Happy reading ^^ sorry for typo's :/

“nunna apa hal itu benar? Lalu kita harus bagaimana?” wooyoung mengerutkan dahi kecilnya dan matanya terus menatap peri narsha, berharap apa yang tadi di katakan peri itu tidak benar.

“ne wooyoung-ah, aku tidak tau jika mengubah boneka menjadi manusia itu adalah tindakan ilegal, kemarin peri sera mendapati ku memakai kekuatan itu melalu radarnya dan melaporkannya kepada ratu peri, aku dimarahi habis-habisan dan mereka mengancam ku untuk tidak melakukannya lagi, tapi aku tidak mungkin tidak melakukannya kan? Ini sudah setengah jalan,tali yang menghubungkan mu dan nichkhun sudah terikat,aku tidak mungkin membuat mu menghilang dari pandangannya kan? Ohh aku benar-benar dibuat gila!!” peri narsha yang biasanya terlihat anggun itu kini berubah menjadi seperti orang gila, tangannya terus menjambaki rambutnya, matanya memancarkan banyak sekali kekhawatiran.

“nunna apa kita berhenti saja? Apa kita menyerah sampai disini?, lagipula kemungkinan nichkhun menyukai ku itu sangat kecil, daripada nantinya aku membuat hukuman nunna semakin berat, apa lebih baik kita akhiri saja?” wooyoung menundukkan kepalnya, ia mengatakan ini antara rela tidak rela, di satu sisi ia tidak ingin mendatangkan masalah untuk peri narsha, tapi disisi lain ia tidak mau berpisah dengan nichkhun.

“yah wooyoung-ah, sifat mu yang mudah menyerah itu kenapa suka sekali datang? Kalau kita berhenti disini itu berarti usaha ku selama ini sia-sia, chh seharusnya aku tidak usah menceritakan ini padamu, menyerah? itu tidak akan aku lakukan, kita bisa melakukan ini diam-diam, aku bisa mematikan radar semua peri untuk sementara waktu, aku ini peri pintar, jadi mulai dari sekarang kau harus lebih agresif wooyoung-ah, kau harus mendekati nichkhun lebih keras dan mendapati hatinya dengan cepat”, peri narsha kembali ke mode optimisnya.

“tapi aku takut kalau nanti dia malah merasa terganggu karena aku terus menempel padanya,nuna” wooyoung tidak yakin bagaimana ia bisa mendekati nichkhun dengan cara yang lebih agresif dari sebelumnya, jika berada didekat nichkhun saja sudah berhasil membuat jantung wooyoung berdetak dengan tidak bersahabat.

“wooyoung-ah, apa rasa takut itu masih berlaku sekarang?” peri narsha lagi-lagi dibuat kesal dengan perilaku wooyoung yang sangat mudah menyerah, wooyoung hanya diam menunduk tidak tau harus berkata seperti apa.

“nunna”ucap wooyoung lirih “di dunia ini ada hal yang boleh dan tidak boleh diimpikan, jika aku yang seorang boneka berharap untuk memiliki manusia yang dari awalnya saja sudah diciptakan sangat berbeda dengan ku, apa semua ini masuk akal? Apa mimpi ku tidak belebihan? Aku takut pada diri ku sendiri, aku takut impian ku akan merubah ku menjadi monster, aku takut”, wooyoung menangis, baru kali ini ia merasakan kebimbangan yang sangat besar, ia tidak mau membuat nichkhun takut jika ia mendekatinya dengan agresif, dia takut nichkhun akan menaggapnya sebagai orang aneh yang menganggu, dalam beberapa detik, wooyoung ingin menyerah, akal sehatnya menyuruh wooyoung untuk berhenti karena satu tindakan ceroboh darinya bisa mendatangkan masalah besar untuk peri narsha tapi sekeras apaapun akal sehatnya berteriak untuk berhenti, hatinya menolak. Apa yang harus ia lakukan?

