IV. The Nameless Grace

The Merciless Truths

IV. The Nameless Grace

"She walks in beauty, like the night;

Of cloudless climes and starry skies"

 

 

Ia pernah melihat wajahnya di foto-foto yang ditunjukkan kepadanya, dan ditambah dengan deskripsi dari Eunji yang bercerita dengan menggebu-menggebu, Chorong tahu bahwa Son Naeun dilahirkan dengan wajah yang begitu rupawan hingga dapat menyihir semua yang bertemu dengan gadis itu. Chorong mengetahuinya bahkan ketika ia sama sekali belum pernah bertemu dengan putri bungsu dari Son Kwangsik tersebut. Tetapi begitu ia melihatnya dengan mata kepala sendiri, barulah Chorong mengerti mengapa gadis ini begitu dipuja.

Jika memujinya dengan kata ‘cantik’, sebenarnya dapat dikatakan merendahkannya.

Di mata Chorong, Son Naeun adalah peri yang berukuran manusia. Ia tidak sekedar ‘cantik’, Naeun lebih dari itu semua.

Wajah oval mungil, mata yang berkelip-kelip, batang hidung yang melengkung indah, dengan rambut hitam  yang mengalir seperti ditenun dari sutra legam. Eunji dan Hoya benar, Chorong tidak bisa berkedip selama lebih dari lima detik begitu ia menangkap sosok seorang Son Naeun.

“Chorong, kau sudah bertemu dengannya?” suara Suho yang berdenging di earpiece yang ia kenakan membuat rentetan pikiran Chorong buyar. Sedikit terkejut, Chorong sampai menghentikan langkahnya untuk sejenak.

Chorong menekan kembali earpiecenya untuk menghubungkannya dengan Suho yang menunggu di dalam mobil yang akan membawa mereka, “Ya. Dia bersamaku, Suho. Kami sudah setengah jalan”.

“Bagus. Pastikan tidak ada yang mengikuti kalian.”

“Aku mengerti.” Dan akhirnya, hubungan komunikasi pun terputus.

Tetapi sebuah suara menyahutnya dari belakang. “Ah, jadi unnie benar-benar teman Suho oppa rupanya.”

 Gadis itu menoleh ke ‘Pandora’ yang berjalan agak ke belakang dengan tatapan tumpul, sepertinya Naeun masih belum bisa benar-benar yakin dengan Chorong yang tiba-tiba muncul di hadapannya dengan menyamar menjadi pramugari.

Naeun selalu diperingatkan agar ia tidak mudah percaya dengan orang lain, tetapi pramugari yang cantik ini sudah memanggilnya dengan sebutan ‘Pandora’, dan hanya sedikit orang yang tahu tentang nama itu. Lagipula baru saja pramugari yang memperkenalkan dirinya dengan nama ‘Park Chorong’ itu menyebut-nyebut nama Suho yang ia kenal dengan baik. Naeun punya alasan yang kuat untuk mempercayainya.

Chorong menghela nafas dengan bunyi yang agak berat, sesungguhnya ia mulai merasa tidak nyaman berjalan bersama ‘Pandora’ dengan jarak sedekat ini. “Dengar Nona, kita tidak punya banyak waktu untuk mengobrol dan saling memperkenalkan diri. Aku tidak mau repot-repot mengambil resiko dengan mencuri seragam pramugari ini jika saja ini bukan perintah langsung dari Ayahmu. Bersyukurlah karena aku rela menjemputmu sebelum kau bahkan menginjakkan kakimu keluar dari pintu terminal kedatangan. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi seandainya kita sudah keluar dari bandara.”

Naeun akhirnya menutup mulutnya sambil menahan senyum yang berusaha melebar, oh belum-belum ia sudah menyukai agen bernama Park Chorong ini. Ia jarang menemukan orang yang berani menceramahi atau bahkan  berani berbicara balik terhadapnya. Sepertinya Sunggyu telah menemukan orang yang benar-benar menarik. Gadis itu mulai berlari-lari kecil untuk mengejar Chorong yang berjalan dengan ayunan kilat.

