VII. That Man

The Merciless Truths

ARC :: The Shattered Rose

 

VII. That Man

“A dirty tale should;

neither be told nor heard”

 

"Pekerjaan baru?" Chorong bergumam ke telepon genggamnya dengan sedikit gusar.

"Sunggyu hyung bilang kita harus segera sampai di markas besar dalam waktu 30 menit. Klien kali ini secara khusus meminta untuk bertemu dengan kita menyampaikan misinya." Suara lembut Suho menjawab dari seberang telepon.

Chorong mengerutkan dahinya. Tidak biasanya seorang klien mau bertemu langsung dengan para agen. Dalam situasi normal, klien-klien mereka lebih memilih mengontak Sunggyu daripada harus menjelaskan secara langsung kepada agen yang akan bekerja di lapangan. Tapi sepertinya klien kali ini lebih bersemangat dari biasanya.

Chorong menahan helaan nafas yang hampir keluar. Pekerjaan adalah pekerjaan, dia adalah seorang profesional dan melakukan apapun yg memang harus dilakukan. "Aku mengerti. Aku akan segera ke sana."

Dengan satu sentuhan, gadis itu menutup tombol kontak yang ada di teleponnya.

"Noona akan pergi kerja lagi?" Sebuah suara membuat Chorong membalikkan badannya.

Chorong tersenyum meskipun sedikit lelah. Bocah lelaki ini adalah orang yang membuatnya terus bertahan hingga sekarang. Ah, mungkin ia seharusnya sudah tidak memanggil adiknya itu dengan sebutan bocah, di umur penghujung 18 tahun Park Chanyeol sudah menjulang dengan tinggi hampir mencapai 190 cm jauh meninggalkan kakaknya yang terlihat mungil.

"Ada panggilan mendadak, tidak akan lama kok. Kalau kau lapar masih ada sisa sup tadi pagi di panci." Seru Chorong seraya meraih tas genggam dan mantelnya untuk bersiap pergi.

"Tapi noona baru saja pulang dari kuliahmu, bukankah seharusnya kau beristirahat dulu?" Chanyeol sudah berdiri menghalangi untuk protes.

"Tidak apa-apa, aku tidak lelah kok." Bohong. Ia harus terlihat kuat. Demi adiknya.

"Aku tidak percaya itu." Gerutu Chanyeol keras kepala, rupanya sifat itu sudah mendarah daging di dalam keluarganya. "Noona tidak perlu berusaha keras seperti ini kalau saja noona mengijinkanku mengambil beberapa pekerjaan part-time."

"Chanyeol-ah, aku kira aku sudah menjelaskannya kepadamu sejak dulu. Kita sudah berjanji--"

"Aku bukan anak kecil lagi noona. Aku laki-laki satu-satunya di antara kita berdua, aku kuat, aku bisa bekerja. Aku tidak bisa berdiam diri melihatmu bekerja rodi seperti ini yang bahkan aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau lakukan di luar sana. Kau tidak pernah memberitahuku! Mana aku tahu kalau noona mungkin saja mengulang lagi kerjamu yang--"

"Park Chanyeol!" Kali ini suara Chorong melengking tinggi dengan frustasi. "Kuingatkan sekali lagi, aku tidak ingin kau mengungkit-ungkit tentang pekerjaanku lagi, mengerti?! Percayalah, aku bekerja untuk sesuatu yang lebih baik sekarang. Aku hanya.... tidak bisa memberitahumu lebih jauh tentang ini." semakin ia berbicara, Chorong bisa merasakan tenggorokannya semakin tercekat.

Kedua saudara itu hanya berdiri diam sesaat di ruang tamu apartemen mereka yang sempit. Sejak 4 tahun yang lalu, Chanyeol tahu bahwa kakak perempuannya itu terlibat sesuatu yang besar yang ia tidak tahu apa. Mendadak, kakaknya dipekerjakan di sebuah tempat dengan bayaran yang bisa menghidupi mereka berdua dalam jumlah cukup. Membuat kehidupan mereka berdua lebih baik memang, tetapi Chanyeol harus merelakan kakaknya tersebut menghilang mendadak tanpa kabar dalam waktu yang tidak tentu. Terkadang kakaknya hanya pergi bekerja dalam hitungan jam, tetapi tidak jarang pula kakaknya akan pergi semalaman atau bahkan tidak pulang selama berhari-hari. Dan Chanyeol dibiarkan buta akan hal ini, karena kakaknya itu bersikeras untuk tutup mulut tentang apa yang selama ini ia lakukan.