“wooyoung-ah, setidaknya kau harus memikirkan aku juga, kita sudah setengah jalan, nichkhun sudah mengenal mu, dia juga baik dengan mu, tidak ada yang tidak mungkin dilakukan, jika tidak ingin menjadi agresif kau bisa mendekatinya dengan tenang, perhatian kecil yang kau berikan mungkin bisa menggerakkannya. Wooyoung-ah walau aku hanya seorang peri tapi aku tetaplah wanita, kau taukan naluri seorang wanita tidak pernah salah? Saat aku melihat pancaran mata nichkhun ketika memandang mu, aku bisa melihat perasaan yang tersembunyi disana, baik saat kau masih sebuah boneka atau saat kau sudah menjadi seorang menusia, pancaran mata itu tetap sama, saat nichkhun melihat mu, aku bisa melihat kehidupan dimatanya, kau harus masuk kedalam hatinya, karena kaulah yang menjadi pemeran utama didalam hidup nichkhun, arraseo wooyoung-ah?” peri narsha menatap dalam kemata wooyoung, mata yang berlinang air mata itu kini memancarkan sedikit harapan, narsha tidak tau kenapa ia mau mempertaruhkan hidupnya untuk wooyoung, tapi seperti yang ditekatkan sebelumnya, peri narsha ingin terus melihat senyum wooyoung, ia ingin menjaga senyum itu.

“nuna, selama aku diciptakan oleh pemilik ku, aku tidak pernah merasa sehangat ini,tidak pernah menyadari kalau aku begitu diberkati karena memiliki semua teman-teman di lemari kaca dan juga nunna, gomawo nuna-ah, aku benar-benar bersyukur dapat mengenal kalian semua, aku tidak akan menyerah, usaha nunna tidak akan aku sia-siakan begitu saja, saat aku berjalan kedepan nanti, perasaan menyerah ini mungkin akan datang lagi tapi nunna tidak perlu khwatir, karena aku akan menelan perasaan itu, aku tidak akan jatuh semudah itu nunna, jadi aku mohon tetaplah berjalan bersama ku, aku membutuhkan mu”, wooyoung tersenyum, wajahnya yang tadi lesu kini telah memancarkan keyakinan, peri narsha membalas senyum itu dan mengaggukkan kepalnya, ia akan terus berada dibelakang wooyoung sebagai penyemangat dan juga berada didepan wooyoung sebagai tameng, ia akan berjalan bersama wooyoung. Ia akan terus memegang tangan wooyoung seperti seorang kakak perempuan yang bertanggung jawab atas kehidupan adik lelakinya.

~*~*~*~

Nichkhun duduk memandangi berkas-berkas yang harus ia periksa, matanya memang memandang kearah berkas itu, tapi pikirannya tidak tertuju kesana, saat ini ia sedang bingung bagaimana harus menguraikan perasaan yang belakangan ini sering mengganggunya, saat ia bekerja, saat ia tidur, bahkan saat ia menggosok giginya dipagi hari, gambaran wajah namja chubby yang kurang dari sebulan ini telah bekerja bersamanya selalu mengisi pikiran nichkhun, pipi namja chubby itu selalu memerah ketika mata mereka bertemu, raut wajahnya yang panik saat melakukan kesalahan dalam bekerja, dan senyumannya yang selalu terlihat tulus, membuat nichkhun gila, gila karena secara perlahan hatinya mulai tergerak dan matanya mulai mencari-cari keberadaan namja chubby itu ketika ia berada disekelilingnya.

“ada apa dengan ku” nichkhun mengusap tengkuknya, ia mencoba untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya tapi tetap tidak bisa.

“apa aku harus menghubunginya?” ucap nichkhun lagi “ahhh tapi dia tidak punya ponsel”, nichkhun mendesah kecewa saat menyadari hal tersebut.

“apa aku harus membelikan satu untuknya?”ucap nichkhun lagi. “sepertinya bukan ide yang buruk”. Nickhun keluar dari apartment dan mulai mengendarai mobil sport merahnya menuju mall. Entah kenapa ia melakukan hal ini, jika dipikir-pikir ini sudah tengah malam, kalaupun ia mau membelikan wooyoung sebuah ponsel, ia bisa melakukannya besok. Tapi dipikiran nichkhun, ia ingin memberikan ponsel itu secepat mungkin, ia ingin memberikannya besok pagi.

~*~*~*~

Wooyoung datang sedikit lebih pagi hari ini, ia tidak mau telat seperti kemarin lagi, ia juga membawa payung, mungkin ia takut hujan akan datang secara tiba-tiba. Saat ingin mengambil pena disampingnya, mata wooyoung bertemu dengan sebuah jepit rambut ber