“Lewat sini.” kata Chorong singkat tanpa sekalipun menoleh ke arah Naeun, tangannya membuka pintu yang ada di depannya. Naeun agak mengkerutkan dahinya begitu melihat jalan yang diambil oleh Chorong.

“Pintu tangga darurat? Memangnya unnie akan membawaku ke mana?” meskipun bertanya-tanya, tetap saja Naeun mengikuti langkah-langkah Chorong.

“Kita sudah hampir sampai. Mereka menunggumu di basement VIP, cuma itu satu-satunya tempat yang tidak penuh dengan orang.” benar saja, tidak berapa lama kemudian Naeun sudah berada di basement VIP tempat biasanya orang-orang penting langsung dijemput. Dalam hati Naeun mempertanyakan bagaimana anak buah ayahnya itu berhasil masuk ke sini, tetapi lagi-lagi ini adalah agen-agen Arcana yang ia pertanyakan, tentu saja mereka akan menemukan satu cara.

Tidak jauh dari tempat ia keluar, terdapat mobil sedan hitam yang terparkir melintang dengan dua orang lelaki yang menyandarkan tubuh mereka di bagian samping mobil. Otomatis wajah Naeun berubah cerah begitu ia melihatnya.

“Oppa!!!” teriaknya antusias sambil berlari ke arah mereka.

“Naeun-ah! Aigoo lihat betapa cantiknya dirimu sekarang!” Woohyun yang pertama kali menghampiri dan memeluk putri bungsu Keluarga Son itu, baru kemudian Naeun melompat ke pelukan Suho yang sudah menunggunya dengan senyuman lebar. Bagi Naeun, kedua lelaki itu sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

Woohyun yang berada di samping Suho kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah perempuan yang satu lagi. Ia mengamati gadis yang ada di depannya dari  bawah, kemudian berhenti sejenak di bagian rok ketat yang memiliki belahan tinggi, memperlihatkan kulit putih mulus yang membuat kedua alisnya naik lalu matanya semakin merayap ke atas hingga bertatapan dengan dua buah bola mata yang menatapnya balik dengan garang.

“Menikmati apa yang kau lihat, mata keranjang?” semprot Chorong di antara gemertak giginya.

Woohyun hanya memberikannya sebuah seringai yang sangat ia benci, “Pramugari huh? Tidak buruk, tidak buruk sama sekali Park Chorong.” Chorong memberikannya tatapan tajam sekali lagi sebelum ia berjalan menuju pintu belakang mobil (diam-diam Woohyun tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak melirik pinggul yang bergerak dengan indah itu).

“Kalian, cepat masuk ke dalam mobil. Kita tidak punya banyak waktu.” seruan Chorong yang sudah siap duduk di kursi penumpang membuat nostalgia Suho dan Naeun harus terhenti. Mereka tahu lebih baik menuruti perintahnya untuk bergegas daripada harus kena amukan monster yang bisa tiba-tiba terbangun setiap saat.

Setelah semuanya masuk dan duduk di kursinya masing-masing (Chorong agak keberatan ketika Woohyun duduk di belakang setir, tetapi akhirnya ia menyerah juga ketika Suho meyakinkannya bahwa kemampuan menyetir Woohyun sangat dibutuhkan saat ini) barulah Suho yang duduk di kursi penumpang depan menghubungi markas melalui speaker interkom yang ditanam di dashboard, benda itu memudahkan komunikasi antara mereka dengan operator yang ada di dalam markas.

“Athena memanggil Olympus, Pandora sudah ada di tempatnya.”

