Innocent?

Short Story BOYFRIEND

Jeongmin segera menjauhkan wajahnya dan menyembunyikannya di punggung Hyunseong. Ah, bagaimana mungkin dia bisa seperti itu tadi, mencium hyung nya yang paling innocent. Memalukan sekali.

Bahkan ia yakin  bahwa itu adalah ciuman pertama yang dimiliki Hyunseong. Argh.. Pabbo Jeongmin..!

Ia menggigit bibirnya takut, akankah Hyunseong marah?

“Mian-“

Bugh!!

Jeongmin merasakan tubuhnya mendarat ke tanah. Hyunseong melepaskan gendongannya dan membuat Jeongmin terjatuh. Ah.. kabar buruk. Hyunseong sepertinya memang marah.

“Mian, Jeongmal mianhe hyung aku tidak bermaksud untuk itu.”

Jeongmin membungkuk sebelum berlari meninggalkan Hyunseong yang masih terdiam di sana. Ia tau bahwa kesalahannya sungguh besar karena sudah bemain-main dengan hyungnya. Apalagi sampai mengambil ciuman pertamanya.

“Apakah kau pernah berciuman sebelumnya?”

“Belum, aku akan menyimpannnya untuk orang yang benar-benar aku cintai nantinya.”

Jeongmin kembali mengingat kata-kata yang Hyunseong katakan pada Donghyun beberapa bulan lalu.

“Arrgh.. babo Jeongmin. Neo Baboya Jeongmin!” Jeongmin terus berlari sambil bergumam merutuki kebodohan dirinya.

Apa yang harus ia katakan pada Hyunseong besok, atau nanti. Ia tidak bisa menghindari hyungnya itu, ia masih ingin bercerita dan berbicara padanya, bahkan berbicara tentang hal yang tidak penting akan terasa mnyenangkan jika bersama Hyunseong.

“Huuh.. Lelah sekali.” Jeongmin mengusap keringat di dahinya saat ia mulai berhenti dari acara berlarinya. Menengok ke kanan dan kiri, mulai menyadari jika ia sudah berlari terlalu jauh tadi.

“Aigoo.. dimana ini?!” Jeongmin menelan salivanya, menggigit bibir bawahnya yang bergetar.

Ia tidak tau dimana dia saat ini, jadi bisa dikatakan kalau dia tersesat sekarang. Ah.. bodoh sekali memang.

“Sial! Ottokhae..??”

 

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

 

“Eoh, Hyunseong. Dari mana kau?” Tanya Donghyun yang baru keluar dari kamar mandi dan mengusap rambut basahnya dengan handuk.

“Hanya berjalan-jalan sebentar.” Jawabnya masih tidak focus. Melemparkan jaket dan sarung tangannya ke sofa.

“Apakah Jeongmin-hyung bersamamu, hyung?” Tanya Minwoo yang juga baru keluar dari ruangan yang sama seperti Donghyun tadi, melongokkan kepalanya di antara dua hyungnya. Tubuhnya bahkan masih basah oleh bulir-bulir air yang turun dari rambutnya.

Hyunseong yang melihat sesuatu yang janggal mengernyitkan alis. Dan saat puzzle-puzzle mulai menyatu di dalam otaknya matanya membulat.

“Kalian mandi bersama eoh?!” Hyunseong berteriak sebelum tangan Donghyun membekap mulutnya. Melihat kanan kiri memastikan tak ada telinga yang mendengar perkataan Hyunseong.

 

“ Jeongmin tidak ada di kamarnya kau tau?!” Ucap Donghyun mengalihkan pembicaraan, atau bisa dikatakan kembali ke bahasan pembicaraan awal mereka.

“Mwo? Dia tidak ada?!” Hyunseong berteriak panic. Sepertinya dia sedang sangat senang untuk berteriak saat ini.

‘Jeongmin belum pulang? Lalu dimana anak itu?’ batin Hyunseong mulai berfikir.

