Chapter 2

Our Eternal Love

Before : 

 

"Ini untukmu. Artinya adalah cinta yang bergairah bukan? Ini sama seperti perasaanku padamu." Sehun meninggalkan Luhan yang masih terdiam menatap bunga mawar tersebut.

 

Awalnya Luhan hanya mendongak. Namun Sehun terus menyodorkan bunga tersebut. Akhirnya Luhan pun meraih bunga tersebut dan memandanginya datar. Namun tidak dengan hatinya. Ada getaran hebat disana. Luhan berdoa agar itu hanya perasan atau kesalahan di dalam dirinya.

.

.

.

Eternal Love

.

Cast : Just HunHan Focus! And maybe the other Cameo and Couple

Genre : Romance. Angst. Hurt. Drama.

Rated : Teen, Safe(?), Pg 15

Lenght : Chaptered

.

.

Warning : Shounen ai, BL, , OOC, Gaje, Kependekan, and Typo(s).

Disclaimer : Cerita ini 100% hasil pemikiran saya. Saya Cuma pinjem nama doang sama sooman.

.

.

WARNING!!! HERE!!

.

 

.

Sehun memegang dadanya yang seakan meledak sekarang. Sudah sedari tadi ia berada di dalam mobil, namun tidak berniat menghidupkan mesin mobilnya, apalagi beranjak dari tempatnya sekarang.

 

Jatuh cinta.

 

Ya, ia sedang jatuh cinta pada namja tadi. Luhan. Namja cantik tadi. Sehun sekarang benar-benar menyukainya. Konyol bukan? Baru beberapa jam yang lalu ia bertemu. Tapi sekarang hatinya sudah seakan di pompa angin yang sangat besar.

 

“Akan kudapatkan kau Luhan-ssi” Sehun mendesis masih memegangi dadanya. Dan sekarang ia sudah menyalakan mesin mobilnya dan pergi.

.

.

.

.

Luhan sekarang sudah beerada diluar toko miliknya. Ia sudah dijemput oleh Kris. Saudaranya. Saudara tirinya. Mereka memiliki ayah yang sama namun berbeda ibu. Ibu Kris meninggal setelah melahirkannya. Sedangkan ibu Luhan terlalu kejam sehingga menitipkan mereka berdua di panti asuhan. Dengan alasan bahwa ayahnya yang pergi tak tau kemana dan tidak memberikannya uang untuk membesarkan mereka.

 

Awalnya Luhan tidak mengerti. Namun setelah Luhan beranjak dewasa. Ia dan Kris selalu diejek dan dicemoohkan di sekolah maupun lingkungannya karena cerita konyol tentang keluarga mereka. Oleh karena itu Luhan benci sekali untuk bersosialisasi. Dia benci untuk menyayangi seseorang. Karena baginya tidak ada yang menyayangi dirinya. Jadi untuk apa dia lelah menyayangi orang lain? Dibohongi? Itu seperti hal biasa bagi Luhan.

 

Untung saja Kris selalu menguatkannya. Walaupun ia hanya saudara tirinya. Ialah pilar kehidupan Luhan. Orang yang sekarang telah berdiri di samping mobil sport merah yang berada di depan toko milik Luhan. Menunggu Luhan.

 

“Kau sudah selesai Lu?” Kris bertanya. Dan hanya diangguki oleh Luhan. Kris lalu membukakan pintu mobil untuk Luhan.

 

Di dalam mobil hanya Kris yang berbicara. Memang selalu seperti itu. Luhan tidak terlalu suka berbicara. Namun dibalik sikap dinginnya. Ia adalah pendengar yang baik.

 

“Kita sampai” Kris berseru setelah Mobilnya telah masuk ke Area apartemen mereka.

 

Luhan tetap dengan keadaan diamnya. Sesampainya di dalam Kris menghampiri Luhan. Ada sesuatu yang mengganjal  dihatinya. dan Kris harus mengatakannya sekarang. Kris tidak akan tahan jika Luhan selalu saja seperti ini.

 

“Lu....” Kris bergumam pelan.

