Luhan heran melihat Kris yang sedari selesai makan malam tadi tidak banyak bicara. Sekarang mereka berdua tengah duduk di pinggir kolam renang dengan kaki mereka yang terendam dalam air. Ia mengira kris marah gara-gara Sehun.

"Kris, kau kenapa ? apa kau marah gara-gara Sehun ?", tanyanya dengan agak takut-takut. Jujur saja, Luhan tak suka Kris yang diam seperti ini.

Kris tak menjawab, ia hanya menggoyang-goyangkan kaki jenjangnya yang terendam air kolam.

"Aku senang kau memilihku ", akhirnya Kris buka suara juga.

"Huh ?",

Kris menatap mata Luhan.

"Aku senang kau lebih memilihku daripada dia ", katanya lagi.

"Tentu saja aku memilihmu Kris, Sehun itu hanyalah masa laluku. Aku tidak mau terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu, aku ingin bersamamu, karena kau adalah masa depanku ",

"Tapi... apa kau tidak mau punya anak, karena kalau kau bersamaku, kita takkan pernah bisa punya keturunan ", 

Luhan tertawa pahit,  "Aku sudah memilih jalan ini sejak dulu, bahkan sejak SMP, aku sudah tak merasakan ketertarikan pada mahkluk yang bernama wanita. Di saat teman-temanku membicarakan tentang cinta monyet mereka, aku malah melirik teman sebangkuku yang adalah pria juga hahaha....saat itu aku tidak berpikir tentang konsekuensinya sama sekali, soal keturunan dan apapun itu,, justru aku heran denganmu, Kris ",

"Aku ?",

"Iya, lihat dirimu, kau tinggi, tampan, cerdas, kau terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan. Setiap kali kita jalan bersama, pasti banyak wanita ynag melirikmu, di mata mereka kau begitu perfect,. Apa kau tidak menyesal memilihku ?",

Sebuah pertanyaan retoris itu muncul begitu saja dari mulut Luhan dan menembus jantung Kris. Ia sama sekali tak bisa mnegerti kenapa sampai sekarang pemuda di depannya ini masih mempermasalahkan hal macam begitu.

Ia justru merasa Luhanlah yang begitu sempurna dan ia amat beruntung bisa bersamanya.

"Luhan, apa sih yang ada di otakmu ?",

"Huh ?",

"Jujur saja, dari dulu aku selalu meraa normal, aku selalu merasa menyuk