“Bukankah kau bilang akan menjaganya eoh?” Tanya Donghyun dengan tangan terlipat di dada, meminta pertanggung jawaban Hyunseong atas keberadaan salah satu dongsaengnya.

Tanpa berfikir dua kali dan tanpa menjawab omelan Donghyun, Hyunseong kembali memakai sepatunya dan berlari menysuri jalanan sekitar dorm mereka.

‘Argh… Jeongmin… odiro ganni neon?’

Kepulan asap yang keluar dari mulutnya saat bernafas dapat menyimpulkan jika dia sedang kedinginan.

“Jeongmin.” Dia memegang bahu seseoraang sebelum kemudian membungkuk dan meminta maaf. Itu bukan Jeongminnya. Ah,, apa tadi? Jeongminnya?

Ia menggosok-gosokkan tangannya untuk menghangatkan tubuhnya, bahkan ia baru sadar jika ia keluar tanpa membawa jaketnya. Hanya t shirt lengan pendek yang di kenakannya saat ini yang berusaha menghangatkan tubuhnya.

Ia masih terus berlari, bodoh sekali reaksinya tadi. Seharusnya ia tidak boleh membiarkan Jeongmin pergi. Tapi apa boleh buat, tubuhnya benar-benar membeku saat bibir Jeongmin menempel dengan bibirnya. Dia hanya tidak menyangka akan ada kejadian seperti itu tadi.

“Hiks.. hiks.. umma..”

 Hyunseong melambatkan langkahnya saat mendengar suara seseorang yang sepertinya sedang menangis di balik pohon. Entah namja atau yeoja, tapi suara itu begitu lembut terdengar di telinganya, dan familiar.

“Jeong..” Ia menghampiri pohon itu dan menemukan Jeongmin menyembunyikan wajahnya di antara lutut. Ia berhenti saat mendongak dan melihat Hyunseong berdiri tepat disampingnya.

“Hyung.. Mian, mianhe.. aku tidak bermaksud mencuri itu darimu. Aku tidak sengaja.” Jeongmin membungkukkan badannya berkali-kali. Meminta maaf pada hyungnya yang meraih bahunya untuk berdiri.

“Hey, tidak apa-apa.”

“Jinjja?! Tapi bukankah itu first-“

“Aniyo, itu bukan first kissku. Aku sudah pernah men..”

Jeongmin mendongak menunggu kalimat Hyunseong yang sepertinya belum selesai. Tapi tanpa Hyunseong melanjutkannya pun sepertinya ia sudah bisa menebak.

Jadi Hyunseong sudah pernah berciuman? Dengan siapa? Apakah itu berarti Hyunseong sudah menemukan seseorang yang benar-benar dicintainya?

“Appoyo..” Jeongmin bergumam memegangi dadanya. Hyungnya sudah mempunyai kekasihkah?

“Jeongminnie gwenchana?”

“Pulang.” Jeongmin menatap tubuh Hyunseong yang sedikit bergetar, ia baru menyadari namja itu hanya memakai kaos di cuaca seperti ini. Dasar Shim Hyunseong bodoh.

“Kajja” Hyunseong berjongkok agar Jeongmin bisa naik ke punggungnya. Namun Jeongmin hanya diam, tapi matanya kembali basah.

“Ani, aku akan jalan sendiri.” Ucapnya dingin. Kenapa ia harus marah? Bukankah itu hak Hyunseong untuk memiliki kekasih. Siapa dirinya? Dia tidak ada hak untuk melarang hyungnya itu bukan?

“Jeongminnie..”

“Wae-hmmp“ Hyunseong menarik tengkuknya dan menempelkan bibir mereka, membuat Jeongmin membuka matanya lebar-lebar.

Bingung. Apa yang harus di lakukannya saat ini?

 Merasa Hyunseong semakin menuntut respon darinya, pada akhirnya Jeongmin menyerah dengan menutup matanya dan mengikuti alur permainan yang dibuat Hyunseong.

Warm and gentle, but it also needy.