Kemudian terdengar suara Kyungsoo menggema di dalam mobil “Olympus di sini, kalian bebas untuk bergerak. Kami akan mengawasi jalannya.” jauh di bawah tanah berkilo-kilo meter dari bandara, Kyungsoo dan Eunji sudah siap berada di depan layar komputer besar yang menampilkan gambar jalanan sepanjang Incheon hingga Seoul, hasil dari kerja jenius Kyungsoo yang berhasil membajak kode satelit yang terhubung dengan kamera cctv yang dipasang di setiap jalan dan perempatan.

“Roger, kami akan mulai bergerak memindahkan Pandora.”

 

:::

 

Sudah setengah jam lebih mereka berkendara dengan tenang, Woohyun dan Suho yang duduk di depan terus mencerahkan suasana dengan mengajak Naeun mengobrol dan bercerita tentang kehidupannya di Jepang, sementara itu Chorong yang duduk di samping kiri bagian belakang mobil hanya terdiam menatap pemandangan di luar. Sesekali ia melirik gadis yang ada di sebelahnya, yang tidak berhenti tersenyum selagi ia berbicara dengan antusias bersama kedua lelaki yang ada di depan.

Sejak pertama kali ia bertemu dengan Naeun sampai sekarang, Chorong berusaha sebisa mungkin untuk tidak bersentuhan dengan gadis itu. Ide tentang pelanggaran privasi dengan mengetahui masa lalu seseorang bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi Chorong.

“Ah.” tiba-tiba terdengar tarikan nafas panjang yang berasal dari Naeun. Chorong menoleh, dan menemukan gadis itu sudah memandang jauh ke depan dengan tatapan kosong yang tidak fokus.

“Kita kedatangan tamu.” gumam Naeun dengan mata yang masih terlihat kosong. Ketika matanya sudah kembali seperti semula, kini giliran speaker interkom mobil yang bersuara dan suara Eunji pun dapat mereka dengar dengan jelas.

“Di sini Olympus, radar menangkap ada dua objek yang mendekat ke arah kalian dengan kecepatan tinggi.”

Alarm yang berada di kepala ketiga agen Arcana tersebut langsung menyala. Woohyun terfokus dengan jalanan yang ada di depan, kakinya sudah siap untuk menginjak pedal gas keras-keras. Sementara itu Chorong dan Suho langsung mengeluarkan handgun yang sudah mereka siapkan sejak tadi.

“Apakah bisa kalian analisa lebih jelas lagi?” seru Suho kepada markas melalui interkom.

Kali ini Kyungsoo yang menyahut “Kami sedang mencoba memotretnya dari satelit, tapi akan memakan waktu agak lama untuk menemukannya. Tapi kalau kukalkulasikan dengan kecepatan akselerasinya… berarti…”

“Motor… cepat sekali…” gumam Naeun dengan pelan hingga hanya bisa didengar oleh Chorong.

“Mereka meliuk-meliuk di antara jalanan, dan dengan kecepatan seperti itu aku rasa… dua buah motor sports dengan kecepatan tinggi yang saat ini sedang menuju ke arah kalian.” suara Kyungsoo kembali menggema.

Chorong menoleh ke arah Naeun dengan mata lebar. Ternyata benar, kemampuan spesial bocah ini bukanlah omong kosong.

Suho mengerutkan dahinya, mereka bisa berjaga-jaga tetapi sesungguhnya mereka sama sekali buta dengan siapa dan apa bahaya yang akan mengikuti Pandora untuk merebutnya. Jika begitu, dalam waktu singkat ini mereka harus bisa mengetahui apa yang sebenarnya sedang mereka hadapi. “Woohyun, tambah kecepatannya dan pastikan kita berada di dekat pembatas beton itu.” Suho menunjuk pembatas jalan tol yang terbuat dari beton tinggi, tanpa bertanya lebih lanjut Woohyun langsung melaksanakan apa yang dikatakan oleh Suho. “Eunji, tolong tangkap gambar pengejar kita itu dan cari tahu seperti apa peralatan yang mereka bawa. Kyungsoo bisa kau hitung kira-kira mereka akan mendekat ke arah kita  dalam waktu berapa menit lagi? Chorong, bersiaplah, dan lindungi Nona Naeun sebisa mungkin.” Dengan seluruh instruksi Suho, semuanya langsung bergerak cepat mengantisipasi bahaya yang akan segera mengancam.