"Jaga diri, oke? Dan cepatlah pulang." Akhirnya Chanyeol menyerah dengan suara yang sudah lebih halus.

Kakaknya itu tersenyum lemah, ia maju dan berjinjit untuk memberikan kecupan ke pipi Chanyeol. "Aku pergi dulu. Jangan khawatirkan aku." Dan dengan itu pintu apartemen mereka terbuka dan tertutup kembali dalam waktu singkat, membiarkan Chanyeol harus melewati malam tanpa kakaknya lagi untuk sementara.

 

:::

 

"Sepertinya kali ini kita sedikit terlambat." Tidak perlu Suho katakan, kedua rekannya yang lain pun sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi begitu melangkahkan kaki mereka ke dalam markas besaar.

Woohyun mengeluarkan suara yang terdengar seperti gerutuan, "Bagus, kakek tua itu akan mencincang kita hidup-hidup."

"Tidak juga, kita tidak terlambat." Sahut Chorong yang masih menatap ke arah jam tangannya. "Hanya saja klien kita datang lebih awal."

"Ah! Kalian datang tepat waktu!" Eunji menghampiri mereka dari meja operatornya. Wajahnya terlihat antara campuran ekspresi serius dan sumringah, yang seperti itu tampaknya hanya Eunji yang bisa melakukan. "Kliennya datang terlalu cepat, ia sudah menunggu sejak 15 menit yang lalu. Dia ada di Ruang Tunggu bersama Sunggyu oppa."

Ketiga orang yang ada di hadapan gadis Busan itu kemudian mengangguk. Suho memberanikan diri untuk bertanya, "Seperti apa orangnya? Apa dia orang penting?"

"Aku merasa tidak pernah melihatnya sih. Tapi kalian tidak akan percaya! Orangnya masih mudaaaa~ sekali! Dan ngomong-ngomong, wajahnya tampan." Eunji mengedipkan sebelah matanya ke arah mereka yang disambut dengan putaran mata dari Woohyun dan Chorong.

"Percayalah aku tidak peduli kalau dia mau 'tampan' atau tidak. Aku heran kenapa kita tidak pernah dapat klien wanita-wanita cantik dan seksi, ini tidak adil." gerutu Woohyun di antara nafasnya yang berat.

Yang tentu saja, harus ditimpali dengan sahutan sinis dari Chorong. "Silahkan berharap di dalam impian kotormu selama-lamanya."

Sebelum Woohyun bisa membuka mulutnya untuk menimpali dan terjadi perdebatan sengit tidak berguna lebih lanjut, Suho sudah merengkuh bahu kedua temannya itu dan membawa mereka buru-buru menuju Ruang Tunggu tempat klien mereka berada. "Kita tidak punya waktu untuk berhenti dan mengobrol hangat seperti ini. Simpan cekcok kalian untuk lain waktu, oke?"

Tepat waktu untuk menyelamatkan mereka bertiga dari omelan Sunggyu seandainya mereka terlambat gara-gara pertengkaran konyol Tuan Nam dan Nona Park.

 

:::

 

Suho adalah yang paling pertama masuk ruangan di antara mereka bertiga. Ia langsung disambut dengan wajah tertekuk Sunggyu (jelas tidak menyenangi sedikit keterlambatan mereka) dan sebuah senyuman dari seorang pemuda yang duduk dengan tangan terlipat di meja, postur dan bahasa tubuhnya jelas menunjukkan kelas sosialnya yang tinggi.

Dalam waktu sepersekian detik itu, Suho mengamati klien baru timnya.

Usia pemuda ini jelas tidak jauh dari mereka bertiga, masih sangat muda, namun Suho yakin mereka bertiga tidak lebih tua darinya. Pakaiannya sangat rapi seperti kebanyakan orang-orang kalangan elite yang biasa menjadi klien mereka. Jelas, pemuda ini memiliki uang jauh lebih dari cukup seandainya ia bisa menyewa jasa mereka. Dari cara duduk dan auranya Suho langsung tahu bahwa orang ini punya sesuatu yang tidak bisa diremehkan. Ia begitu tampak percaya diri dan sepertinya tahu apa yang harus ia lakukan. Dan, Eunji sama sekali tidak melebih-lebihkan ketika ia bilang wajah pria ini 'tampan'.

Di belakang Suho, Woohyun yang masuk setelahnya langsung memposisikan diri untuk bersandar ke tembok dengan tangan terlipat (Suho tahu diam-diam Woohyun juga mencoba menganalisa klien mereka, sama seperti dirinya sendiri). Dan begitu langkah ringan dari orang terakhir di antara mereka bertiga terdengar di dalam ruangan, Suho menyadari senyuman klien mereka sedikit jatuh dan tatapannya tiba-tiba sedikit mengeras. Semua gerakan itu hanya berlalu secepat kilat.

