Chapter 9
Don't Say Goodbye
Dinginnya malam merasuk ke tubuh Soojung saat ia berjalan menyusuri trotoar. Sepanjang perjalanan pulang, ia hanya terdiam dan merenung. Jadi adik yang diceritakan Minhyuk padanya adalah Kai? Mereka bersaudara? Apa yang ada dipikirannya, ia sendiri tidak tau. Lantas ada apa dengan sikap Kang Minhyuk tadi? Mungkin ia juga terkejut seperti dirinya hingga sikap Minyhuk berubah. Ia percaya hari esok akan lebih baik.
Ramainya Kota Lousiana di malam hari bukanlah malam yang baik bagi setiap gadis yang berjalan sendirian menyusuri jalanan yang penuh dengan anak muda. Terdengar suara memanggil, bersiul dan bahkan ada yang menatapnya aneh saat ia melintasi pertokoan yang dipenuhi oleh para pemuda yang, dekil?
Pura-pura tidak melihat dan terus berjalan adalah tindakan paling aman untuknya. Langkahnya semakin lebar saat ia mendengar suara langkah kaki dan bayangan pria mengikutinya. Hal yang ia sesalkan adalah membiarkan Luna pulang terlebih dahulu. Tapi jangan pernah memikirkan penyesalan karena sesuatu yang telah terjadi tidak mungkin bisa kembali seberat apapun kau menyesalinya. Yang harus ia pikirkan saat ini adalah bagaimana ia bisa menghindari semua berandalan yang mudah di temui di setiap ruas jalan di kota ini.
Laki-laki itu semakin mendekati Soojung dan tiba-tiba menggenggam tangannya. Soojung terkesiap dan hampir meronta sebelum ia mengenali pria ini, Kang Minhyuk.
“Jangan pernah berjalan sendirian di malam hari.” Ujar Minhyuk tanpa ekspresi.
Seketika rasa takut yang selama ini menghantui perjalanannya lenyap begitu saja. Ia tidak pernah merasa takut lagi pada apapun bila Minhyuk ada di sisinya. Dan saat itu juga, rasa nyaman menjalari tubuhnya.
“Gomawo, oppa.” Soojung meliriknya sekilas. Minhyuk masih menggenggam tangannya tanpa ekspresi.
Sikapnya masih belum berubah. Apakah ia begitu terkejutnya hingga harus bersikap dingin padanya. Atau, ia marah karena mengetahui Soojung menemani pria lain jika saja pria lain itu bukan adiknya? Entahlah, Soojung harus mengembalikan mood terbaik Minhyuk.
“Oppa, maukah kau menjemputku besok? Aku ingin mengajakmu makan siang di restoran spageti seperti waktu itu.” Soojung merajuk.
“Maaf, besok aku sibuk.” Minhyuk tetap bersikap dingin.
“Yah Kang Minhyuk, ada apa dengan mu? Apakah aku membuatmu marah sehingga kau harus bersikap sedingin ini?” Soojung cemberut sekarang.
“Katakan padaku apa salahku?” Lanjut Soojung.
“Tidak, aku tidak marah padamu.” Jawabnya singkat.
Soojung semakin kesal, baiklah, jika ini yang di inginkan Minhyuk, ia juga akan bersikap yang sama.
Hingga sampai di rumahnya, mereka tidak mengatakan satu patah katapun. Mereka berjalan dalam diam. Ketika Soojung memasuki pekarangan rumahnya, Minhyuk berhenti seolah mengatakan pada gadis itu jika ia hanya mengantarkannya sampai disini, tapi tangannya tetap menggenggam tangan Soojung. Sekarang apa yang pria ini inginkan? Jika ia marah, seharusnya ia melepaskan genggaman itu sekarang.
“Soojung-ah..” Minhyuk menatapya lekat. Soojung tidak ingin melihatnya, karena mata itu, lagi-lagi mata itu terpancar kesedihan yang mendalam. Ada apa dengan Kang Minhyuk? Apa yang ia perbuat hingga menjadikan Minhyuk seperti?
“Mwo?” Kata Soojung dingin.
“Maafkan aku.” Detik berikutnya Soojung terpaku. Jantungnya tiba-tiba berhenti. Tengkuknya di dorong kuat oleh Kang Minhyuk semakin mendekat. Minhyuk melumat bibirnya. Ciuman ini, Soojung tidak pernah merasakan ciuman sedalam ini. Terlalu kuat, intens dan terlalu dalam. Ciuman ini mampu membuyarkan semua pertanyaan tentang sikap kang Minhyuk malam ini. Sampai akhirnya Minhyuk melepaskan ciumannya untuk memberi mereka nafas. Soojung masih terdiam. Pikirannya kacau malam ini. Tentang sikap kang Minhyuk, mulai dari dingin, peduli, dingin lagi, dan sekarang ia menciumnya. Tapi ekspresi itu tidak berubah. Masih ada kepedihan disana.
“Tidurlah, selamat malam.” Minhyuk mengusap pipi Soojung sekilas kemudian pergi.
