Permainan Hari

Polkadot

“Mungkin aku memang tak pernah bisa lari..”

***

Jam menunjukkan pukul 2 dini hari saat kesepuluh member Super Junior baru saja menyelesaikan latihannya. Kyuhyun yang sedang kebagian membersihkan sudah ngeloyor ke dorm dengan alasan kelelahan dan merasa tidak enak badan. Leeteuk mengizinkan Kyu beristirahat lebih dulu dan sekarang member yang lain membiarkan sang Leader menyelesaikan acara bersih-bersih itu. Sendirian.

Hya, kenapa kalian semua pergi. Bantu aku!” teriak Leeteuk sambil mengumpulkan handuk kecil yang berceceran di lantai menggunakan kakinya.

“Kau yang mengizinkan Kyu tidak melaksanakan tugasnya kan, Hyung? Jadi silahkan pertanggung-jawabkan sendiri ucapanmu!” kata Yesung santai lalu meninggalkan ruangan itu. Leeteuk misuh-misuh sendiri tapi kemudian lanjut membersihkan.

“Aku mencarimu ternyata kau disini, Hyung.” Leeteuk tak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang datang itu.

“Jika kau tak ingin membantu, tidak usah datang kesini!” Siwon tertawa mendengar seruan sebal itu.

“Baiklah, aku akan membantumu.” kata Siwon, mengumpulkan beberapa kaleng bekas minuman dan membuangnya ke tempat sampah.

Berdua memang lebih baik daripada sendirian. Hanya dalam waktu setengah jam ruangan itu sudah bersih. Siwon duduk di lantai, bersandar pada cermin yang menjadi dinding ruangan latihan mereka sambil mengamati Leeteuk yang sedang membereskan CD-CD yang mereka pakai saat latihan tadi.

“Mana Kencana, Hyung? Kenapa aku tidak pernah melihatnya lagi?”

“Di rumahnya.” jawab leeteuk acuh tak acuh. Leeteuk tak pernah suka topik pembicaraan itu apalagi jika Siwon yang menanyakannya. Apa reaksi Siwon jika tahu kalau ternyata selama ini dia hanya berpura-pura berpacaran dengan Kencana? Tertawa? Meledeknya? Apapun itu, pasti tidak bagus!

Aish, bukan itu maksudku. Kenapa kau tak pernah bersamanya lagi. Dulu dia pernah ke dorm kan? Kenapa sekarang tidak lagi?”

“…”

Hyung, kalian ada masalah yah?” Siwon bertanya khawatir.

Hyaa, kau tahu apa siapa yang bermasalah?” sembur Leeteuk, Siwon menggeleng. “KAU!!! Sudah jangan tanyakan itu lagi. Aku capek!” setelah itu Leeteuk keluar meninggalkan ruangan. Siwon yang ditinggal sendirian langsung mengejar.

Hyung.. kenapa kau marah? Ada apa sebenarnya? Kalian ada masalah? Cerita saja padaku.” cecarnya tapi tak mendapat tanggapan.

***

Butiran-butiran salju yang putih bersih telah menutupi seluruh kota Seoul. Pohon-pohon yang beberapa minggu lalu masih dihiasi daun berwarna kemerahan atau kecoklatan kini telah menjadi pohon salju.

            Ini adalah musim terberat bagi Kencana karena gempuran hawa dingin tak pernah bosan menyiksanya. Dia tak bisa mengingat kapan terakhir dia merasakan dingin seperti ini, yang dia tahu bahwa sejak dulu dia tak pernah tahan dengan hawa dingin. Satu-satunya yang membuatnya bahagia adalah berada di rumah, bergelung di balik selimut dan menikmati susu cokelat hangat. Hmm, menggiurkan.

Jaket tebal, sarung tangan, syal dan sepatu boot tak pernah absen menghiasi pakaiannya sehari-hari. Dia tak bisa keluar rumah jika tidak mengenakan semuanya kecuali jika dia ingin mati beku.

Akhir-akhir ini Kencana sibuk membantu mengurusi beberapa hal di butik, permintaan sedang membludak, terutama dari para artis untuk kostum konser akhir tahun mereka. Selain itu Kencana juga sibuk mempersiapkan fashion show tunggal sebagai tugas akhirnya.

Kencana membawa kertas-kertas gambar yang tergulung—dengan cara memeluk di depan tubuh—karena sudah tidak muat untuk masuk di dalam tasnya yang tidak begitu besar. Dia memutuskan cepat pulang ke rumah karena dia tak bisa menyelesaikan gambar-gambarnya di butik. Terlalu sibuk dan ribut. Keributan semacam itu sangat mudah menelan semua ide-ide yang muncul dari kepalanya. Belakangan dia memutuskan pindah dan tinggal seorang diri di apartemen yang disewanya dari hasil keringatnya bekerja di butik.