Ada suara tarikan nafas yang begitu tiba-tiba dari arah belakang Suho, Chorong.

"Kau--" desis Chorong. Suara gadis itu terdengar begitu beracun hingga Suho bisa merasakan bulu kuduknya sendiri berdiri.

Baik Woohyun maupun Suho refleks menoleh ke arah satu-satunya perempuan di dalam tim mereka itu.

"Sudah lama tidak bertemu, Chorong-ah." Sahut klien mereka dengan suara ringan yang dibuat terdengar sangat sopan.

Yang terjadi berikutnya berlangsung begitu cepat. Chorong melesat untuk menerjang pemuda itu hingga membuatnya terjatuh dari kursi, jemari-jemari rampingnya sudah mencekik leher pria itu tanpa ampun. "KAU BERANI-BERANINYA MUNCUL DI HADAPANKU LAGI??!"

"Chorong!! Hentikan!" otomatis tiga orang pria yang ada di sana langsung menarik Chorong dari posisinya, jika saja mereka tidak berbuat sesuatu kemungkinan besar nyawa pemuda itu sudah berada di antara hidup dan mati.

Kekacauan total. Chorong terus berteriak dan meronta-ronta saat Suho, Woohyun, dan Sunggyu menariknya dan mencegahnya lebih jauh untuk menyerang klien mereka. Akhirnya dengan satu gerakan mengunci lengan dari belakang yang dilakukan oleh Woohyun, Chorong sudah tidak bisa bergerak untuk maju lagi. Dengan nafas tersengal-sengal, pemuda tadi akhirnya dibantu berdiri oleh Suho dan Sunggyu.

"Makhluk brengsek!! Apa yang kau lakukan di sini?!!" Teriak Chorong penuh kebencian. Suho untuk sesaat terkesiap mendengar betapa Chorong bisa hilang kendali hanya untuk sesaat setelah ia melihat klien mereka.

Dengan terbatuk-batuk dan tangan masih memegangi tenggorokannya yang sakit, pemuda itu berusaha setidaknya memberikan senyuman penuh kesakitan. "Apa kau sebegitu inginnya untuk membunuhku, eh? Chorong-ah?" Menakjubkan, di akhir kalimatnya pemuda ini masih bisa sedikit tertawa meskipun lemah.

"Yah! Ada apa ini?! Kalian berdua saling kenal??" Seru Sunggyu frustasi.

Suho dan Woohyun sama-sama berada dalam status siaga, siapapun yang bisa membuat Chorong lepas kendali seperti ini berarti bukan orang biasa seperti pada umumnya. Yang bisa melepaskan monster mungkin hanya seorang monster juga. Perlahan-lahan Suho mendekati Chorong yang lengannya masih dikunci oleh Woohyun dari belakang. Ia menatap mata gadis itu lekat-lekat, tidak lupa bertanya dengan suara lembut untuk menenangkan gadis itu. "Bisa kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi di sini?"

Tatapan garang Chorong berkurang dengan sendirinya, ia tidak bisa meledak di hadapan Suho seperti ini. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Lepaskan aku." Diam-diam Woohyun takjub karena gadis ini bisa berbicara dengan nada penuh kebencian lebih daripada yang bisa disampaikan kepadanya sendiri.

"Hanya kalau kau berjanji akan menenangkan dirimu dan bersiap baik terhadap klien kita." Tegas Suho, namun cukup lembut untuk didengar. Suaranya memiliki efek tersendiri, sebuah otoritas yang sangat sulit untuk ditolak.

Chorong menatapnya keras, namun ia tidak lagi meronta-ronta. Woohyun tahu sudah saatnya untuk melepaskannya sekarang.

Begitu cengkeraman di lengannya terlepas, Chorong menghadap ke arah klien mereka, melepaskan tatapan setajam pisau ke arahnya. Seandainya pandangan bisa membunuh.

"Aku berhenti dari apapun yang pria itu akan minta. Aku tidak mau melakukan misi ini." Desis Chorong.

"Chorong-ah, kalau kau masih belum bisa memaafkanku--"

"KAU PIKIR AKU BISA MEMAAFKANMU, LEE MINHYUK?! Kalau begitu kau salah besar!!"

Lee Minhyuk. Jadi itu nama klien mereka ini. Suho berusaha mengingatnya, tapi tak sekalipun ia pernah mendengar Chorong menyebut nama pria ini sebelumnya.

