan menatap kearah depan dengan tatapan kosong.

 

“MWOO???? Apa kau gila Hyung????” Kris tersentak kaget.

 

“AKU TIDAK TAHAN KRIS!!!” Luhan menundukkan kepalanya dan mulai terisak.

 

“Aku tidak ingin menyakitinya nanti.... Aku.. aku.. Aku tidak ingin ia sedih saat aku mati nanti!!” Luhan berteriak dengan suara serak dan air mata yang mulai mengucur.

 

“apa kau benar-benar akan melakukannya?” Kris sekarang menatap lekat manik mata Luhan.

 

“ya. Aku Tidak ingin membuatnya menderita Kris” Luhan menyaut dengan isakan.

 

“Kau GILA! Kau akan menyiksanya Lu!!” Kris menaikkan nada bicaranya.

 

“Aku sangat mencintainya Kris..” Luhan menatapi Kris dengan wajah sembabnya.

 

“Jadi aku harus melakukan ini semua sebelum semuanya terlambat. Waktuku takbanyak Kris. Jadi kau harus membantuku membuat Sehun membenciku secepat mungkin.” Luhan tersenyum miris.

 

Kris langsung pergi meninggalkan Luhan yang masih menangis. Sungguh Kris tidak akan sanggup mendengar lanjutan dari perkataan Luhan.

 

“Sehun-ah. Bagaimana ini??” Luhan masih menangis dan bergumam pelan.

.

.

.

.

.

Pagi menyapa tubuh Luhan yang masih menggeliat lucu di ranjangnya. Tubuhnya sungguh lelah entah mengapa. Cahaya matahari menusuk tubuhnya dan mendesaknya untuk bangun. Minggu, hari ini hari minggu. Ia akan membuka tokonya hari ini. Ia menyambar handuknya dan bergegas ke kamar mandi dekat dapur. Karena kamar mandinya sedang bermasalah.

 

Baru saja Luhan membuka pintu kamarnya. Ia hampir saja meloncat karena terkejut saat melihat Sehun yang memamerkan senyum indahnya.

 

“Apa yang kau lakukan disini Hun?” Luhan bertanya cepat.

 

“Menjemputmu Hyung. Sekarang kan minggu. Jadi aku tidak pergi ke kampus. Lagian ini udah siang Hyung. Kok bangunnya telat banget sih?” Sehun merangkul Luhan.

 

Semburat merah timbul di pipi Luhan.

 

“Eumm. Aku mau mandi dulu Hun” Luhan melepaskan dirinya pelan.

 

“Kau tunggu disini saja Sehun.” Kris menyahut dari sofa ruang tamu dengan dua cangkir teh ditangannya.

 

Sehun pun mengecup kening Luhan sekilas. Setelah itu ia menghampiri Kris yang berada di sofa sana.

 

Beberapa menit ia berbincang banyak hal dengan Kris. Tiba-tiba handpone Kris berdering. Sehingga Kris pamit untuk mengangkat panggilan dari atasannya itu. Sehun sendiri di ruang tengah itu. Ia berkeliling di sekitar sana.

 

Tiba-tiba ia melihat sebuah album foto di salah satu rak. Sehun pun mengambilnya. Ia berniat ingin melihat isi album tersebut.

 

Namun setelah ia berhasil menariknya. Secarik amplop ikut tertarik dan jatuh tepat di kaki Sehun.

 

“Eo?” Sehun mengambil amplop tersebut.

 

Tangannya bergetar tiba-tiba. Di amplop tersebut tertera alamat dan nama rumah sakit tempat Luhan dirawat.

 

“Tidak mungkin.” Sehun bergumam dengan mata sedikit berkaca-kaca dan dengan gemetar membuka amplop tersebut.

 

“Positif?” Sehun bergumam serak. Seperti tenggorokannya telah tercekat sesuatu yang tumpul.

Ia dengan sekuat tenaga menahan tangisnya. Ia kembali memasukkan kertas itu dan mengembalikannya ke dalam amplop. Merapikannya ketempat semula. Dan duduk kembali di sofa.

 

Sehun termenung disana. Ia terdiam. Tubuhnya gemetar. Keringat dingin mengucur. Ia menyeruput tehnya dengan kasar dan gemetar.

 

Taklama terdengar suara derapa kaki dari arah dapur. Sehun berusaha menstabilkan dirinya karena ia tau Luhanlah yang akan datang.

 

Luhan datang dengan handuk melilit di pinggangnya. Tubuhnya sedikit basah. Ia hanya melirik kearah Sehun dan tersenyum.

 

“Lu~” Sehun hampir saja menangis jika Kris tak datang menepuk pundaknya.

 

Kris menghela nafas berat dan duduk di sebelah Sehun. “Kau sudah tau?” kris menyeruput tehnya.

 

“Itu lebih baik. Karena aku bisa mempercayaimu untuk membahagiakannya sampai saat terakhitnya nanti.” Kris meletakkan cangkir teh miliknya.

 

“Bagaimana bisa? Ini bukan bercanda eoh?” Sehun menatap kearah Kris nanar.

 

“Menurutmu ini candaan? Hanya kau yang bisa membuatnya bahagia Sehun-ah!” Kris bangkit dan menepuk pundak Sehun.

 

Namun Kris kembali berbicara saat hendak meninggalkan Sehun.

 

“Ia tak ingin kau tau tentang itu” Kris pun pergi ke luar.

 

Sehun terdiam. Ia tergamam. Ia bingung. Ia Sedih. Ia benci. Apakah Tuhan setega itu pada Luhan????

‘Aku bahkan lebih rela jika aku yang mengalaminya Tuhan’ Sehun bergumam dalam hati seraya menundukkan wajahnya.

