Jalan Memang Selalu Ada

Polkadot

Kutanyakan pada malam hari:

“Apakah di dalammu terdapat rahasia yang penuh dengan pembicaraan dan hal-hal yang rahasia?”

***

Kencana menyesap cokelat hangatnya sambil mengamati gambar-gambar rancangan yang sengaja ditempelkan di dinding agar lebih mudah untuk diamati. Dia menilai satu persatu desain yang berhasil diselesaikannya, adakah yang perlu diubah sebelum dia merealisasikannya di atas kain.

Perhatian Kencana seketika beralih ke arah ponselnya yang bervibrasi di atas meja. Semalam dia sengaja mengganti profilnya menjadi silent agar tidak mengganggu saat berkutat dengan pensil dan kertas gambar.

“Halo Oom?” sapa Kencana riang. Yang menelepon adalah Oomnya, suami Bibi Yura.

“Kamu bisa ke rumah sakit dulu nggak?”

“Hah? Rumah sakit?” tanpa sadar Kencana berteriak. “Siapa yang masuk rumah sakit?”

“Bibimu. Gejala tipus.”

“Ya ampun. Sejak kapan? Kenapa aku nggak dikabarin lebih cepat?”

“Masuknya juga baru kok ini. Kamu bisa ke sini sebentar kan?”

“Iya. Aku langsung ke sana deh!” Begitu sambungan telepon terputus, Kencana buru-buru menyambar handuk yang tadi dia sampirkan di sandaran kursi dan masuk ke kamar mandi. Tidak lebih dari lima belas menit dia sudah menyelesaikan rutinitas paginya yang biasanya memakan waktu lebih dari setengah jam. Kencana menyeruput sisa cokelat yang tersisa lalu meninggalkan apartemennya menuju rumah sakit.

Setengah jam kemudian Kencana sudah berada di ruangan tantenya dirawat.

“Rara mana?” tanya Kencana langsung saat melihat sang sepupu tidak ada di ruangan itu.

“Rara ke sekolah. Na, aku mau minta tolong ini.” ujar Bibi Yura lemah. Titik-titik cairan menetes jatuh memasuki pembuluh darahnya melalui jarum yang membuat Kencana bergidik ngeri. Dia suka jarum tapi bukan jenis jarum yang digunakan untuk menusuk tubuh seperti itu.

“Mau minta tolong apa? Pasti dibantuin kok, Bi. Kalau aku bisa sih!”

“Kamu bantu Sun mengurus butik selama aku dirawat bisa kan?” Sun adalah salah satu pegawai di butik yang sudah lumayan lama bekerja di sana dan sudah menjadi kepercayaan Bibinya. Kencana mengangguk pelan. Dia memang tak keberatan dengan itu. “Dan karena sekarang butik kita yang mengurus seluruh kostum Super Junior, jadi kamu yang tangani itu yah.” Mata Kencana langsung melebar.

Mwo?” saking terkejutnya, Kencana sampai tidak sadar mendesiskan kalimat itu diluar kebiasaan: menggunakan bahasa Korea.

“Kamu nggak bisa, Na?” tanya Bibi Yura kecewa.

“Bukan nggak bisa, Bi. Kenapa bukan Sun Onnie aja yang nanganin itu. Dia kan juga udah lama kerja sama Bibi.”

“Aku percaya kamu bisa ngurus semua itu. Cuma sementara kok. Lagian Sun juga ada pekerjaan lain yang harus dia selesaikan.”

Kencana hanya diam. Memangnya dia ada pilihan lain? Dia tentu tak bisa menolak permintaan Bibinya yang selama ini selalu baik dan sudah menjadi seperti ibunya selama dia di Seoul. Apalagi Bibinya sekarang sedang sakit.

“Kamu nggak ada kuliah hari ini?” tanya Bibi Yura lagi. Kencana yang sibuk memandang keluar jendela menoleh dan menggeleng pelan. Dia lalu beranjak menuju sofa yang ada di ruangan itu. “Emm, kamu bisa jemput Rara sekarang nggak? Appanya nggak bisa jemput. Tapi bawa ke apartemen kamu aja dulu.”

“Ok.” kata Kencana lalu mengambil tasnya. “Cepat sembuh, Bi” lanjutnya lalu menutup pintu. “Biar aku cepat lepas dari keharusan bertemu Super Junior” gumam Kencana resah, di dalam hati.

***

Kreekkk

Terdengar bunyi kain sobek, tatapan semua orang yang ada di ruangan langsung terfokus pada satu titik pandangan. Shindong. Yang ditatap hanya bisa nyengir saat baju yang berusaha dipakainya malah sobek. Shindong melepas kembali bajunya yang tiba-tiba kekecilan. Sobekannya pun lumayan luas.