Pria bernama Minhyuk itu tetap berdiri di tempatnya. Wajahnya berusaha menunjukkan ekspresi tenang, namun Suho bisa melihat ada sedikit corak terluka di sinar matanya. Mau tak mau Suho merasa sedikit khawatir dengan segala kemungkinan hubungan di antara Chorong dengan pria ini.

"Bertahun-tahun kau menghilang, Minhyuk. Kau menghilang dan membiarkan hidup kami hancur. Apa kau senang mendengarnya?" Kali ini suara Chorong bergetar dengan sentuhan amarah sekaligus pedih. Tatapannya yang masih tajam sejenak berpendar karena air mata yang mulai terbentuk.

Dan ini membuat Suho yang masih diam mengamati kekacauan di hadapannya merasa seolah tersetrum oleh listrik. Ini adalah pertama kalinya mereka bisa melihat Chorong di balik topeng yang selama ini ia pakai. Perisai kokoh gadis itu seolah perlahan-lahan luruh, menunjukkan kepada mereka seorang Park Chorong yang telah lama dikubur dalam-dalam.

Di tempatnya, Lee Minhyuk masih berdiri diam menatap lurus ke dalam mata Chorong. Akhirnya ia menarik ujung bibirnya sedikit, sebuah senyuman yang tidak terpancar di matanya. "Aku sendiri tidak tahu apakah aku pantas mengucapkan kata maaf di hadapanmu."

Baik Woohyun, Suho, maupun Sunggyu sadar bahwa mereka sudah melangkah ke dalam satu persoalan yang seharusnya tidak mereka campuri. Ketiganya hanya terdiam dan tenggelam dalam atmosfer pekat yang ada di dalam ruangan.

"Sunggyu," panggil Chorong dengan suara serak, "berikan misi ini pada Woohyun dan Suho. Mereka bisa melakukannya tanpa aku."

Sunggyu menaikkan alisnya panik, "Apa?! Tidak mungkin--"

"Chorong, tunggu!" Teriakan Suho sama sekali tidak berguna saat gadis itu sudah melesat keluar ruangan.

Tempat itu hening untuk beberapa saat sebelum Woohyun memecahkannya dengan menarik kursi dan mendudukkan dirinya di sana. Ia bersiul kencang, "Nah, Tuan Aku-Sudah-Membuat-Park-Chorong-Mengamuk-Dan-Kini-Dia-Mencoba-Membunuhku, mungkin Anda tertarik untuk bercerita beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang semua kekacauan ini. Dan oh, sebaiknya singkat saja, kami tidak butuh sebuah episode drama."

 

:::

 

Tanpa sadar kakinya sudah melangkah membawanya ke dalam lounge yang ditempatkan di pojokan markas besar Arcana ini. Dengan terhuyung-huyung karena terlalu shock, Chorong buru-buru meraih botol minuman keras terdekat dari bar kecil yang ada di dalamnya. Tangannya selalu gemetar selagi ia menuangkan cairan itu ke dalam gelas dan tenggorokannya. Ia butuh asupan alkohol untuk membuat hatinya mati rasa lagi.

Dalam sekejap isi satu gelas kecil itu langsung hilang diteguknya, tuangan-tuangan cairan keras itu tidak lama menyusul ke dalam gelas yang masih dipegang Chorong.

‘Bantu aku melupakannya.’

Keras. Efeknya begitu terasa menusuk ke dalam kepalanya.

‘Aku tidak butuh merasakan apa-apa lagi.’

Ia terlambat menyadari saat sikutnya tanpa sengaja menyenggol botol minuman beralkohol lainnya. Suara pecahnya botol yang begitu keras membuat kepalanya berdengung kembali. Chorong menggerutu dan dengan sedikit terhuyung membungkuk untuk membersihkan serpihan-serpihan kacanya.

Efek alkohol rupanya sudah hampir mengambil alih seluruh kesadaran Chorong, hingga gadis itu sama sekali tidak menggubris teriakan khawatir Naeun yang datang karena mendengar bunyi keras dari arah kamar ini. Putri bungsu Keluarga Son itu buru-buru menghampiri Chorong yang setengah mabuk memunguti botol yang kini sudah berbentuk serpihan kaca.

“Unnie?! Kau tidak apa-apa? Astaga kenapa bisa begini.” tanpa ragu-ragu lagi Sang Pandora itu berlutut di samping Chorong dan ikut membereskan kekacauan yang telah ditinggalkan Chorong. Akhirnya Naeun menangkap apa yang sebenarnya terjadi pada gadis yang lebih tua itu. “Apa unnie… mabuk? Kau menghabiskan satu botol penuh. Apa yang terjadi? Aku kira unnie sedang menemui klien bersama dengan yang lain.”