Kyungsoo tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan perintah Suho, “Sekitar lima menit lagi mereka akan berada dalam jarak pandang kalian.”

“Aku dapat.” seru Eunji, “Benar, dua buah motor sports dengan masing-masing satu pengendara sedang mengejar kalian dari belakang. Dari gambarnya, sepertinya mereka tidak membawa senjata besar yang akan menghambat pergerakan mereka. Hanya senjata api berukuran sedang. Tapi aku tidak bisa menebak apa jenisnya.”

“Chorong.” hanya dengan satu seruan dari Suho, Chorong langsung meraih ke bawah kursi yang rupanya menyimpan laci tersembunyi. Dari dalamnya Chorong mengeluarkan sebuah senapan jarak jauh yang sempat membuat Naeun membelalakkan matanya karena belum pernah melihat benda seperti itu secara langsung.

Dengan gerakan cepat, Chorong mengisi pelurunya dan membalikkan badannya, bertumpu dengan satu kaki di sofa kursi penumpang dan memposisikan senapannya dengan benar. “Woohyun buka jendelanya!” begitu jendela belakang dibuka dan ia bisa merasakan angin menerpa ke dalam, Chorong langsung mengambil posisi, membidik apapun itu yang akan muncul mengejar mereka. “Kyungsoo tolong hitung waktu sampai mereka berada dalam jarak tembakku.” serunya cukup keras untuk bisa sampai didengar melalui interkom.

“Sebentar lagi mereka akan masuk ke jarak pandak kalian, tapi aku rasa tidak akan cukup sampai kau bisa mengenainya dengan tepat.”

“Chorong jangan gegabah, kita tidak sendiri, ada orang-orang awam. Kau tidak mau kita masuk ke headline koran besok pagi hanya karena kita membunuh orang di depan umum. Tembak saja ban motornya.” potong Woohyun dengan suara agak dikeraskan.

“Kau tidak perlu meragukanku.” jawab Chorong dengan tenang, satu matanya masih membidik di balik senapan.

Sedetik kemudian Chorong bisa melihatnya, di antara mobil-mobil yang lainnya ada dua buah motor sports merah dengan pengendara yang memakai helm full face sedang meluncur sangat cepat ke arah mereka.

“Aku melihatnya!” teriak Chorong.

Merespon itu, Suho mendekatkan tubuhnya ke arah interkom “Kyungsoo hitung jarak tembaknya!”

“Mereka bisa kalian lumpuhkan dalam jarak tujuh meter, itu berarti… sepuluh… sembilan…”

Naeun memperhatikan kejadian di depannya dengan perasaan campur aduk. Ia sudah terbiasa dengan adrenalin dan bahaya, meskipun begitu ia masih bisa merasakan takut mulai merayapi dadanya, tetapi dengan adanya ketiga orang ini ia entah kenapa tahu bahwa semua akan baik-baik saja. Jika tidak, Ayahnya tidak akan berani bertaruh dengan mengutus orang-orang ini untuk menjemputnya.

“Tujuh… enam…”

Chorong sudah memilih salah satu targetnya, dengan tenang namun antusias, ia mengikuti liukan salah satu motor itu dengan bidikannya.

“Empat… tiga… dua… sekarang!”

Pelatuknya ditarik, dan tidak sampai sedetik hingga salah satu dari pengejar itu terjatuh berguling karena ban depannya berhasil ditembak oleh Chorong. Melihatnya terjatuh dari kecepatan tinggi, seharusnya cukup untuk membuatnya tidak bisa bergerak lagi.