 Dia bukannya tidak merasa tenang di rumah Bibinya, hanya saja dia tak bisa menyelesaikan gambar-gambar sebagaimana seharusnya karena dia terlalu mudah tergoda untuk menemani Rara bermain (padahal Rara tak pernah meminta), terutama jika si sepupu sedang mewarnai gambar. Dengan berkedok pada alasan bahwa dia sedang mencoba mengistirahatkan sebentar pikirannya yang mumet, Kencana akhirnya melebur dalam gambar Doraemon dan kawan-kawannya yang menunggu untuk diwarnai.

Telepon Kencana berdering. Sebelah tangannya berusaha menahan gulungan kertas dipelukannya agar tidak jatuh, sebelah lagi berusaha merogoh tasnya yang penuh. Dia menatap layar ponselnya sebentar lalu segera menjawab, “Halo, Mbak.” serunya ceria.

“Na, lagi dimana?” suara Ghassany mengalun merdu di ujung telepon.

“Ini baru pulang dari butik. Ada apa Mbak?”

“Malem ini nginap di rumahku yuk. Aku sendirian nih. Kamu nggak kuliah kan besok?”

“Hmmm.. Nggak kuliah sih, tapi ada banyak rancangan yang harus aku selesaikan.”

“Dikerjainnya nggak bisa besok gitu? Hari ini nginap di rumahku aja yah?” pinta Ghassany, Kencana berpikir sejenak lalu berkata, “Boleh deh, Mbak. Tapi aku pulang ke apartemen dulu ya.”

“Ok, Na. Aku jemput kamu disana aja yah!”

Klik.

Sambungan telepon terputus. Kencana buru-buru berjalan menuju halte agar tidak ketinggalan bus.  

Pukul tujuh kurang sepuluh menit, Ghassany sudah datang menjemput. Kencana langsung resah saat melihat mobil Audi TT RS Coupé putih milik Siwon terparkir di depan gedung apartemennya. Mobil mewah itu tampak tak serasi dengan lingkungan sekitarnya yang biasa-biasa saja.

Kencana duduk dengan tidak nyaman di jok belakang. Dia sudah tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sebentar lagi pasti akan diajukan padanya. Dia lelah berbohong tapi juga tak bisa mengatakan yang sebenarnya. Janji tetap janji, sebisa mungkin dia tidak akan melanggar. Akh, dia jadi dilema.

“Hai, Kencana. Lama tidak bertemu. Apa kabar?” sapa Siwon lalu mulai menyalakan mesin mobil.

“Entahlah Oppa. Aku sedang sibuk mengurus fashion show tunggalku saat ini.”

“Wow, kapan fashion showmu akan diadakan? Aku harus hadir disana. Iya kan Ghassany?” Siwon menoleh ke arah  Ghassany meminta persetujuan. Gadis itu mengangguk.

“Semoga bisa diadakan saat musim panas atau musim gugur nanti. Aku masih merancang pakaiannya.”

“Apa Teuki Hyung tahu mengenai fashion showmu?” Siwon bertanya sambil melirik Kencana dari kaca yang ada di bagian depan mobil. Kencana mencuri pandang ke arah Ghassany guna meminta bantuan saat Siwon mengalihkan perhatiannya. Ghassany menggeleng.

“Dia tidak tahu. Aku juga belum tahu kapan pastinya, jadi rasanya belum perlu untuk diketahui oleh siapa-siapapun dulu!” kata Kencana akhirnya.

“Kalian ada masalah yah?” Siwon bertanya lagi. Di saat seperti ini, Kencana merasa sangat menginginkan bahwa Doraemon itu nyata agar bisa membawanya pergi dari situ menggunakan pintu ke mana saja atau alat-alat super canggihnya yang lain.

“Udah, nggak usah didengerin, Na. Akhir-akhir ini dia emang gitu. Cerewet banget!” Ghassany memotong menggunakan bahasa Indonesia hingga Siwon tidak mengerti satu kata pun. Kata yang Siwon tahu dalam bahasa Indonesia hanya ‘apa kabar’, ‘terima kasih’ dan ‘aku mencintaimu’ yang jelas-jelas tidak ada dalam kalimat Ghassany tadi.

Siwon tidak mendapat jawaban dari pertanyaan terakhirnya karena Ghassany terus mengajak Kencana mengobrol sepanjang jalan, tertawa-tawa yang entah karena apa. Siwon jadi sedikit dongkol diabaikan, dia merasa seperti seorang supir saja. Mengantar dua tuan putri dengan bahasa planet mereka.