Chorong hanya menjawab dengan gumaman-gumaman tidak jelas. Sama sekali tidak memperhatikan Naeun dan terus memunguti serpihan kacanya di lantai, sampai sebuah erangan kesakitan keluar secara spontan dari mulut Chorong. Ia kini menatap jarinya yang tergores serpihan kaca.

Refleks, Naeun yang khawatir dengan kondisi Chorong yang rapuh langsung meraih telapak tangan gadis itu untuk mengecek lukanya. Tetapi belum ada sedetik pun Naeun dan Chorong sama-sama terpaku di tempat mereka.

Ini adalah pertama kalinya bagi Naeun untuk menyentuh Chorong secara langsung.

Buru-buru Chorong langsung menarik tangannya kembali dan mendadak bangkit untuk berdiri. Ia menatap horror kepada Naeun, yang bahkan masih terpaku di tempatnya semula.

“Chorong unnie? Nona Naeun?” Suara Eunji yang muncul dari ambang pintu membuat keduanya tersadar dari kekalutan pikiran masing-masing. Gadis Busan itu hanya menatap bingung melihat betapa berantakannya keadaan dua orang yang ada di depannya. Ketika Chorong tanpa berkata apa-apa lagi hanya melangkah cepat keluar ruangan, Eunji sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sampai Naeun perlahan-lahan berdiri di tempatnya.

Eunji melangkah perlahan mendekati Nona Mudanya itu. “Nona… Melihatnya, ya?”

“Itu tadi…” bisik Naeun pelan, wajahnya yang menunduk masih tertutupi oleh rambut hitam lebatnya. “Itu tadi rasanya sakit sekali. Aku bisa merasakannya…”

“Nona Naeun…” karena khawatir, Eunji buru-buru menyentuh lembut lengan Naeun untuk menahannya tetap berdiri. Gadis muda itu mendongak, dan Eunji bisa melihat air mata yang bahkan terus membasahi pipi Naeun tanpa henti.

Sang Pandora tertawa pelan meskipun terdengar miris, “Aku bahkan tidak tahu kenapa aku menangis.”

“Aku rasa menangis adalah hal yang wajar.” jawab Eunji lembut, “justru kita harus merasa kasihan kepada orang-orang yang tidak bisa menangis. Karena kesedihan mereka terpendam di dalam. Dibiarkan tumbuh dan menggerogoti tubuhnya perlahan-lahan. Seperti yang dilakukan oleh Chorong unnie. Dan kini Nona Naeun menangis untuknya.”

 

:::

 

Woohyun melangkahkan kakinya dengan gamang di basement gedung Son Enterprise, mencari mobilnya dengan setengah hati. Pikirannya masih terbawa kepada kejadian yang ia alami hari ini dengan seorang ‘klien’ spesial mereka. Si Lee Minhyuk itu sama sekali tidak mau membuka mulutnya, hanya tertawa pelan kepada mereka dan menyuruh mereka untuk bertanya kepada Chorong sendiri. Sungguh keajaiban karena Woohyun bisa menahan dirinya untuk tidak memukul wajah mulus lelaki itu. Seandainya Lee Minhyuk itu telah melakukan hal macam-macam kepada Chorong maka ia--

Tunggu. Kenapa pula ia harus berpikiran seperti itu?

Woohyun mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Wanita iblis itu benar-benar membuat akal sehatnya kacau.

Begitu Woohyun menangkap bentuk mobilnya di matanya, lelaki itu sudah hampir berhasil melupakan kekalutannya untuk sementara. Tetapi sayangnya semua harus dikacaukan begitu ia melihat sesosok gadis yang bersandar kepada mobilnya dengan setengah tidak sadar di lantai basement.

“Chorong?? Oy apa yang kau lakukan di sini??” refleks Woohyun pun berjongkok untuk mengecek keadaan gadis itu dengan lebih baik. Belum-belum ia sudah bisa mencium bau alkohol. “Aish jangan bilang kau mabuk.”

“Bawa… Aku pulang…” gumam Chorong dengan mata yang membuka dan menutup, jelas-jelas sudah sangat teler.

“Kau mau aku apa?? Hoy! Hoy!” Woohyun sudah menusuk-nusuk lengan Chorong dengan jarinya untuk membuat gadis itu tetap sadar tetapi sepertinya semuanya sia-sia. Chorong sudah keburu tidak sadaran lagi.

