Leave Me Alone!

I am sorry but i love you
Please Subscribe to read the full chapter

             Ayahnya sekarat.  Dan Nichkhun baru mengetahuinya sekarang, ketika ayahnya kembali masuk rumah sakit. Dokter pribadi ayahnya mengatakan jika ayahnya tidak memiliki peluang untuk hidup lagi, yang membuat Nichkhun sedih. Hubungannya dengan ayahnya memang tidak pernah baik. Semenjak ibunya meninggal dunia beberapa tahun lalu, mereka selalu bertengkar. Nichkhun menuduh ayahnyalah yang membunuh ibunya. Dari awal ibunya di diagnosa menderita kanker payudara, ayahnya tidak pernah pulang. Dan Nichkhun mendengar, jika ayahnya membeli apartement mewah dan tinggal dengan wanita lain. Ibunya berjuang sendirian untuk bertahan dengan khemoterapi, dan obat-obatan. Nichkhun ingat ketika ibunya meninggal, ayahnya pergi ke Swiss, berlibur dengan wanita simpanannya, dan setelah dua hari ibunya di kremasi, ayahnya baru kembali menginjakkan kakinya di rumah mereka lagi. Nichkhun bertengkar hebat dengan ayahnya, ketika melihat ayahnya hari itu, dan Nichkhun sempat mengusirnya. Anehnya, ayahnya tidak pernah mengatakan apa-apa, ayahnya hanya pergi membawa sebagian barang-barangnya, dan barang-barang ibunya.  

         Nichkhun, Park Jinyoung, dan Jaesuk sshi, berkumpul di ruang kerja Nichkhun malam itu, untuk membahas kesehatan ayahnya. Park Jinyoung, pengacara keluarganya juga di panggil untuk dimintai nasehat, tindakan apa yang harus di lakukan saat ini. Betapa kagetnya Nichkhun ketika Jaesuk sshi kepala pengurus rumahnya menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Mrs.Horvejkhul meminta Mr. Horvejkhul untuk meninggalkan rumah ini, ketika beliau sakit. Ibumu tidak ingin terlihat jelek, ketika dia menjalani khemoterapi. Dan mereka berjanji, ketika ibumu sehat ayahmu di perbolehkan pulang. Tapi kenyataannya ibumu meninggal. Beliau sengaja meminta pada kami, jika jasadnya harus di kremasi, agar ayahmu tidak dapat melihat jasad ibumu terakhir kalinya." jelas pengurus rumahnya itu. "Tapi paman, ayah seharusnya hanya pergi, bukan dan harus tinggal dengan wanita lain." kata Nichkhun heran. "Ibumu yang menyuruh ayahmu harus menikah lagi, dan mempunyai anak-anak lain. Tapi ayahmu itu sangat mencintai ibumu, jadi dia tidak mau menikah lagi." kata Park Jinyoung menambahkan. "Seharusnya ayah bisa berpura-pura saja, kenapa harus menuruti permintaan ibu yang aneh itu. Ibu juga tidak akan mengetahui jika ayah memiliki wanita lain atau tidak." kata Nichkhun lagi."Mrs. Horvejkhul, memperhatikan semua gerak-gerik Mr. Horvejkhul melalui media-media yang ada. Jika ayahmu berbohong, bisa langsung ketahuan. Jadi ayahmu sengaja membuat scandal dan gosip agar di ketahui oleh ibumu." jelas Jaesuk sshi.