***

Pagi itu, Kencana dan Ghassany sedang kasak-kusuk di dapur membuat pastel dan beberapa makanan lain dalam jumlah yang sangat banyak. Ghassany sudah mengatakan bahwa dia akan datang ke lokasi pemotretan Super Junior untuk membawa makanan itu. Kencana tidak ingin ikut, dia ingin menyelesaikan pekerjaannya yang kemarin tertunda.

Tiba-tiba saja, Ghassany mendapat telepon dari kantornya dan diminta untuk mengganti salah satu temannya yang sedang sakit untuk penerbangan ke Singapura.

“Na, bantuin aku dong.”

“Mbak, aku pengen nolong, tapi Mbak juga ngerti dong kalau aku nggak mau ketemu sama Teuki Oppa? Aku nggak mau ketemu siapa-siapa.” Kencana berusaha menolak.

“Kenapa sih nggak mau ketemu mereka? Kan kalian juga nggak ada apa-apa.”

“Teuki Oppa-nya mungkin nggak masalah, tapi Siwon Oppa-nya yang masalah. Dia pasti mencecari aku dengan ribuan pertanyaan lagi. Aku kan capek Mbak ngedengerinnya!”

“Ya udah, Siwon-nya kamu abaikan aja. Gampang kan?” kata Ghassany enteng tapi Kencana tak menjawab, dia berjalan menuju kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Ghassany mengikutinya sambil menarik koper yang sudah disiapkannya secepat kilat. “Na, please. Siwon sama anak-anak Super Junior nungguin banget nih.”

Onniiiee..” Kencana putus asa. Dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Super Junior itu. Di sana, dia bisa saja bertemu Kyuhyun yang akan mencecarnya dengan pertanyaan mengapa dia tidak menyukainya. Itu yang jadi masalah sebenarnya. Dia tadi hanya sekedar menjadikan Siwon sebagai alasan saja. Sedangkan Leeteuk, dia bisa pura-pura tidak kenal. Leeteuk juga seharusnya melakukan hal yang sama, itu sudah sesuai dengan perjanjian mereka.

“Ayolah, Na. Pleassseeee.” Ghassany mengatupkan kedua tangannya di depan dada, memohon “Kalau bukan karena suasana genting, aku pasti nolak penerbangan itu.” pintanya lagi.

TIDAK! Seharusnya Kencana mengatakan itu untuk meyakinkan Ghassany bahwa dia memang tidak mau. Tetapi entah bagaimana tubuhnya tidak mau diajak berkompromi untuk mengikuti apa yang pikirannya inginkan karena dia merasakan kepalanya mengangguk pelan. Menyetujui.

Pada dasarnya dia tak bisa menolak.

Thank you, Na.” Ghassany berteriak kegirangan dan langsung mencium pipi Kencana lalu menarik kopernya pergi. “Aku pergi dulu ya, Sayang. Ntar, kalau udah di jalan aku kabarin Siwon bilang kamu yang datang bawa makanan.”

Kencana termenung sesaat menatapi makanan yang masih hangat dan sudah tersusun rapi di dalam kotak. Dia menghembuskan nafas berat. Mungkin dia memang tak pernah bisa bersembunyi.

***

Kencana menjinjing kotak makanan berisi pastel dan kue lain—khas Indonesia—yang tadi dibuat oleh Ghassany. Dia hanya membantu sebisanya saja karena dia tak begitu pandai memasak. Kencana berdiri memandangi gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Kencana mulai menghitung jumlah lantainya satu persatu guna mengulur-ngulur waktu. 17 lantai. Entah Super Junior sedang berada di lantai berapa.

Dia bernafas panjang, lalu menghembuskannya lagi. Lebih pelan. Berkali-kali, sampai dia merasa cukup siap. Dia memutuskan masuk, apapun yang terjadi. Dia tidak mungkin berdiri terus disana, menunggu sampai kapan? Sampai dia mati beku? sampai member Super Junior keluar karena mendengar kabar ada orang meninggal dengan cara konyol? Hahaha, benar-benar tidak lucu!

Kencana segera menuju resepsionis untuk bertanya dimana Super Junior sedang melakukan pemotretan. Senyum ramah dari resepsionis itu tidak juga membuat Kencana tenang.

Kenapa jadi gini sih, Na? Kenapa takut? nyantai aja. Mereka nggak bakal makan kamu! Serahkan makanannya ke Siwon Oppa lalu pergi secepat mungkin dari sini. Gampang kan?Kencana berusaha menenangkan dirinya sendiri, perutnya sedikit bergolak karena nervous. Kencana mengucapkan terima kasih setelah resepsionis itu yang memberitahukan bahwa Super Junior berada di lantai 13. Kencana berbalik…

“Nana?!”