Woohyun menghela nafas keras, tetapi ia tetap berusaha menggotong tubuh Chorong dan susah payah menaikkan gadis itu ke dalam mobilnya. Begitu ia sudah memposisikan dirinya sendiri di balik kemudi. Ia pun melirik ke arah gadis yang sudah tidur terlelap itu.

“Kau tahu, kau terlihat lebih jinak kalau cuma diam seperti itu.” bisik Woohyun tertahan. Tanpa ia benar-benar sadari tangannya sudah terulur untuk menyeka poni Chorong yang terlihat berantakan. TIdak lama kemudian mesin dinyalakan dan mobilnya sudah melaju di jalanan malam Kota Seoul yang terlihat gemerlap. Sayangnya pada saat itulah Woohyun baru menyadari sesuatu.

Oh . Aku sama sekali tidak tahu dia tinggal di mana.”

 

:::

 

“Oi Suho-ya. Aku butuh kamu untuk ke apartemenku sekarang juga.”

Suara mengantuk Suho terdengar dari seberang telepon, “Malam-malam begini? Ada apa? Sebenarnya aku juga baru saja sampai di depan apartemenku sendiri.”

“Ehm…. Aku tidak tahu bagaimana caranya mengganti baju perempuan.”

“Woohyun-ah, sudah berapa kali kubilang aku tidak mau terlibat dengan permainanmu dan wanita-wanita random itu.”

“Tapi ini bukan ‘wanita random’ seperti yang kau bilang itu.” suara Woohyun kali ini hampir terdengar frustasi. Ia melirik kembali kepada gadis yang masih tertidur pulas di tempat tidurnya. “Ini soal Chorong.”

Hening.

Hening kembali.

“Sampai aku tiba di sana jangan kau beraninya coba-coba untuk menyentuh Chorong dengan jari-jarimu.”

Dan dengan itu telepon yang menghubungkan mereka berdua pun terputus begitu saja.

 

:::

 

Ia terbangun dengan kepala yang terasa begitu berat, terutama karena kali ini ia juga merasa seperti ada palu yang mengetok kepalanya dari dalam. Sinar matahari yang masuk ke jendela begitu menusuk matanya hingga rasanya ia tidak sanggup untuk membuka kedua kelopak mata.

Baru saja ia akan megeluh begitu tersadar bahwa tempat tidurnya terasa terlalu empuk dari yang biasa. Otomatis ia pun membelalakkan matanya. Buru-buru bangun terduduk dan mengamati sekeliling mencerna segala detail yang bisa ia dapatkan.

Ini bukan tempat tidurnya dan jelas sama sekali bukan kamarnya. Ia lebih dari 100% yakin ini juga bukan kamar adiknya. Semuanya terlalu mewah. Jadi, di mana sekarang ia berada? Oh jantungnya hampir meledak begitu ia menangkap sesosok lelaki yang ia tangkap di dalam sebuah foto berpigura yang diletakkan di dekat pintu.

“Dasar penjahat kelamin.” bisik Chorong tertahan. Ia bangkit dan menyingkap selimut lembut yang selama ini menghangatkan tubuhnya. Begitu Chorong berdiri, ia sudah hampir ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga dengan seluruh spekulasi yang masuk ke dalam kepala. Ia saat ini mengenakan kemeja lelaki kebesaran yang jelas-jelas bukan miliknya (meskipun terasa terlalu nyaman untuk dikenakan), dan pakaian yang ia pakai kemarin terlipat dengan rapi di kursi yang berada di pojokan kamar. Chorong meraba-raba tubuhnya dengan panik. Ia sungguh bersyukur mengetahui bahwa pakaian dalamnya masih berada di tempat yang seharusnya.

Tetapi itu tidak akan bisa meredakan amukannya untuk saat ini.

Jadi ia dengan tergesa-gesa (hampir) membanting pintu kamar terbuka dan melangkah dengan kepala panas menuju ruang tengah. Untuk mendapati dua orang lelaki yang sangat ia kenal sedang tidur pulas di sofa masing-masing.

Bagus. Jadi bukan hanya seorang yang ‘mungkin’ melihatnya ‘seperti itu’ tadi malam, tetapi dua orang. Dua orang ‘ini’.

“YYAAAAAAAAAAAAHHHHH!!!!!!!!!!!” lengkingan yang hampir menyaingi suara jetski itu berhasil membuat kedua lelaki yang sebelumnya tertidur pulas terlonjak dan bangun dengan kebingungan.