“Sobek.” ujar Shindong sambil nyengir antara malu dan heran. Apakah dia semakin gemuk? Asisten yang bertugas mengurusi kostum mereka jadi panik seketika karena tidak lebih dari dua jam Super Junior harus tampil.

Otthoke.. Otthoke?” wanita muda itu tak tahu sama sekali apa yang harus dia lakukan. Dia hanya langsung menerima pakaian dari butik. Dia jadi heran kenapa pakaian itu jadi tidak muat di badan Shindong. Padahal beberapa hari sebelumnya mereka sudah mengepas pakaian itu dan tak ada masalah sama sekali.

Dia langsung menelepon pemilik butik Iris. Terdengar pekikikan panik saat Asisten itu mengetahui bahwa Sang Pemilik butik sedang dirawat di rumah sakit. Dia kembali mengetikkan beberapa digit nomor yang tadi diberikan padanya. Bersamaan dengan terdengar nada sambung di ponsel Asisten panik itu, Donghae masuk ke dalam ruangan setelah di make up.

“Di mana pakaianku?” teriaknya.

“Itu! Itu!” tunjuk Si Asisten lalu kembali fokus ke sambungan teleponnya. Donghae berjalan mendekati pakaiannya sambil bersiul pelan.

Donghae mulai mencari label namanya di pakaian yang tersisa. “Hyaa, Nuna, tidak ada pakaianku di sini!” teriaknya. Dia lalu membaca satu persatu label nama yang menempel di setiap pakaian dengan keras. “Yesung. Sungmin. Ryeowook. Shindong. Tidak ada punyaku di sini!” protesnya.

Omona.” Si asisten langsung menekap mulutnya dengan tangan.

Shindong yang mendengar namanya disebutkan oleh Donghae dalam daftar kepemilikan barang langsung mencari label nama dari pakaian yang sudah dirusakkannya. Dan benar saja. Nama Donghae tertulis dengan sangat jelas di sana. Dia asal main sambar saja tadi dan tidak memperhatikan dengan baik. Kata ‘Dong’ yang ada di dalam nama mereka berdua ternyata bisa menjadi sumber kekacauan.

“Ini pakaianmu.” Shindong menyodorkan pakaian itu pada Donghae yang langsung memekik, “Hyaa, Hyung. Kenapa pakaianku sobek begini?”

“Pakai saja. Fansmu pasti suka jika mereka bisa melihat badanmu.” saran Kyuhyun yang sedang sibuk bermain game di laptopnya dan disambut tawa geli dari member yang lain.

***

Kencana menggandeng tangan Rara saat mereka meninggalkan halaman sekolah anak itu menuju halte. Langkahnya terhenti saat ponselnya berdering nyaring.

Yeoboseyo?” jawabnya.

“Kencana-ssi? Aku Song Hye, asisten Super Junior. Ada sedikit masalah di sini. Pakaian yang ternyata milik Donghae sobek karena tanpa sengaja dikenakan oleh Shindong. Jadi bisakah anda ke sini untuk membereskannya. Aku tidak tahu harus melakukan apa.” Seruan panik wanita itu langsung memenuhi gendang telinga Kencana.

Kencana pernah membaca bahwa panik itu juga bisa menular, saat ini dia sudah tidak meragukan kebenaran artikel itu lagi.  Baru beberapa jam setelah dia dilimpahkan tugas mengurusi butik, dia sudah dihadapkan pada sebuah cobaan.

Ne. Aku akan ke sana segera. Di mana tempatnya?” wanita itu menyebutkan sebuah alamat lalu menutup telepon.

Kencana langsung mencegat taksi pertama yang lewat. Setelah di tengah perjalanan dia baru berpikir, apa yang akan dia lakukan nantinya? Dia tak mungkin membuat baju yang baru hanya dalam hitungan jam. Dia hanya berharap semoga sobekan itu tidak begitu parah hingga bisa ditisik. Dan Kencana juga baru tersadar bahwa Rara juga ikut bersamanya.

Tidak lama kemudian Kencana akhirnya sampai di tempat tujuan. “Rara duduk di sini dulu ya, Onnie mau menyelesaikan beberapa urusan dulu.” bisik Kencana yang mendapat anggukan Rara. Kencana lalu masuk menuju sebuah ruangan untuk menemui wanita yang tadi meneleponnya, meninggalkan Rara di kursi yang ada di depan ruangan itu.

Langkah Leeteuk terhenti saat melihat Rara duduk di kursi yang ada di depan ruangan yang akan dimasukinya, gadis kecil itu sedang menikmati cokelat dengan ceria, mukanya agak sedikit belepotan, Rara duduk sambil mengayun-ayunkan kaki karena kaki pendeknya tidak mencapai lantai. Leeteuk tersenyum lalu duduk di samping Rara, membatalkan niatnya untuk masuk ke ruangan.

“Kenapa duduk di sini? Kau sendirian, Gadis Cantik?” sapa Leeteuk.