Jika Kencana tidak melihat pemilik suara itu ternyata sudah berdiri di hadapannya, Kencana mungkin akan pura-pura tidak mendengarkan saja dan segera pergi tanpa  menoleh meski tidak menutup kemungkinan mereka akan bertemu lagi nantinya. Jantung Kencana seperti sudah jatuh ke perut.

Kening Leeteuk kontan berkerut melihat ekspresi terkejut yang tercetak sangat sempurna di wajah Kencana begitu dia menyapa tadi. Dia tidak menyangka bisa bertemu Kencana di tempat ini. Sejauh ini dia berusaha menepati janjinya dengan tidak menemui Kencana lagi. Dipertemuan mereka kali ini tidak ada yang melanggar janji. Benar-benar waktu yang tepat.

“Hai, apa kabar?” tanya Leeteuk melangkah mendekati Kencana tapi gadis itu mundur selangkah. Membuat Leeteuk mulai menerka-nerka apa yang terjadi sebenarnya. “Ada apa? Ada yang salah?” kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Leeteuk, dia tidak tahan untuk tidak menanyakannya.

Kencana menyesali tindakan refleknya tadi. Kenapa dia terkesan sangat menjaga jarak. Padahal orang di depannya ini tidak pernah melakukan apapun padanya. Itu jelas tidak bisa dijadikan alasan. Tak ingin membuat kesalahan lagi dan membuat Leeteuk semakin bingung, Kencana menggeleng cepat.

“Ba..baik Oppa!” desis Kencana nyaris tak terdengar. Sebagian suaranya tertahan di tenggorokan. Meski tahu ada yang salah, Leeteuk berusaha mengabaikannya sebisa mungkin.

“Kau mau kemana?”

Kencana mengangkat kotak makanan yang dibawanya. “Membawa ini untuk Siwon Oppa.”

Ow, Siwon ada di atas, kita bisa ke sana bersama-sama!” Leeteuk berbalik dan berjalan menuju lift, ingin sekali Kencana menolaknya. Mengingat mereka berdua akan berada di dalam lift, dan itu bisa saja membuatnya mati seketika karena jantungnya bekerja melebihi ambang batas.

Sial! Kenapa kata ‘mati’ itu begitu mudah terlisan olehnya lagi? Tiba-tiba Kencana mengingat perkataan Kyuhyun kepadanya dulu. Kenapa? Entahlah. Dia tak tahu mengapa, kata itu terlisan begitu saja tanpa mampu dia cegah. Salahkan otaknya yang tidak mau bekerja sama!

“Nana?” suara Leeteuk menyadarkan Kencana, sedari tadi dia hanya memandangi punggung pria itu dan tak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Kencana setengah berlari untuk menyusul Leeteuk yang sudah masuk ke dalam lift.

Suasana canggung itu—setidaknya bagi Kencana—masih terus menyelimuti bahkan setelah mereka masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan peralatan-peralatan pemotretan. “Siwon, seseorang mencarimu!” teriak Leeteuk.

“Siapa?” Siwon mendekat.

“Aku membawakan makanan ini untukmu, Oppa. Onnie memintaku untuk membawakannya.” kata Kencana lalu menyodorkan kotak makanan yang sedari tadi dijinjingnya. Sedangkan Leeteuk sudah menghilang entah kemana.

“Oh, terima kasih. Aku tidak menyangka bahwa orang yang akan membawakan makanan ini adalah kau!”

Onnie tidak mengatakannya padamu bahwa aku yang akan membawa makanan ini?” Siwon menggeleng.

“Dia cuma bilang dia ada penerbangan hari ini dan tak bisa mengantarkan makanan yang dia janjikan untukku, tapi ada orang lain yang akan mengantarkannya. Harusnya aku sudah bisa mengira bahwa itu kau.” Siwon berkata panjang lebar, membuat Kencana agak sebal karena ingin segera pergi dari situ.

“Aku harus pergi sekarang, Oppa.” pamit Kencana.

“Kau tidak tinggal dan makan bersama kami?”

Kencana menggeleng, “ Aku ada pekerjaan lain, Oppa. Aku harus pergi sekarang!”

“Oh, Baiklah. Gomawo Kencana-ya. Sudah merepotkanmu.”

Cheonmaneyo, Oppa.” ucap Kencana lalu buru-buru pergi.