 Ah… Bahkan Jeongmin tidak bisa berfikir, hanya membiarkan Hyunseong untuk terus menyatukan bibir mereka dan saling mengecap manisnya satu sama lain.

“You are my first, Jeongmin.” Jeongmin kembali membuka matanya saat Hyunseong sudah melepas ciuman mereka. Tapi apa yang dikatakannya tadi? Jeongmin is his first?

“Mwo?!” Jeongmin menbulatkan matanya saat Hyunseong mengatakan apa itu tadi? Dia yang pertama.

“Tapi bukankah hyung bilang..”

“I have stolen kisses from you.”

 “MWO..?!” Suara Jeongmin semakin meninggi, bagimana mungkin hyungnya yang polos ini menciumnya diam-diam. Kapan? Jeongmin masih melongo shock dengan wajah bertanya-tanya.

“Mian, kau sangat cantik saat tidur. Jadi..” Hyunseong menggosok tengkuknya gugup.

Jeongmin menatap mata Hyunseong dengan pandangan tidak percaya, tangannya terangkat untuk menyentuh bibirnya yang masih basah.

Jadi selama ini bukan mimpi, saat ia merasakan bibirnya di lumat bukanlah sebuah mimpi. Tapi seingatnya itu sudah sering terjadi, bahkan ia juga sering merasa jika dirinya membalas beberapa dari ciuman itu dan…

“Hyung..!!!” ia menutup wajahnya yang berubah panas seketika, jadi Hyunseong yang melakukannya.

“Hehehe.. Mian. Pulang, kajja.” Ucap Hyunseong menampakkan wajah polos tanpa dosa pada Jeongmin.

Dengan mempoutkan bibirnya, Jeongmin menaiki punggung Hyunseong. Hyungnya ini benar-benar sulit ditebak. Dasar ert.

Tapi hyungnya ini masih sangat polos. Bagaimana mungkin dia mengaku jika dia mencuri beberapa ciuman darinya. Dasar Shim Hyunseong PABBO! Tapi apa boleh buat, Jeongmin menyukainya.

Jeongmin menyandarkan kepalanya di punggung Hyunseong yang masih terasa hangat. Senyum masih berada di bibirnya, tangannya melingkar di leher namja Shim itu. Haruskah ia percaya ini? Bersama Hyunseong, ini seperti mimpi.

“Gomawo hyung. saranghae.” Ia bergumam di telinga Hyunseong. Hyung nya sedikit terkejut saat telinga sensitifnya mendapat bisikan lembut itu

“Nado saraenghae, Jeongminnie... Ah nde, aku baru ingat sesuatu.”

“Myoya?” Tanya Jeongmin penasaran.

“Aku tadi melihat Donghyun-hyung dan Minwoo keluar dari kamar mandi di saat hampir bersamaan.” Kata Hyunseong seperti tanpa beban. Tak taukah dia jika itu masalah yang sedikit sensitive dan membuat Jeongmin sedikit tegang… dan berharap.

“So?” Jeongmin bertanya dengan hati-hati, menggigit bibir bawahnya gugup. Dalam hati ia berfikir kira-kira apa yang akan dikatakan oleh hyungnya ini? Akankah dia…

“Sepertinya kita harus membersihkan kekacauan yang mereka buat.”

Jeongmin hampir terjatuh dari punggung Hyunseong saat mendengar kalimat yang terlontar dari mulit y itu.

“Jeongminnie, gwenchana? Apa kau mengantuk?”

Jeongmin memutar bola matanya malas. Ternyata Hyunseong-hyung nya yang innocent belum benar-benar hilang sepenuhnya.

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
minwoonnie #1
Chapter 4: aaaaaaaaaaaaaaaaaaa gatau mau ngomong apa aaaaaaaaaaa ♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♥♥♥♥♥♥♥♥
buat dong thoorrrr XD
minwoonnie #2
Chapter 1: OMGG I LOVE THIS.
tp endingnya kok............/nangis kejer

looking forward to your next (DongWoo) fic heheheh<3