Chorong kemudian mengalihkan bidikannya ke pengendara yang satu lagi, namun rupanya yang satu ini lebih lihai dan berkali-kali mengecoh bidikannya dengan meliuk-liuk. Chorong berteriak kesal ketika pengendara itu sudah terlalu dekat untuk dilumpuhkan dengan senapan jarak jauh. Ia dengan segera menarik senapannya dan berseru kepada Woohyun, “Tutup jendelanya! Yang satu ini terlalu cepat, tidak ada cara lain selain menunggunya mendekati kita dan menjatuhkannya dari jarak dekat.”

Naeun memperhatikan Chorong yang bergerak dengan kilat, mengganti senapan jarak jauh di tangannya dengan handgun yang diisi dengan peluru penuh . Suho yang duduk di depan juga sudah bersiap-siap dengan pistolnya sendiri.

Di saat seperti itu, Suho berseru kepada Woohyun “Woohyun bawa mobilnya agak ke kanan, menjauh dari pembatas sedikit, pancing dia untuk menyerang dari arah kiri. Dengan begitu Chorong akan lebih mudah untuk bisa menjatuhkannya.”

“Oppa…?” potong Naeun tiba-tiba kepada Suho.

Suho terdiam sejenak, “Ada apa?”

“Jendelanya dibuat untuk tahan peluru kan?”

“Ya tentu saja, kenap--“

BANG! BANG! BANG!

Mendadak jendela belakang mobil dihantam dengan peluru yang berhasil memberikan retakan, gara-gara itu mobil yang membawa mereka agak sedikit oleng ke kanan hingga membanting penumpang yang ada di dalamnya. Chorong dan Suho yang sudah melepaskan sabuk pengaman mereka mau tak mau kehilangan keseimbangan.

“WOOHYUN!!” teriak Chorong sekuat tenaga.

“Aku mengerti! Aku mengerti!”

“Terus bergerak supaya dia tidak bisa menembak ban kita!”

Pengendara motor itu akhirnya sudah sangat dekat dengan mereka, tangannya yang satu mengarahkan pistolnya ke arah jendela samping, ke sisi bagian tempat Chorong dan Woohyun duduk.

BANG! BANG! BANG!

Karena ditembak dalam jarak dekat begitu, mau tak mau Naeun yang mulai merasa was-was melepaskan sebuah teriakan tertahan. Kaca jendela yang ditembaki berhasil retak.

Woohyun yang berada di kendali kemudi menyenggol motor itu untuk memberi mereka jarak. Pengendali motor tersebut sedikit kewalahan ketika motornya oleng dan hampir menabrak pembatas jalan.

“Tunggu, aku tahu pistol yang ia pakai.” gumam Suho.

“Pikirkan sesuatu Suho! Terlalu berbahaya kalau kita menyerangnya dari jarak sedekat ini! Kalau aku membuka jendelanya selagi ia masih bisa menembak, tidak ada yang bisa menjamin tidak akan ada peluru nyasar yang bisa mengenai Nona Naeun!!” Chorong berteriak sambil susah payah untuk menstabilkan posisinya.

“Itu… aku pernah membacanya di buku, jenis itu… ya, sangat kuat… didesain untuk menghancurkan kaca anti peluru…”

“OH WOW TERIMA KASIH! Pengetahuanmu sama sekali tidak membantu untuk menenangkan kita!” teriak Woohyun kesal.

“Tapi pelurunya… terbatas… “ Suho masih berkutat dengan gumaman-gumaman cepat dan dahinyayang dikerutkan, kebiasaan yang ia lakukan ketika ia sedang memikirkan sebuah strategi.

BANG! BANG!

Kali ini retakan di jendela Woohyun semakin membesar.

“SUHOOO!” Woohyun kembali berteriak sambil membanting setirnya ke kiri untuk menyenggol motor yang menyerang mereka.