          "Terus mengapa ayah tidak muncul ketika ibu meninggal, dan malah berlibur dengan wanita simpanannya itu di Swiss." tanya Nichkhun yang masih saja heran dengan keinginan ibunya yang aneh itu. Bukankah seharusnya istri yang sakit itu harus selalu di dampingi oleh seorang suami yang sangat mencintainya? "Waktu itu ayahmu sedang melakukan perjalanan ke Swiss untuk mengurus sesuatu di sana, bukan untuk berlibur, sedangkan wanita itu sedang berpromosi dan menjadi juru bicara untuk kosmetik yang sedang dia iklankan." jawab Jaesuk sshi. Kali ini Nichkhun diam, dia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia merasa bersalah, telah berbuat kasar pada ayahnya, tanpa mengetahui alasan yang sebenarnya. "Khun, ayahmu juga meminta, jika dia meninggal nanti, dia juga ingin di kremasi, dan meminta agar abunya di satukan di dalam guci yang sama dengan abu ibumu." kata Park Jinyoung mengingatkan. "Paman, untuk saat ini jangan membicarakan tentang itu. Sekarang apa yang harus aku lakukan dengan perusahaan. Aku takut, para client dan pemegang saham, akan pergi meninggalkan kita." kata Nichkhun khawatir. "Khun kau tidak perlu sekhawatir itu, bukankah kau mampu memimpin perusahaan dengan baik selama ini." kata Park Jinyoung. "Aku tahu paman." kata Nichkhun cepat. "Kalau  begitu, aku akan pergi ke rumah sakit." kata Nichkhun lagi dan meninggalkan Park Jinyoung dan Jaesuk sshi yang masih asik mengobrol.

          

         Nichkhun memasuki  kamar ayahnya di rumah sakit dengan perlahan. Dilihatnya Wooyoung sendirian sedang menunggui ayahnya sambil membaca sebuah buku di sofa. Dan ayahnya terbaring di tempat tidur dengan semua peralatan yang menunjang hidupnya. Nichkhun ingat, ketika dia memasuki kamar Wooyoung waktu itupun sama seperti sekarang. "Hai." sapa Wooyoung sambil tersenyum lembut pada Nichkhun. Nichkhun menghampiri Wooyoung dan meletakkan kantong plastik yang di bawanya di atas meja, lalu duduk di sebelah Wooyoung. "Kau sudah makan?" katanya Nichkhun. "Belum. Kau bawa apa?" "Aku membawakanmu ayam goreng, aku tahu kau pasti belum makan. Makanlah dulu." kata Nichkhun lagi. Wooyoung mengangguk dan membuka bungkusaan itu, lalu memakannya dengan diam. "Apakah Yanin tadi kesini, tanya Nichkhun pada Wooyoung, ketika dilihatnya adiknya belum juga menjenguk ayahnya. "Tadi dia sebentar ke sini, lalu pergi lagi. Katanya dia ingin maeminta ijin pada menagernya untuk libur beberapa hari, karena dia ingin merawat ayah." Jawab Wooyoung. "Oh, baguslah kalau begitu, aku kira dia kembali untuk syuting." kata Nichkhun mencibir. Wooyoung diam saja. Dia membereskan sisa makanannya lalu membuang sisanya ke tempat sampah, mencuci tangan di wastafel, dan kembali duduk di sebelah Nichkhun. "Woo, kau ingin pulang? Aku akan memanggil sopir untuk membawamu pulang jika kau ingin." tanya Nichkhun. "Kalau boleh aku ingin menginap disini." jawab Wooyoung. "Kalau begitu, kau bisa tidur di sofa, dan aku akan tidur dilantai." kata Nichkhun. Dia berdiri dan mengambil selimut. dilipatnya selimut itu menjadi  beberapa lipatan dan diletakkannya di lantai, lalu membaringkan tubunya di atas selimut itu.

          "Khun, kalau kau mau kita bisa tidur di sofa bersama." kata Wooyoung ketika dilihatnya Nichkhun tidak nyaman tidur di lantai walaupun beralaskan selimut. Berpikir sejenak, akhirnya Nichkhun bangkit, dan berbaring di sebelah Wooyoung di atas sofa. Mengapa...? tanya Wooyoung dalam hati, ketika punggungnya begitu pas menempel pada dada Nichkhun. Wooyoung merasakan nafas Nichkhun teratur menghembus ke lehernya. Rupanya Nichkhun sudah tertidur dengan cepat. Memang, beberapa hari ini Nichkhun sudah bekerja sangat keras. Setelah ayahnya koma dan masuk rumah sakit, Nichkhun mengurus semua perusahaan keluarga mereka. Wooyoungpun merasakan, akhir-akhir ini hubungan mereka semakin menjauh. Nichkhun tak pernah lagi tidur di kamarnya. Walaupun Wooyoung mencoba membujuk Nichkhun tidur bersama, tapi Nichkhun tetap menghilang ketika pagi datang. Nichkhun hanya datang ketika dia ingin mandi dan berganti pakaian.   