 

“kapan kau akan berubah? Aku terlalu sedih melihatmu seperti ini. Masalah yang lalu biarkanlah berlalu hyung.... Kau harus tersenyum.... Kau tidak bisa menghukum dirimu seperti ini Hyung.” Kris tertunduk dan sedikit menangis pelan.

 

“Aku bukan menghukum diriku Kris-ah.” Luhan memandangi Kris yang terduduk di sofa.

 

“Memang inilah kenyataannya. Untuk apa aku ubah? Setelah aku mengubahnya. Apakah semua akan menjadi lebih baik kah? Lebih menyenangkan kah?” Luhan menahan tangis.

 

“Kris... Jangan salahkan aku yang seperti ini. Salahkan takdir yang terlalu kejam pada kita.” Luhan pergi meninggalkan Kris yang menangis dalam diam,

.

.

.

.

Keesokan harinya. Seperti biasa Luhan membuka tokonya. Jujur saja sebenarnya ia membuka toko ini setiap hari bukan untuk mengambil keuntungan dari hasil penjualan. Tapi karena ia terlalu mencintai Bunga-bunga yang ada di sana. Bunga-bunga yang indah yang dapat menenangkan hari-harinya.

 

Tanpa sengaja Luhan melihat bunga mawar merah yang diberikan oleh namja yang bernama Sehun kalau tidak salah. Luhan meraih Bunga tersebut dan membuangnya ke tong sampah yang berada di dekatnya.

 

“Cinta?? Omong kosong! Mana ada yang namanya cinta! Itu hanya ungkapan yang tak ada buktinya bagiku!” Luhan menatap datar kearah tong sampah tersebut.

 

“Tentu saja ada yang namanya Cinta Luhanie~ apa kau tak pernah merasakannya? Aku akan memberikannya padamu agar ada buktinya untukmu.” Tiba-tiba seseorang menyahut dari ambang pintu.

 

Sehun. Ya, orang itu adalah Sehun. Luhan sempat terkejut namun kemudian ia berubah menjadi datar kembali.

 

“Jangan terlalu banyak omong kosong. Kau tidak akan pernah bisa membuktikan adanya cinta padaku. Aku sudah terlalu benci dengan kata itu.” Luhan berbalik.

 

Tiba-tiba Sehun memeluk Luhan dari belakang. Hangat. Luhan merasakan tubuhnya menghangat seketika. Namun ada yang mengganjal dihatinya. sesuatu yang memaksa dirinya untuk menerima perlakuan namja ini.

 

“Semenderita apa kau? Apa yang diperbuat orang-orang padamu? Apa kau sangat menderita?” Sehun berbicara tepat ditengkuk Luhan. Namun Luhan mendengar kalimat tersebut sangat tulus. Tulus sekali.

 

Luhan tdak memberonta. Ia hanya mencerna pikirannya yang sekarang telah menghambur kemana-mana. Seperti inikah dipeluk dengan ketulusan? Selain Kris. Tidak ada yang pernah memeluknya. Bahkan Kris sudah lama sekali tidak memeluknya.

 

Sehun membalikkan tubuh Luhan. Menatapnya. “Kau bisa mengandalkanku Luhanie~. Aku akan membuatmu melupakan penderitaanmu.” Sehun berkata tegas dan beralih memeluknya.

 

Luhan benar-benar tak mengerti keadaanya sekarang. Ia terguncang. Emosinya tak terkendali. Ia menangis. Menangis karena ada orang yang peduli padanya setulus ini. Ia benar-benar menangis sekarang.

 

Sehun memandang wajah Luhan sendu. “Kau bisa mulai dengan bercerita padaku”.

 

“hiks.. kenapa kau melakukan ini.. hiks.. kenapa? Aku benci kau!”Luhan terisak sambil memukul dada Sehun dengan keras.

 

“Karena aku benar-benar jatuh cinta padamu. Dan Aku akan mengambil semua penderitaan orang yang aku cinta. Cinta itu bukanlah omong kosong” Sehun menatap Luhan dalam.

 

Luhan semakin terisak dan terus menangis. Luhan tak peduli lagi apa yang akan orang katakan saat ini. Emosinya benar-benar tak terkendali.