“Bukankah itu gadis yang pernah datang ke dorm kita dulu?” Siwon nyaris terjengkang mendengar bisikan pelan di telingannya. Dia menoleh dan mendapati wajah Yesung hanya berjarak sekian inci dari wajahnya.

Hyaa, Hyung. Kau mengagetkanku!” teriak Siwon, mundur selangkah ke belakang.

“Dia cantik. Dia sudah punya pacar belum ya?” gumam Yesung. Dia memutuskan untuk mengabaikan teriakan Siwon tadi. “Aku ingin tahu berapa nomor ponselnya.”

Hya.Jangan berpikir macam-macam, Hyung. Dia itu paca—” Siwon belum menyelesaikan ucapannya, tapi Yesung sudah ngeloyor pergi begitu saja, menjinjing kotak makanan yang tadi Kencana bawa tanpa memperdulikan Siwon sama sekali. “Hyaa, Hyung! Aku belum selesai bicara. Kenapa kau langsung pergi seenaknya?” teriak Siwon lagi.

“Aku lapar. Mendengar ocehanmu tidak membuatku kenyang. Nanti saja kau lanjutkan.” kata Yesung tanpa menoleh lagi.

***

Kyuhyun terfokus mengamati layar komputernya saat mendengar teriakan Leader mereka meneriaki Siwon, dia tak peduli dengan hal-hal remeh seperti itu. Dia tak ingin konsentrasinya rusak yang bisa menyebabkan dia kalah dari permainan yang sedang seru-serunya.

“Bukankah itu gadis yang pernah datang ke dorm membawa pakaian kita?” gumaman Yesung berhasil membuat Kyuhyun menoleh tanpa lupa menekan tanda pause.

Dan benar saja, itu adalah Kencana. Untuk apa dia mencari Siwon? Jika itu untuk urusan kostum harusnya tidak hanya Siwon yang berurusan dengan gadis itu, tapi member yang lain juga.

“Dia cantik. Kau tak mau menyapanya?” tanya Yesung sambil menyikut pelan Kyuhyun. Kyuhyun mencibir. “Kalau kau tak mau, biar aku saja!” Yesung meninggalkan Kyuhyun yang kini duduk sendirian. Yesung berada di dekat Siwon tepat saat Kencana pergi dengan terburu-buru.

Kyuhyun terus mengamati Kencana sampai gadis itu menghilang begitu memasuki lift. Dia sangat ingin menyapa, atau menanyai lagi(?), tapi akhirnya dia urungkan niatnya itu. Dia tak ingin memberi kesan menekan. Toh jika Kencana memang berniat untuk berbicara padanya dia tak perlu susah-susah memaksa. Yang diperlukannya sekarang adalah bagaimana agar dia bisa lebih dekat dan akrab dengan Kencana. Dia harus memikirkan sebuah rencana, dia tidak mungkin hanya duduk dan menunggu Kencana tiba-tiba datang untuk bercerita padanya.

Dan hari itu pasti akan tiba juga.

***

 

Karena jarang bisa update, ceritanya aku bikin panjang. ini seharusnya dua part yang dijadiin satu. hehehe

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sachakarina
#1
Thank u udah suka ^.^<br />
<br />
Kyuhyun berikutnya, tungguin yah. <br />
<br />
Salam kenal juga, Nana ^^
annisa
#2
Hwaaaahh!!! Daebak!!!<br />
Pertama kalinya nih ngomment di web ini,,<br />
Keren banget ceritanya....<br />
Plus, aku berasa bener2 jadi pemeran utama nih. Abis, 'nana' itu nama panggilanku juga buat orang2 terdekatku. hehe... :)<br />
Mau baca ceritanya Kyuhyun dong... >.<<br />
<br />
Oh iya,, lupa...<br />
Salam kenal ya,,, ^.^<br />
sachakarina
#3
sabar ya, nanti ada kok. berikutnya cerita tentang Kyuhyun. soon... hihihi<br />
<br />
gomawoyo
fanfics_addict
#4
eonnie, mau sekuel dong >.<
sachakarina
#5
@Hyoorin @coasterdeera selanjutnya cerita tentang Kyuhyun. Tapi belum tahu kapan bisa diposting mungkin setelah KKNku selesai. Tungguin ya. Hihihi<br />
<br />
Terima kasih banyak udab mau baca :) *peluk*
coasterdeera
#6
Uwaaah udah abis. :( Akan ada sekuel lagi kah, eonnie? ^^
sachakarina
#7
@Hyorin: udah ada part terakhirnya tuh. Selamat membaca ya, semoga suka :)
coasterdeera
#8
Haha kalo panjang juga gakpapa kok, aku malah suka. :D Fighting!