Soojung masih terpaku. Mengapa kata-kata itu terdengar begitu sedih? Ciuman ini, juga terasa begitu emosional. Saat ini yang ia rasakan adalah ketakutan yang begitu terasa. Setelah Minhyuk pergi, seolah sinar lampu yang meneranginya juga ikut menghilang dan ketakukan kembali merayapi tubuhnya. Kang Minhyuk, ia tidak bisa kehilangannya.
---- 0 ----
Sudah tiga hari sejak mereka terakhir kali bertemu pada malam dimana Minhyuk mengantarkannya pulang dalam keadaan kacau. Hingga saat ini, Minhyuk tidak bisa di hubungi dan di temui. Ia frustasi. Kemana Kang Minhyuk pergi? Ada apa dengan laki-laki itu? Apakkah ia mengalami sesuatu? Atau? Aaargh ia tidak ingin membayangkannya.
Bahkan saat ia mengunjungi Kai setiap hari, ia tidak pernah bertemu dengannya. Begitu teganya kah Kang Minhyuk membiarkan hatinya kacau seperti ini?
Hingga pada akhirnya ia mendapatkan berita bahwa Kang Minhyuk sedang berada di Korea dan terlihat mesra dengan seorang wanita. Dalam foto itu terlihat wanita berambut panjang dan berponi, Kim Jiwon?
Satu detik…
Dua detik…
Tiga detik…
Akhirnya, air matanya tumpah.
Tidak, ia tidak boleh menangis. Mungkin itu hanya gossip saja. Ia tidak mempercayai beritu itu. Kang Minhyuk tidak akan berbuat seperti itu. Ia berjanji tidak akan meninggalkannya. Minhyuk berjanji tidak akan menyakitinya. Bahkan ia berjanji Soojung tidak akan menderita karena berita di media. Tidak, Soojung percaya pada kang Minhyuk. Ia harus percaya. Soojung menghapus air matanya.
---- 0 ----
Kai tersenyum lebar melihat Soojung datang mengunjunginya hampir setiap hari. Kali ini gadis itu terlihat berbeda. Ada rona kesedihan di wajahya. Kai tidak ingin membuat gadis ini sedih. Ia menghibur Soojung sebisa mungkin agar Soojung bisa tersenyum seperti dulu.
Soojung tidak tahan lagi untuk tidak bertanya tentang dimana keberadaan kakanya. Tapi ia mendapat jawaban yang tidak sesuai. Kai juga tidak melihat kakaknya sejak seminggu yang lalu, mungkin ada pekerjaan di Korea.
Mengetahuinya, Soojung hanya tersenyum. Kai selalu menyukai gadis itu saat tersenyum. Kali ini ia akan mengambil langkah besar. Ia ingin Soojung tahu tentang isi hatinya. Toh selama ini Soojunglah yang selalu menemaninya di rumah sakit ini.
“Soojung-ah…” Kai menatap Soojung serius.
“Eoh? Kau butuh sesuatu?” Tanya Soojung.
“Tidak, aku ingin mengatakan satu hal yang selama ini kupendam sendiri, karena aku takut. Aku takut dengan diriku sendiri karena keadaan yang, yaah kau bisa melihatnya sendiri.” Kai melambaikan tangannya menunjukkan tubuhnya yang lemah dan penuh dengan jarum infus maupun jarum kemo. Bahkan rambut Kai pun sudah hampir habis, ia memakai kupluk untuk menutupi kepalanya.
“Apa maksudmu?” Soojung masih tidak mengerti.
“Selama ini aku merasa aku memiliki harapan untuk hidup karena ada dirimu. Kau lah yang membuatku bertahan Soojung-ah. Tapi sekarang aku tidak ingin menahan perasaanku lagi. Aku ingin kau tahu satu hal. Bahwa kaulah alasanku untuk bertahan hidup. Aku mencintaimu Soojung-ah.”
Soojung merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Kai? Mencintainya? Sejak kapan? Soojung tidak bisa berkata apa-apa. Ia menatap Kai dengan mata membulat dan rasanya ia ingin kabur saat itu juga untuk menenangkan dirinya sendiri.
Apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus mengatakan bahwa sebenarnya ia mencintai kakanya? Tidak? Itu tidak baik untuk kesehatan dan kondisi Kai saat ini. Lantas apa yang harus ia lakukan? Saat ini ia membutuhkan seseorang, seseorang yang mampu membuatnya tenang dan nyaman. Perasaan ini, ia benci perasaan ini. Soojung merasa serba salah sekarang.
Tanpa mereka sadari, Kang Minhyuk berdiri disana, di pintu kamar Kai yang terbuka. Setelah menyadarinya, Kai memanggil kakaknya dan seketika Soojung berbalik untuk melihatnya.
Yeah, disitulah, disitulah pria itu, mematung dengan ekspresi yang sulit dibaca. Pria yang selama ini dinanti Soojung. Pria yang selama ini menghilang dan membuatnya kacau. Pria yang membuatnya menjadi serba salah saat ini. Kang Minhyuk..