“Aku ingat! Pelurunya hanya sepuluh! Itu berarti ketika pelurunya habis, ia harus mengisi pelurunya atau mengganti pistol yang baru. Saat itulah kita punya kesempatan untuk menjatuhkannya!” teriak Suho antusias.

Pembawa persona Dewi Athena itu kemudian melanjutkan kembali dengan kata-kata yang lebih cepat lagi. “Woohyun, ketika dia mulai menembak, pepet dia ke pembatas jalan. Saat pelurunya habis buat dia menghantam pembatas jalannya. Saat dia lengah, Chorong, ketika dia mulai melambat dan berada dalam jarakmu itulah saatnya kau melumpuhkan dia. Hantam kepalanya ke bagian atas mobil kalau perlu.”

BANG!

Woohyun kini mulai bisa mendengar bunyi retakan yang semakin keras dari arah jendela di sampingnya. Meskipun begitu ia ingat instruksi Suho untuk mempersempit jarak mereka dengan pembatas jalan.

“Tiga… tiga... dua… itu berarti…” di dalam kepalanya, Suho sudah mulai menghitung peluru yang selama ini mengenai mereka.

BANG!

“Woohyun!”

Woohyun menjeblak pintu mobilnya hingga terbuka dengan keras dan menghantam pengejar mereka sampai lelaki itu terbentur ke pembatas jalan. Saat itulah ketika Chorong membuka jendelanya dengan cepat dan meraih pengendara motor misterius yang sudah oleng. Gadis itu meraih leher musuhnya, dan menghantamkan kepalanya ke dinding mobil. Sebelum ia melepaskannya Chorong sudah memelintir leher lelaki malang itu. Ia bersama motornya jatuh dengan mengerikan di tengah jalan, sementara sedan hitam yang mereka kendarai berhasil lepas dan melaju menjauh.

Chorong menghela nafas keras-keras. “Whoa, hampir saja.”

“Olympus kepada Athena. Apa kalian baik-baik saja?” terdengar suara Eunji yang berhasil memecah ketegangan di antara mereka.

Suho mendekat ke arah interkom dengan menyeka peluh yang sempat terbentuk di dahinya. “Ya di sini Athena. Kami berhasil lolos. Tidak ada yang terluka, kecuali kau harus mengabarkan kepada Sunggyu mobil kesayangannya sepertinya butuh perbaikan.”

 

:::

 

“MOBILKUUUUUUU!!” teriakan Sunggyu menggaung di dalam Ruang Oval, ruang utama markas Arcana ketika semua orang berkumpul di ruangan itu.

Semuanya menatap Sunggyu dengan berbagai macam tatapan. Mulai dari Naeun, Suho, dan Eunji yang merasa kasihan dengan koordinator mereka itu, atau Woohyun dan Chorong yang menatapnya dengan pandangan skeptis, sampai Hoya dan Kyungsoo yang tidak tahu harus berekspresi seperti apa.

“Sesungguhnya kau tidak perlu meratapinya sampai seperti itu, Sunggyu oppa.” celetuk Chorong yang sedang duduk di salah satu kursi putar sambil mengelus-elus Jolie, kucing Persia milik Sunggyu, yang mendengkur di pangkuannya.

“Tidak perlu? Tidak perlu??! Ketiga kacanya retak parah dan ada gores-goresan --yang membuat hatiku tersayat-sayat tiap kali aku melihatnya-- di sepanjang sisi pintu sebelah kiri!!” The Magician yang mereka panggil dengan sebutan ‘Kakek Tua’ itu mulai kembali meraung-raung dan bersikap seolah hidupnya akan berakhir sebentar lagi. Hoya dan Eunji saling bertukar pandang, Naeun tersenyum lemah, dan Woohyun-Suho menghela nafas panjang melihat kelakuan Sunggyu.