Sehun. Namja yang dapat memancing emosinya seperti sekarang ini. membuatnya begitu emosiaonal dan tak terkendali. Padahal baru saja ia mengenal namja ini. namun... efeknya terlalu besar bagi Luhan.

.

.

.

.

Saat ini Luhan sedang tertidur tepat di bahu milik Sehun. Ia terlalu lelah menangis. Meluapkan semua emosinya. Sehun memandangi wajah Luhan dalam. Sehun mengelus pipi Luhan.

 

“Bagaimana mungkin kau bisa semenderita seperti itu?” Sehun berkata lirih.

 

“kau pasti sangat tersiksa.” Lanjutnya.

 

Luhan bergumam pelan. ‘Sepertinya ia akan terbangun’ Sehun membatin. Dan benar saja Luhan bangun sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

 

“Apa kau baik-baik saja?” Sehun bertanya karena ia melihat mata Luhan agak bengkak akibat menangis tadi.

 

“eum..” Luhan mengangguk pelan. Sekarang Luhan menatap deretan bunga Coreopsis (orange Tickseed) didepannya.

 

“Sehun-ah.” Luhan memanggil Sehun pelan. Sehun sempat terkejut karena ini kali pertama Luhan memanggilnya seperti itu.

 

“Bunga Coreopsis... Kau tau apa arti dari bunga tersebut?” Luhan bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga coreopsis itu.

 

“Tidak.” Sehun menjawab. Kecewa. Pertanyaan pertama Luhan tidak bisa ia jawab.

 

“Kebahagiaan.” Luhan menggumam.

 

“Menurutku itu konyol. Kau tau? Untuk sekali saja. Aku tidak pernah merasa bahagia dihidupku. Sungguh aku iri dengan orang-orang diluar sana.

Yang selalu bahagia sepanjang hidupnya.” Luhan menatap kosong masih kearah bunga tadi. Luhan berusaha menahan agar tangisannya tak keluar untuk kedua kalinya.

 

“AKU AKAN MEMBERIKANNYA PADAMU!” Sehun menarik Luhan agar berhadapan dengannya.

 

“aku akan memberikannya. Aku berjanji untuk itu” Sehun melanjutkan.

.

.

Tes.

 

Setetes air mata mengalir dari pelupuk mata milik Luhan.

 

“Apa kau benar-benar akan melakukannya? Benarkah itu? bisakah?” Luhan bertanya. Serak. Ya, sekarang ia sudah mulai terisak lagi.

 

“NE AKU BERJANJI“ Sehun menjawab mantap.

.

.

.

.

Sekarang Sehun sedang menemani Luhan. Menemani Luhan menunggu Kris untuk menjemputnya. Hari ini Sehun benar-benar telah mengenal Luhan sepenuhnya. Ya setidaknya begitulah yang Sehun pikirkan. Luhan telah menceritakan kisah hidupnya. Entah apa yang membuat Luhan sangat yakin terhadap Sehun. Hanya hatinya yang mengatakan bahwa tidak apa-apa jika ia menceritakan semuanya.

 

setelah mendengar cerita yang dituturkan oleh Luhan. Sehun sempat Shock. Ia yang selama ini hidup bahagia, tak pernah membayangkan bahwa ada kisah hidup yang se-tragis itu. Bahkan Sehun hampir menangis. Ia tak sanggup membayangkan Luhan menghadapi itu semua. Sakit. Sangat Sakit.

 

Sehun tersadarkan dari lamunannya saat mobil sport merah menepi tepat di depan toko milik Luhan. Seorang namja keluar dari mobil. Saat melihat wajah Luhan yang lumayan berantakan sehabis menangis tadi. Ia langsung memekik.

 

“Luhan hyung! Kau kenapa? Apa yang terjadi? Apa kau menangis? Siapa yang membuatmu menangis? Apa orang ini yang membuatmu menangis hyung?” Ktis menatap Sehun tajam.

 

“Tidak Kris bukan dia. Dia adalah...”

,

,

,

“—dia adalah temanku” Luhan menyambung ucapannya yang sempat menggantung.

 

Kris langsung menatap wajah sembab Luhan. Detik berikutnya wajah Kris saat ini langsung cerah. Ia sangat senang mendengar Luhan memiliki teman. Teman pertamanya.