          Wooyoung pernah menduga jika Nichkhun sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Mungkin dengan bekas pacarnya dulu, atau ketika dia berada di pulau Jeju dan bertemu dengan seseorang dan menjalin hubungan dengannya. Wooyoung benar-benar tidak tahu. Tapi jika itu semua benar, Wooyoung tidak dapat melakukan apa-apa. Wooyoung memang telah berjanji dengan ayah mertuanya, tapi jika Nichkhun tidak menghendaki untuk bersamanya, dan tidak bahagia, Wooyoung bersedia pergi. Bukankah dari awal dia akan meninggalkan Nichkhun jika dia bisa berjalan lagi? Mengapa sekarang harus ragu? Bukankah sekarang dia sudah sembuh? Seharusnya dia langsung pergi, bukannya terjebak dengan ayah mertuanya di rumah sakit. Wooyoung memang menghormati ayah mertuanya, bahkan mungkin Wooyoung sudah menyayanginya, tapi itu karena ayah mertuanya orang yang baik. Ayah mertuanya juga menghormatinya dan menyayanginya, walaupun perbedaan status mereka sangat jauh. Biarlah perjanjian dengan ayah mertuanya dia ingkari, demi kebahagian Nichkhun, pasti ayah mertuanya mengerti.  Akhirnya Wooyoung pun tertidur dengan pikiran yang tidak menentu.

          Nichkhun terbangun, dilihatnya jam di pergelangan tangannya. Baru pukul empat pagi. Nichkhun merasakan angin dingin berhembus masuk melalui lubang angin, tapi dia tidak merasakan dingin sekalipun, padahal dia tidak menggunakan selimut. Nichkhun baru menyadari, jika dia tidur di s

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Amaliaambar
#1
Chapter 23: Aaaaaa happy ending, beneran deh ceritanya beneran ngena di hati aku sampe nangis bacanyaaa aahh daebaakk author-ssi:):)
Mrs_jang89yes #2
Chapter 22: author nim.. jinja Jjangida... :D
like all of your fanfict stories..
aririska #3
Chapter 23: daebak author-ssi .... aku sangat menyukai setiap karyamu ... Ceritanya sangat menarik .. cukup bwt ngobatin kangenku sma khunyoung moment ..^__^ .. aku baru menjadi readers dan akhirnya ketemu sma fic.nya author ... dan hari ini aku baca sampai 2 judul fic ...

kalo boleh bisakah author membuat cerita yang menampilkan karakter woo diluar yang biasa??
karakter woo biasa digambarkan dengan manja, cengeng dan rapuh ... aku pngen tahu gimana kalo karakter woo sdikit dirubah .. hehehe ^^

gomawo author-sii ... ditunggu fic yang menarik lagi selanjutnya #Hwaiting :D
bluetosca_girl #4
Chapter 23: Hallo authors-ssi aku seneng banget bisa nemu ini fanfic karyamu.. Percaya apa engga ini aku selesain bacanya dalam 1 hari wkwkwkwkkk... Bener-bener bagus aaaa suka banget pokoknya :)
hwootestjang #5
Chapter 23: Baca kali kedua kerna sequelnya...
indah bangat..
vickywahyu #6
Chapter 22: Yeayyy akhirnya mereka bahagia..
vickywahyu #7
Chapter 14: Ahh di chapter ini aku hampir nitikin air mata..ah woo kau jahat bgt...kasian khun :(
vickywahyu #8
Chapter 11: Si taec kayaknya sayang bgt ma si woo...dya sampek rela gitu mati buat si woo...tragiss tpi sweet...
kimminhara
#9
Chapter 23: this is awesome!! boleh buat sequel tak? XDXD
LenkaChakhi
#10
Suka bgt thor author emang hebt . Di tunggu spuelnya yah thor ;-) . Kiss from lenka :-*