♡ Part 7 ♡
A Toy Love StoryChap 7
Enjoy Reading =)))
Seorang wanita dengan kaki yang jenjang keluar dari pintu lift, dengan sunglass hitam yang terlihat berkelas ia berjalan dengan tegak seakan ingin memberi kesan bahwa ia adalah seseorang yang memiliki kedudukan yang tidak bisa dianggap remeh, kepalanya bergerak kekanan dan kekiri seakan mencari sesuatu, setelah ia menemukan hal yang dicarinya sejak keluar lift tadi tanpa ragu ia langsung menghampiri tempat tersebut ‘meja resepsionis’. Ia berjalan kearah dimana karyawan disana terus memperhatikannya dengan kedua bola mata yang seakan ingin keluar dari mata mereka.
“Saya ingin mencari nichkhun, apa kalian tau dimana ruangannya?” tanya wanita ini sambil menaruh tas branded-nya keatas meja resepsionis yang malang.
“maaf nona, apakah anda sudah membuat janji dengan tuan nickhun sebelumnya?” balas si karyawan yang rasa kagumnya tadi sedikit berkurang karena cara bicara wanita ini yang tidak bisa dibilang sopan
“belum, tapi aku ingin bertemu dengannya, kau hanya perlu memberi tau ruangannya, kenapa repot sekali” wanita ini berbicara dengan nada ketus yang membuat resepsionis sedikit kesal, tapi karena profesionalisme ia mencoba untuk menahan emosinya.
“maaf nona, tapi perusahaan kami memiliki prosedur dan saya harus memenuhi prosedur tersebut, jika nona ingin bertemu dengan tuan nichkhun nona bisa membuat janji terlebih dahulu dengan yang bersangkutan” ucap resepsionis dengan senyuman yang kali ini dipaksakan
“dia tidak mengangkat telpon ku, kalau begitu kau telpon saja nichkhun dan bilang kalo tifany sedang menunggunya disini” ucap wanita bernama tifany ini, dengan memutar bola matanya si resepsionis malang ini terpakasa melakukan apa yang wanita itu minta, ia tidak mau mulut wanita ini membuat masalah dikantor karena keributannya.
“halo, nichkhun-ssi disini ada seorang wanita yang sedang menunggu anda, namanya tiffany dan ia meminta saya untuk mengantarkannya keruangan anda, apa anda sedang sibuk sekarang” ucap sang resepsionis kepada nichkhun lewat sambungan telpon.
“baiklah, saya mengerti” setelah mendapat balasan dari nichkhun sang resepsionis menaruh kembali gagang telpon ketempatnya dan berhadapan lagi dengan wanita didepannya itu.
“tuan nichkhun bilang kalau anda bisa menemuinya, anda bisa naik kelantai 17, ruangan tuan nichkhun ada di bagian paling pojok lorong tersebut” ucap sang resepsionis
“baiklah” tanpa mengucapkan terimakasih wanita menyebalkan ini meninggalkan meja resepsionis menuju lift untuk naik keruangan nichkhun.
~*~*~*~
Sejak kejadian dua hari lalu, saat nichkhun mengecup bibir wooyoung, mereka berdua bertingkah seperti orang asing, tidak berani menyapa, tidak berani bertatapan langsung. Untuk wooyoung yang pemalu hal ini tentu sangat wajar karena jika ia menatap mata nichkun sebentar saja maka kedua pipi tembamnya akan memerah seperti buah cherry dan untuk nichkhun kejadian kemarin berhasil membuat otaknya berputar tidak karuan seperti roller coaster, ini pertama kalinya ia mencium sesama jenis tapi anehnya jantung nichkhun berdetak kencang berkali-kali lipat dibanding saat ia mencium lawan jenisnya, ia resah dengan orientasi seksualnya, apakah ia gay? Tapi ia yakin bahwa ia masih tertarik lawan jenisnya, bahkan kemarin ia hampir dibunuh junho karena ia mencoba untuk bereksperimen dengan mencium junho tapi perasaan yang ia rasakan saat dengan wooyoung tidak didapatkan nichkhun, mulai dari itulah nichkhun menyadari bahwa ia mulai menyimpan rasa pada namja cute yang menjadi partner-nya itu.
Membayangkan wajah wooyoung yang merona malu membuat nichkhun tersenyum seperti seorang remaja yang baru merasakan cinta pertamanya, sebenarnya ia tidak ingin mendiamkan wooyoung saat dikantor tapi apa yang bisa dilakukan nichkhun, jika ia bersikap biasa saja dengan wooyoung maka semuanya akan terasa makin canggung untuk mereka berdua, tapi dia tidak ingin membuat jarak diantara dirinya dan namja cute itu.
‘apa yang harus aku lakukan’ pikir nichkhun mencari solusi untuk mencairkan ketegangan diantara dirinya dan wooyoung
‘ahh! Aku ajak dia makan siang saja besok’ pikir nichkhun sambil menganggukkan kepalanya, lalu memutuskan untuk tidur, tidak sabar menanti hari esok tiba.
Pagi ini nichkhun bangun dengan wajah berseri, mengingat agendanya dengan wooyoung membuat ia tersenyum seperti orang idiot, walau belum tentu wooyoung mau menerima ajakan nichkhun tapi tetap saja ia senang.
~*~*~*~
Nichkhun memasuki ruangannya dan mendapati wooyoung sudah duduk manis dimejanya, mengerjakan tugas yang diberikanya kemarin, wooyoung pasti lelah karena belakangan ini pekerjaan yang mereka dapat menumpuk seperti gunung karena proyek baru yang sedang berjalan.
“selamat pagi wooyoung” sapa nichkhun setelah dua hari ini mereka saling tidak acuh satu sama lain, wooyoung terkejut dengan sapaan nichkhun maka dari itu ia tidak langsung membalas sapaan dari nichkhun.
“pa..pagi juga” gumam wooyoung pelan tentu dengan rona yang menempel dikedua pipinya.
“apa kau sudah sarapan?” tanya nichkhun dengan ramah
“hmm, strawberry milk dan sepotong roti” balas wooyoung, sebenarnya dibalik meja kerja wooyoung jari tangannya saling me
Comments