“Tidak. Aku datang bersama Onnie-ku. Dia sedang bekerja. Apa Anda bekerja di sini juga, Ahjussi?”

Aigo,” ujar Leeteuk gemas lalu mencubit  pipi Rara. “Jangan memanggilku Ahjussi. Aku tidak setua itu. Panggil aku Teuki Oppa, Ok! Rara mengangguk mengerti, Leeteuk kemudian mengangkat tangan untuk mengajak Rara ber-high five ria. “Siapa namamu?”

“Namaku Rara, Oppa.

Tepat saat itu Kencana muncul. “Rara..” penggilnya. Kencana langsung termangu begitu melihat Leeteuk sedang bercanda bersama Rara. Kedua orang itu menoleh, Leeteuk langsung bangkit begitu melihat Kencana.

Onnie.” Rara langsung mendekati Kencana. Kencana membungkuk dan menyapa Leeteuk, “Annyeonghaseyo, Oppa.

Hal yang sangat tidak biasa. Tapi Kencana berusaha menebus tingkah-agak- bodohnya beberapa waktu lalu ketika dia membawa makanan untuk Siwon dan tanpa sengaja bertemu Leeteuk. Dia tidak ingin Leeteuk menganggapnya aneh.

Annyeong, Nana-ya. Ada pekerjaan di sini?” tanya Leeteuk, pandangannya beralih pada pakaian yang dipegang Kencana, Kencana mengikuti arah pandang itu. Dia akan segera menyelesaikan tapi sebelumnya akan mengajak Rara masuk ke dalam ruangan dulu. Di tas Kencana selalu ada peralatan menjahit seperti jarum benang dan gunting, yang sungguh berguna dalam keadaan genting seperti sekarang.

Ne, pakaiannya sobek, jadi aku harus menjahitnya segera.” kini perhatian Kencana kembali pada sepupunya yang sudah belepotan coklat. “Aduh, kenapa sampai belepotan begini?” Kencana mengambil tissue dari dalam tas yang terus diselempangnya sejak datang tadi.

Leeteuk langsung menahan tangan Kencana dan mengambil tissue basah itu dari sana. Kencana tersentak pelan dan menarik tangannya. Seperti ada aliran listrik yang dialirkan Leeteuk lewat sentuhan itu, mengirim elekron-elektron menuju seluruh penjuru tubuhnya dengan cepat, berakhir di dadanya yang seketika berdesir hangat.

Harusnya tidak ada yang seperti ini.

“Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku bisa menemani sepupumu sampai aku selesai bekerja.” Leeteuk mulai membersihkan pipi Rara dengan menggunakan tissue. Tahu-tahu Rara mengecup pipi Leeteuk dan meninggalkan noda cokelat di sana. Rara terkikik. Leeteuk memandangi Rara dengan gemas, lalu menyentuh pipinya dengan hati-hati, noda cokelat itu ikut berpindah ke jarinya.

Aigo, make up-ku” ratapnya. Kencana yang menonton adegan itu hanya bisa tertawa dan kembali masuk ke dalam ruangan. Berselang beberapa menit, Leeteuk ikut masuk sambil menggandeng Rara.

***

Yang menunggu lanjutan FF ini, terima kasih banyak ya   m(- -)m

Semoga suka :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sachakarina
#1
Thank u udah suka ^.^<br />
<br />
Kyuhyun berikutnya, tungguin yah. <br />
<br />
Salam kenal juga, Nana ^^
annisa
#2
Hwaaaahh!!! Daebak!!!<br />
Pertama kalinya nih ngomment di web ini,,<br />
Keren banget ceritanya....<br />
Plus, aku berasa bener2 jadi pemeran utama nih. Abis, 'nana' itu nama panggilanku juga buat orang2 terdekatku. hehe... :)<br />
Mau baca ceritanya Kyuhyun dong... >.<<br />
<br />
Oh iya,, lupa...<br />
Salam kenal ya,,, ^.^<br />
sachakarina
#3
sabar ya, nanti ada kok. berikutnya cerita tentang Kyuhyun. soon... hihihi<br />
<br />
gomawoyo
fanfics_addict
#4
eonnie, mau sekuel dong >.<
sachakarina
#5
@Hyoorin @coasterdeera selanjutnya cerita tentang Kyuhyun. Tapi belum tahu kapan bisa diposting mungkin setelah KKNku selesai. Tungguin ya. Hihihi<br />
<br />
Terima kasih banyak udab mau baca :) *peluk*
coasterdeera
#6
Uwaaah udah abis. :( Akan ada sekuel lagi kah, eonnie? ^^
sachakarina
#7
@Hyorin: udah ada part terakhirnya tuh. Selamat membaca ya, semoga suka :)
coasterdeera
#8
Haha kalo panjang juga gakpapa kok, aku malah suka. :D Fighting!