“Chorong noona benar.” sahut Kyungsoo dari kursi operatornya, “Bukankah itu cuma sedikit pengorbanan, untuk melindungi… Pandora…” ketika ia menyebutkan namanya, Kyungsoo memandang ke arah Naeun dengan satu alisnya terangkat. Baginya juga, ini adalah pertama kali ia melihat sosok Naeun secara langsung. Bahkan efek yang sama pun berlaku untuknya seperti yang dirasakan Chorong, Kyungsoo tidak berkedip selama lebih dari lima detik ketika ia melihat peri berjalan itu masuk ke dalam markas.

Woohyun berdecak cukup keras, “Yah kakek tua, kau seharusnya cukup bersyukur karena tidak merasakan apa yang harus kami hadapi tadi. Sudah untung mobilmu cuma tergores dan retak-retak sedikit.”

“Tapi yang lebih penting lagi, siapa yang sebenarnya menyerang kita tadi…?” sahut Suho dengan tangan terlipat, “Dan tujuannya…? Meskipun aku yakin 90% kalau mereka mengincar Nona Naeun, tapi kalau begitu… siapa yang mengutus mereka?”

Semuanya terdiam hening untuk sejenak. Mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

“Aku rasa Kwangsik sajangnim sudah memperkirakannya, serangan-serangan itu. Terlalu banyak yang mengincar Nona Naeun, aku rasa itu hal yang seharusnya memang bisa kita antisipasi lebih jauh.” kali ini Hoya yang menyumbang suara untuk memecah keheningan.

Di sebelahnya, Eunji menganggukkan kepalanya untuk memberi dukungan. “Benar. Lagipula ini bukan kali pertama Nona Naeun diincar seperti ini.”

Mendengar itu membuat Chorong mengerutkan kedua alisnya, “Bukan pertama kali? Maksudmu--“

Kalimat Chorong terhenti ketika ia mendengar pintu utama terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke arah pintu.

“Oh…?” di sana, di tengah-tengah pintu yang menjadi satu-satunya jalan masuk dan keluar ke markas Arcana, berdiri seorang pemuda yang terlihat antara kebingungan dan kaget ketika melihat pemandangan di depannya, dan jelas mulai takut ketika ia mendapati ada banyak mata yang tertuju kepadanya seorang.

Yang lebih penting lagi, mereka tidak mengenali siapa pemuda itu.

Refleks, Chorong dengan tubuh atletiknya mulai bergerak cepat, menerjang dan melompat hingga menubruk orang asing itu dan mengunci tubuhnya di lantai. Sebuah pisau kecil mengancam leher si pemuda asing, ia berhadapan dengan tatapan garang Chorong yang menusuknya begitu tajam.

“Siapa kau??” teriakan Chorong adalah permulaan dari horror bagi si pemuda itu, terutama ketika ia bisa melihat dari balik tubuh wanita ini sudah ada beberapa laki-laki yang mengarahkan moncong senjata api mereka ke arahnya, tentu saja dengan mata yang sama garangnya dengan wanita yang saat ini menindih tubuhnya.

Ketika ia sama sekali tidak mendapatkan respon apapun, Chorong kembali berteriak dan menempelkan mata pisaunya ke leher orang asing ini. “Bagaimana kau bisa masuk ke sini?? Siapa yang mengirimmu?!”

“A-Aku… tidak bermaksud untuk--” Pemuda itu tidak tahu bagaimana ia harus menjawab, otaknya tidak bisa berpikir dengan jelas, terutama ketika orang-orang ini membuatnya takut setengah mati.

“JAWAB PERTANYAANKU DENGAN JELAS!!”

“A-anu-aku…”

Ketika Chorong sudah mulai ingin membalas berteriak kembali, ia dihentikan oleh sebuah tangan lembut yang menahannya di bahu. “Chorong… biarkan dia berpikir jernih dulu…” suara lembut Suho berhasil menahan Chorong dan membuat gadis itu lebih rileks.