“YAH NAM WOOHYUN KIM SUHO!!!”

“Oh tidak” otomatis umpatan kecil keluar dari masing-masing mulut Woohyun dan Suho begitu mereka tersadar apa yang sesungguhnya terjadi.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN KEPADAKU?? KENAPA AKU BISA TERBANGUN DI KAMAR ITU DENGAN BERPAKAIAN HANYA SEPERTI INI??”

“Chorong-ah, dengarkan dulu!” teriak Suho putus asa sambil berusaha melindungi diri dari barang-barang yang mulai dilempar oleh Chorong.

“Yah yah yah yaaah!!” seruan panik terdengar dari tenggorokan Woohyun begitu secara berurutan ia berhasil menghindari bantal sofa, buku telepon, majalah, dan album foto yang secara berurutan dilemparkan kepadanya. “Semalam kau mabuk dan kami membawamu kemari!!”

“Aku ap-- JADI KALIAN MEMANFAATKAN AKU YANG SEPERTI ITU??”

Tidak lama kemudian ada lebih banyak macam barang yang melayang ke arah dua lelaki muda tersebut.

“Woohyun kau idiot!!” umpat Suho dari balik sofa yang kini telah menjadi benteng perlindungan mereka.

“Dengar apa kau mau melakukan negosiasi dengan Chorong yang sudah berubah jadi penyihir neraka itu hah? Apa kau pikir itu mungkin?” seru Woohyun tertahan dengan nafas yang memburu.

Suho hanya menatap temannya dengan pasrah, “Tidak. Kau ada benarnya juga.”

‘PRANG’

“Ooooh tidak dengan vasku!!!” Woohyun sudah hampir meratapi vasnya yang kini menjadi pecahan beling.

“KALIAN BERDUA SEBAIKNYA PUNYA PENJELASAN YANG BAIK TENTANG INI!!” sungguh lengkingan Chorong saat ini terdengar seperti terompet penanda kiamat bagi Woohyun dan Suho.

“Dengar. Aku rasa satu-satunya cara yang terbaik adalah menyergapnya dari dua arah. Buat Chorong tidak berkutik. Tahan dia agar dia tidak bisa melempar apapun. Mengerti?” dalam waktu yang sangat singkat itu Suho membisikkan rencananya kepada Woohyun yang dibalas dengan anggukan mantap dari satunya.

Dalam hitungan ketiga akhirnya Woohyun dan Suho bersamaan keluar dari masing-masing sisi sofa. Dengan cepat menyergap Chorong yang masih lengah. Menarik lengan gadis itu dan menahan bahunya hingga mereka berdua berhasil membuat Chorong terpelentang di lantai kembali.

Berikutnya langsung terdengar penjelasan beruntun yang keluar seperti kereta shinkansen dari mulut Suho. “Kami sama sekali tidak melakukan apapun. Woohyun menemukanmu yang sudah tidak tersadar karena kau mabuk dan karena ia tidak tahu di mana rumahmu maka kau dibawa ke sini dan aku hanya membantu Woohyun untuk mengganti bajumu yang sepertinya sudah ketumpahan alkohol tetapi aku berani bersumpah aku melakukannya dengan mata tertutup dan aku sama sekali tidak mengintip baiklah hanya sedikit tapi itu juga untuk mengancingkan kancing kemejanya agar tidak salah. Selain itu kami sama sekali tidak menyentuhmu aku janji.”

“Kecuali saat Suho menyelimutimu dan ia mengelus kepalamu sebentar.”

“Hei!!”

“Hanya sebentar. Aku melihatnya. Tapi ia benar selebihnya kami tidak berbuat apa-apa.”

Chorong cuma bisa menatap takjub kedua teman lelaki yang wajahnya ‘melayang’ di atasnya, bahkan mungkin hanya berjarak tidak lebih dari tiga jengkal. Ia sempat bingung bagaimana harus bereaksi. “Oi kalian berdua.”

“Ya?” jawab keduanya bersamaan.

“Menyingkir dari atasku.”

Suho dan Woohyun kemudian saling tatap, sebelum mereka akhirnya baru sadar posisi ‘canggung’ yang mereka bertiga saat ini alami. Kedua pria itu buru-buru berdiri sambil pura-pura membenarkan baju mereka yang kusut. Chorong yang sudah bangkit, terduduk di tempatnya semula, hanya mengamati teman satu timnya itu dengan mata yang tidak pernah luput menilai.

“Suho-ya.” sebut Chorong tiba-tiba.

“Siap?!”

“Mana ponselku?”