 

“Hyung!” Kris memeluk Luhan.

 

“Aku tau! Kau pasti akan berubah! Dan kau? Siapa namamu?” Kris melepas pelukannya dan menatap Sehun.

 

“S-Sehun” Sehun menjawab agak gugup.

 

“Sehun-ah! Terima kasih banyak!” Kris menjabat tangan Sehun sekuat tenaga.

 

Sehun yang mendapati reaksi yang aneh terrsebut hanya tersenyum canggung.

 

“Luhanie~ ayo kita pulang. Dan kau Sehun. Bolehkah aku meminta nomor ponselmu? Aku harus punya nomor ponsel teman Hyungku sendiri” Kris merangkul Luhan. Luhan hanya tersenyum melihat adiknya yang sangat senang.

 

Setelah mendapatkan nomor ponsel Sehun. Kris pun pergi meninggalkan Sehun.Sehun pun langsung menuju ke arah mobilnya yang terparkir tidak jauh dari toko tersebut.

.

.

.

.

“Aku pulang” Sehun memasuki rumahnya.

 

“Sehun-ah!!!” pekik ibunya yang melihat Sehun yang baru pulang.

 

“Kau dari mana saja eoh? Pulang sekolah bukannya langsung pulang. Malah kelayapan!” Eommanya memukul lengan anaknya itu.

 

“hehe. Mian eomma. Aku tadi hanya mendengar cerita seseorang. Sampai aku lupa untuk pulang.” Sehun nyengir 5 jari.

 

“Semenarik apa sih cerita temanmu itu! Sampai-sampai kau lupa untuk pulang?” Eommanya mendengus. Kesal.

 

“Bukan menarik eomma. Tapi, menyakitkan.” Sehun menerawang kejadian tadi.

 

“Ingatlah Sehun! Sebentar lagi sekolahmu selesai. Dan kau harus segera mengambil alih perusahaan ayahmu! Dan kau harus mulai mencari

pasangan hidupmu sayang~” Eommanya mengelus surai hitam milik Sehun.

 

Sehun menarik nafas berat. “ayolah eomma! Aku kan sudah bilang. Aku ingin membentuk Band bersama teman-teamnku! Cukup Appa saja yang mengurusi perusahaan! Aku tidak berminat!” Sehun pergi meninggalkan Eommanya. Eommanya hanya bisa menghela nafas melihat anaknya yang bertingkah seperti itu.

.

.

.

.

“Luhan hyung. Bagaimana bisa ia menjadi temanmu? Apakah ia orang yang baik? Bagaimana pertama kali bertemu? Seperti apa dia?” Kris menghujami Luhan dengan pertanyaan seputar teman barunya.

 

“Bertanyanya pelan pelan saja!” Luhan terkekeh.

 

Entah sudah berapa lama Kris tidak melihat ekspresi tersebut. Sehun. Terima kasih. Kris bergumam dalam hati.

 

“Hyung. Aku yakin Sehun dapat merubah hidupmu.” Kris menatap Luhan.

 

“dari mana kau tau Kris-ah?” Luhan bertanya,

 

“Dalam sehari saja ia dapat membuatmu terkekeh seperti tadi. Aku berharap hubungan kalian akan semakin baik hyung.” Kris menggenggam tangan Luhan.

 

“oo iya hyung!! Besok aku akan membawa seseorang ke toko bunga ne? Aku ingin kau mengenalnya.” Kris tersenyum malu.

 

“Apa dia kekasihmu Kris-ah?” Luhan berbisik pada Kris.

 

“eum.. ne hyung” Kris menjawab malu.

 

“hei! Kau tidak pernah memberi tahu padaku!” Luhan menggerutu.

 

“apa dia cantik? Atau tampan?”Luhan bertanya.

 

“Dia manis hyung.” Kris menjawab dengan semburat merah yang jelas di pipinya.

 

“hahaha kau blushing Kris.” Luhan tertawa.

 

Kris yang melihat Luhan yang baru saja tertawa pun tersenyum, senang.ia sangat senang. Luhan berubah. Benar-benar berubah! ‘Terima kasih Tuhan’ Kris membatin

.