 

“Hun~ Ayo berangkat sekarang” Suara Luhan menyadarkan Sehun.

 

Sehun pun mengantarkan Luhan ketokonya. Menemani Luhan melayani para pembeli. Menemani Luhan disana dengan pikiran yang masih berkecamuk. Sampai malam hari tiba. Tak ada percakapan berarti dari Sehun ataupun Luhan. Hanya pertanyaan dan jawaban seputar toko bunga.

 

Luhan masih sibuk membersihkan toko yang akan ia tutup sebentar lagi. Sehun menunggunya diluar. Setelah selesai Luhan menghampiri Sehun.

 

“Hun. Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Apa kau mau ke taman bermain?” Luhan menawarkan.

Sehun tak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Sementara pikirannya masih mengira-ngira apa yang akan Luhan katakan padanya.

 

Sesampainya di taman bermain yang tak jauh dari sana. Luhan langsung memilih ayunan dan menduduki tubuhnya disana.

 

Sementara Sehun duduk di kursi kayu yang berada di hadapan Luhan.

Hening. Sudah 10 menit mereka disana. Namun mereka enggan membuat awal dari sebuah percakapan. Namun tiba-tiba Sehun membuka mulutnya.

 

“Apa yang ingin Hyung bicarakan?” Sehun bertanya dengan tatapan yang tertuju pada sepatunya sendiri.

 

“Hun.” Luhan lirih.

 

“Kurasa kita berhenti saja sampai disini.” Luhan melanjutkan. Ia hanya memainkan kaki-kakinya dan pasir yang berada di bawahnya.

 

“Apa maksudmu Lu???” Sehun menatap Luhan.

 

“Aku-aku sudah menyukai orang lain Hun” Luhan berkata agak sedikit terbata dan bergetar.

 

“Kau bohong!!!” Sehun sedikit berteriak dan bangkit dari duduknya.

 

“Aku tidak bohong Hun. Aku mohon tinggalkan aku. Itu akan lebih baik” Luhan menatap sehun. Kemudian menundukkan kepalanya.

 

“Aku tau Lu~ aku tau SEMUANYA!!!” Sehun masih dengan nada bicara yang tinggi.

 

“Ap-apa maksudmu Hun?” Luhan menatap Sehun.

 

“Kau-KAU!!!” Sehun terdiam kemudian berlari menuju Luhan dan mendekap tubuh Luhan yang berada diatas ayunan dengan sangat erat. Sangat teramat erat. Seakan Sehun tak akan pernah melepaskannya.

 

Luhan terkejut. Namun ia membalas pelukan Sehun dan bergumam pelan disana. “Ada apa?”

 

Sehun hanya mempererat pelukannya. Membuat Luhan sedikit merasa sesak. Dengan sekuat tenaga Luhan mendorong Sehun.

 

Sehun menatap Luhan dengan lekat.

 

“Aku tau keadaanmu Lu~” setetes air mata menuruni pipinya.

 

“...” luhan terdiam. Ia tak bisa menjawab. Ia menundukkan wajahnya.

 

“Aku tak akan meninggalkanmu Lu~” Sehun mengangkat dagu Luhan dan membuat mereka saling menatap.

 

Luhan tak sanggup menahan emosinya. Semua bebannya telah terkuras oleh pandangan Sehun. Air mata tak bisa ia bendung lagi. Pertahanannya sudah runtuh.

 

Sehun pun memeluk Luhan yang sedang menangis sejadi-jadinya. Malam itu pun menjadi malam yang panjang untuk Sehun maupun Luhan. Setelah mengeluarkan semua yang ada dihati mereka. Akhirnya mereka pun pulang.

 

Sehun mengantarkan Luhan untuk pulang. Dan ia pun pulang kerumahnya.

Setibanya disana. Ia langsung dicegat oleh ibunya karena baru pulang selarut ini.

 

“Dari mana kau?” Eomma Sehun menyeruput secangkir teh mungkin.

 

“Bertemu dengan Luhan.” Sehun menjawab singkat dan meninggalkan Eommanya yang sedang menahan amarahnya.

 

“Luhan ya? Seberapa hebat dia?” Eomma Sehun bergumam sembari meletakkan cangkirnya.

.

.

.

.

.

-To Be Continued-

your comment please ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mahava #1
Chapter 9: omg aku nangis T.T terharu bgt waktu bagiannya kris yg sampeberlutut di hadapan mamanya sehun, yaampun T.T
hunhan jjang :")
ReLif_53 #2
Chapter 5: Huueee.. Luhann., malang sekali nasibmu nakk..
Sehuunn.. Pleasee, jangan tinggalkan lulu.. :( aaarrrrgghh... pengen q cekek tu si yeoja genit sama ibunya sehunn.. ;>
ReLif_53 #3
Chapter 4: Luhan udah tau ya soal oemmanya sehun yg gak setuju sama hub mereka.. Waktu sehun ngomong sama baek itu loh..
Dan kyanya luhan berencana utuk ngelepas sehun kya di prolog.. #sotoy
ReLif_53 #4
Chapter 3: Tuuu.. Kaann luhannya sakitt..
Terus emaknya sehun kagak setuju..
ReLif_53 #5
Chapter 2: Bener2 tragis kisah hidupnya lulu.. Untung sehun datang dan mencairkan kutub es yg ada didiri luhan.. Penasaran apa jangan2 ntar oemmanya sehun itu oemmanya luhan? Atau mungkin ntar lu2nya sakit..
ReLif_53 #6
Chapter 1: Kerreenn.. Luhannya dingin bangeett.. Terus kenapa dia gak mau bersosialisasi..