“Kuletakkan di samping tempat tidur.” jawab Suho ragu-ragu, takut seandainya Chorong kembali mengamuk.

“Kau tidak melihat ke dalamnya kan?”

“Ti…………dak. Kamu sendiri yang selalu melarang kami untuk menyentuhnya selama ini.”

Gadis itu pada akhirnya bangkit, dengan kemeja Woohyun yang masih kebesaran, panjangnya berakhir hanya sampai di tengah pahanya. Kedua lelaki di depannya tiba-tiba memalingkan kepala mereka ke berbagai arah.

“Kalian sebaiknya membereskan semua kekacauan ini selagi aku bersiap untuk pergi.” Chorong membalikkan badan seraya memutarkan jari telunjuknya, gerakannya mengacu kepada seisi ruangan yang rupanya sudah berantakan seperti serpihan sisa-sisa kapal titanic.

Woohyun sudah mau meledak dengan sebuah seruan, tetapi buru-buru disodok tepat di diafragmanya lagi oleh Suho. Sebaiknya tidak usah membangunkan macan yang sudah susah payah dibuat tertidur.

Setelah meninggalkan kedua pria itu untuk kembali ke dalam kamar Woohyun, Chorong langsung menghampiri benda elektronik kecil yang tergeletak di meja samping tempat tidur seperti yang disebutkan oleh Suho. Dengan hati-hati Chorong mengambil benda itu ke dalam telapak tangannya. Ia kemudian menyentuh tombol kunci dan setelah memasukkan kombinasi passwordnya, ponselnya pun terbuka tepat di bagian home page. Gadis itu terdiam sesaat menatap wallpaper yang ada di sana. Ia bahkan tidak lagi ingat sejak kapan wallpaper itu terakhir kali digantinya.

Sebuah foto terpajang menjadi wallpaper yang siap menyambutnya setiap kali ia mengaktifkan ponsel. Sebuah foto yang menangkap tiga orang tersenyum ke arah kamera dengan wajah bahagia yang Chorong sudah hampir tidak ingat bagaimana rasanya. Ia memandanginya lekat-lekat. Dan memastikan sekali lagi bahwa kejadian kemarin sama sekali bukan mimpi sebelum ia akhirnya terbangun di kamar ini.

Di foto itu Chorong berdiri dengan seragam sekolahnya semasa SMU. Bersama adiknya, Park Chanyeol, yang bahkan tingginya belum seberapa berada di tengah memamerkan gigi-giginya yang berjajar rapi. Dan di samping paling kiri, dengan agak menunduk berdirilah seorang pria muda yang wajahnya selalu terpatri di kenangannya.

Lelaki itu. Yang kini telah kembali lagi.

Lee Minhyuk.

 


A/N: and finally here we are di 'arc' yang baru. thoughts? comments? predictions? ditunggu saran dan kritiknya~ do subscribe and upvote if you think this deserves it :}

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crepusculum
this story is discontinued until further notice. huge writer's block and because i currently at the point where i hate my own writings very much so.

Comments

You must be logged in to comment
evolvirea #1
Semangat, kak.
KimYuuna
#2
When will this story updated. Update please :(((
DinaKarl #3
Chapter 11: Kak author ceritanya a keren, seru!! Aku tunggu kelanjutan ceritanya ya kak!! Semangat kak author!!
blackday #4
Chapter 11: Thor!! Semangat!! Lanjutin thor!! Saya dengan setia akan menunggu kelanjutan ceritanya!!
evolvirea #5
Chapter 11: And how can i come to this story again... it makes me sad to realize that the last updated is still the same...
purupota #6
Chapter 1: gatau kenapa liat drama theK2 jadi inget fanfic ini
natsuki_aiko #7
authorrr, ayo di lanjutttt. aku bener2 penasaran sm kelanjutannya. di tunggu banget ><. semangat author!!
Leekyugi #8
Bakalan baca untuk ketiga kalinya, yaampuun berapa tahun ya nungguin ini comeback?? Ahhh ini tuh salah satu story keren dan terapih yang gue baca.... Sumpahhh entah kapan comebacknya Tuhaannnnnn!!!!
Alvin_19 #9
Chapter 11: Udah baca ni ff untuk kedua kalinya.. Kpan diupdate nya??? suka bgt ma crita ini... jgn lama" diupdate y... nggak sabar.. jebal authornya.... critanya beda dri yg lain.. dtunggu bgt updatenya...
Difalaa99 #10
Chapter 11: Ide ceritanya ngga mainstream. suka banget sumpah!~~ Kapan dilanjut? Ayo thor semangat!~