.

.

.

Di perpustakaan kampusnya Sehun sedang sibuk dengan Laptopnya. Baekhyun, Chanyeol, D.O dan Kai yang melihatnya langsung menghampirinya.

 

“HEI!! Dari tadi dicari ternyata disini!” Kai memekik. Dan langsung diberi peringatan oleh pengawas perpustakaan.

 

“JANGAN BERISIK DISINI!” suara pengawas menggema.

 

“Kau saja berisik!” Kai menjawab pelan. Dan untungnya pengawas tadi tidak mendengarnya.

 

“sudahlah sayang” D.O merangkul lengan Kai.

 

“Hei.. apa yang sedang kau lakukan?” Baekhyun mencondongkan tubuhnya untuk melihat apa yang Sehun lakukan di laptopnya.

 

“sejak kapaan kau menyukai bunga eo?” sekarang Chanyeol yang angkat bicara.

 

“Sejak aku jatuh cinta pada orang yang sangat mengerti bunga.” Sehun menjawab singkat tanpa mengalihkan perhatiannya.

 

“Eo?? Jadi kau mempelajari tentang bunga?” Kai bertanya. Sehun yang ditanyai hanya mengangguk. Fokus. Ia terlalu fokus mempelajari apa yang ada di layar laptopnya saat ini. Sesekali ia mencatat di kertas note miliknya.

 

“Seperti apa sih orangnya? Apa dia benar-benar sempurna? Sampai-sampai anak konglomerat sepertimu jadi seperti ini.” Kai berbicara asal. Seketika Sehun menghentikan aktivitasnya.

 

“dia sangat cantik. Namun ia sangat menderita.” Sehun tertunduk sekarang.

 

“oo ya? Aku jadi ingin bertemu dengannya!” Chanyeol mengusap dagunya.

 

“Baiklah! Sepulang dari kampus kita langsung kesana. Oke? Aku rasa itu ide yang bagus.” Sehun bersemangat.

 

“Baiklah!” mereka berempat menjawab serempak.

.

.

.

.

“Apa kabar” Seorang namja menyapa Luhan sopan.

 

“Kris? Bagaimana bisa kau mendapatkan namja semanis ini?” Luhan bertanya pada Kris. Sedangkan yang ditanya maalah senyum-senyum malu. Sama dengan halnya Tao. Namja yang menyapanya tadi.

 

Tiba-tiba pintu toko terbuka dan mengalihkan pandangan ke-3 namja di dalamnya.

 

“Sehun-ah?” Luhan tersenyum. Begitu pula Kris yang melihat hyungnya. Dia sangat senang melihat hyungnya yang mulai bisa untuk bersosialisasi..

 

“Aku membawa teman-temanku Lu~”

-To Be Continued-

please leave a comment!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mahava #1
Chapter 9: omg aku nangis T.T terharu bgt waktu bagiannya kris yg sampeberlutut di hadapan mamanya sehun, yaampun T.T
hunhan jjang :")
ReLif_53 #2
Chapter 5: Huueee.. Luhann., malang sekali nasibmu nakk..
Sehuunn.. Pleasee, jangan tinggalkan lulu.. :( aaarrrrgghh... pengen q cekek tu si yeoja genit sama ibunya sehunn.. ;>
ReLif_53 #3
Chapter 4: Luhan udah tau ya soal oemmanya sehun yg gak setuju sama hub mereka.. Waktu sehun ngomong sama baek itu loh..
Dan kyanya luhan berencana utuk ngelepas sehun kya di prolog.. #sotoy
ReLif_53 #4
Chapter 3: Tuuu.. Kaann luhannya sakitt..
Terus emaknya sehun kagak setuju..
ReLif_53 #5
Chapter 2: Bener2 tragis kisah hidupnya lulu.. Untung sehun datang dan mencairkan kutub es yg ada didiri luhan.. Penasaran apa jangan2 ntar oemmanya sehun itu oemmanya luhan? Atau mungkin ntar lu2nya sakit..
ReLif_53 #6
Chapter 1: Kerreenn.. Luhannya dingin bangeett.. Terus kenapa dia gak mau bersosialisasi..