Mereka saling memandang, Minhyuk menatap Soojung lekat, jujur, ia sangat merindukan gadis ini. Dan kini, ia melihat gadis ini dalam keadaan kacau. Ia begitu merasa bersalah. Tapi inilah yang terbaik. ‘Soojung-ah maafkan aku..’
Tiba-tiba dokter masuk untuk memeriksa Kai, beruntung Soojung tidak harus menjawab pernyataan Kai sekarang. Soojung menggenggam tangan Kai dan berkata.
“Yah, kau harus diperiksa dulu. Nanti aku kembali lagi.” Soojung keluar ruangan dan melewati Kang Minhyuk yang masih mematung disana.
Minhyuk mengikuti gadis itu dari belakang, ia menarik pergelangan tangan Soojung. “Ikutlah denganku.”
Minhyuk mengajaknya ke taman rumah sakit yang nampak sepi. Mereka duduk di kursi sambil menerawang jauh dengan pikiran masing-masing yang penuh dengan pertanyaan.
“Oppa, tidakkah kau ingin menjelaskan padaku?” Tanya Soojung datar sambil melihat rumput yang ada dihadapannya.
“Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Maafkan aku Soojung-ah.” Minhyuk juga mengatakannya dengan nada yang sama.
“Aku tidak butuh maafmu, aku butuh penjelasanmu!” Kali ini Soojung benar-benar marah. “Apa kau tahu apa yang kurasakan saat ini, oppa?” Soojung tidak bisa menahannya lagi. Bendungan air mata itu tidak mampu menampung perih hati Soojung. Seolah ia bisa melepaskan kekacauan yang ia rasakan dalam hatinya seiring tumpahnya air mata itu.
“Apa yang harus kulakukan oppa?” Lanjut Soojung yang kini dengan isakan yang terdengar begitu menyakitkan.
Minhyuk melihat gadis itu sangat menderita. ia tidak bisa membayangkan apa yang telah ia perbuat padanya. Seberapa besar rasa sakit yang Soojung rasakan? Seberapa besar beban itu ia tahan? ‘Jung Soojung maafkan aku,’ lagi-lagi Minhyuk hanya mampu mengatakannya dalam hati. Tanpa sadar air mata juga menetes di pipi Minhyuk. Tapi buru-buru ia hapus dan kini tekadnya sudah bulat.
“Soojung-ah, dengarkan aku. Kai membutuhkanmu lebih daripada aku. Kaulah gadis yang ia cintai, Kaulah alasannya untuk bertahan hidup….” Seketika seperti ada benang merah di otak Soojung.
“Oppa! Jadi karena inikah kau meninggalkanku tanpa kabar? Karena inikah kau membuat gossip itu agar aku meninggalkanmu. Karena inikah? Oppa? Apa yang ada di otakmu!!!” Soojung berteriak. Ia benar-benar marah, sangat marah.
“Apa kau tidak mencintaiku, oppa? Lantas apa arti semua kata-katamu selama ini? kau tahu? Aku tidak bisa!! Aku tidak bisa tanpa dirimu, oppa jaebal.” Soojung terisak semakin dalam, suara isakan itu terlalu pedih, sangat pedih untuk di dengar. Tangisan ini , seolah mengatakan bahwa rasa sakitnya teramat dalam. Bagaimana bisa ia membiarkan Soojung memohon seperti ini? Hatinya perih…
“Ssstt… Sssttt… Soojung-ah, maafkan aku, maafkan aku.” Minhyuk memeluknya erat, tidak ingin melihat gadis ini terluka karenanya. Jujur, ia tidak ingin melepas pelukan ini. Ia tidak ingin!
Soojung masih terisak di dadanya. Setelah merasa gadis itu sedikit tenang, ia melepaskan pelukannya dan melanjutkan.
“Kai sangat membutuhkanmu Soojung, ku mohon bahagialah dengannya.” Soojung terlalu lelah dengan semua ini. Ia hanya terdiam mematung di tempatnya. Apakah Minhyuk tidak tahu bahwa ia adalah tempat bahagianya? Bahwa ia-lah satu-satunya pria yang Soojung cintai? Tapi rasa sakit ini membuatnya tidak sanggup mengatakan apa yang ada di pikirannya.
“Soojung-ah, kau harus kembali ke kamar Kai.” Minhyuk berdiri dan meninggalkannya.
Tapi langkah Minhyuk tertahan oleh pelukan Soojung di punggungnya. Satu kata yang begitu mengiris hati Minhyuk. “Hajima… Oppa…” Pelukan itu semakin erat, membuat air mata Minhyuk menetes satu demi satu, tapi ia tidak ingin memperlihatkannya pada Soojung, ia tetap berdiri di tempat dan memantapkan hatinya. “Soojung-ah… Mianhe..” Minhyuk memegang tangan Soojung yang ada diperutnya, kemudian melepasnya perlahan.
Minhyuk memantapkan langkah yang begitu berat dan meninggalkan isakan Soojung di belakangnya. Ia bertekad akan mengubur rasa ini, ia bertekad untuk tidak melihat kebelakang, ia bertekad untuk melupakan gadis itu.
tbc
Selalu berikan feedback ya, biar authornya gak males nerusin, thanks ^^
Comments