“Woohyun, Hoya, bawa penyusup itu kemari. Suho, lucuti barang bawaan yang sekiranya berbahaya.” suara otoriter Sunggyu menggema di telinga mereka. Mematuhi perintah Sunggyu, Woohyun dan Hoya menyimpan pistol mereka dan mulai menarik tangan penyusup tersebut untuk bangkit. Chorong mau tak mau harus menyingkir, tetapi tak sekalipun pisaunya ia turunkan.

Pemuda itu mulai sedikit berontak dari cengkraman kuat Woohyun dan Hoya yang membawanya ke depan Sunggyu, “Tunggu! Aku tidak bermaksud apa-apa!! Aku bukan penyusup!!”

Eunji, Kyungsoo, dan Naeun yang sejak tadi terpaku mulai berjalan menghampiri mendekat.

Di saat seperti inilah ketika mereka semua menyaksikan sisi serius dari seorang Kim Sunggyu, ia mendekat ke arah pemuda yang berada di cengkraman Woohyun dan Hoya, menguliti pemuda itu dengan tatapannya yang setajam pedang samurai. “Nah, Tuan Penyusup, aku ingin kau menjawab pertanyaanku dengan jujur. Dari mana kau masuk?”

“A-aku masuk melalui lift itu, tapi sungguh aku tidak bermaksud apa-apa!! Aku hanya penasaran dan aku tidak tahu apa-apa tentang apapun!!”

“Tidak mungkin, lift itu sudah diberi kode, dia tidak akan bergerak kecuali ada kartu identitas yang membuatnya aktif.” kali ini Kyungsoo yang terdengar terganggu dan sedikit menaikkan nadanya.

Sunggyu mengalihkan perhatiannya kembali ke arah pemuda asing itu, “Benar. Itu hampir mustahil. Apa kau mencuri kartu identitas salah satu dari kami? Apa kau yakin kau tidak sedang diutus siapa-siapa?”

Karena semakin ketakutan dan terancam, penyusup itu kini semakin meraung “Kartu apa yang kalian bicarakan??? Sungguh aku tidak tahu apa-apa!! Dan aku tidak diutus oleh siapapun!” kali ini ia mulai meronta-ronta lebih keras lagi.

“Oppa, biar kuurus yang ini.” Sebuah tangan menahan Sunggyu lembut, kedua bola mata Sunggyu hanya mengikuti ketika Naeun berjalan melewatinya dan mendekati penyusup yang sudah semakin panik. Suho sudah semakin maju untuk berjaga-jaga apabila posisi Naeun terancam.

Naeun menatap lurus ke arah mata penyusup itu dan otomatis pemuda itupun berhenti berontak ketika ia melihat Naeun. Untuk sesaat ia terpesona dengan kecantikan absolut yang dimiliki oleh Sang Pandora. Naeun mengulurkan tangannya, dan semuanya terdiam untuk menyaksikan pemandangan yang ada di depan mereka. Tangan Naeun menyentuh pipi kanan pemuda asing ini, dan kontak itu membuat matanya kosong untuk beberapa saat.

Chorong yang melihatnya terdiam ngeri, ia tahu apa yang sedang dilakukan oleh Sang Pandora.

Akhirnya tangan Naeun ia turunkan, dan kemudian gadis itu berbalik ke arah Sunggyu dan tersenyum ke arahnya. “Namanya Byun Baekhyun. Tenang saja, ia mengatakan yang sebenarnya. Baekhyun-ssi sama sekali tidak berbahaya.”

Pemuda yang dipanggil Baekhyun itu terbelalak, “B-b-bagaimana kau bisa tahu namaku??”

Sunggyu akhirnya memutuskan bahwa Naeun benar, ia yakin si Baekhyun ini sama sekali tidak memberikan ancaman. Kemudian dia memberikan satu anggukan kepada Woohyun dan Hoya, segera saja kedua agen itu melepas cengkraman erat mereka, meskipun agak sedikit kasar hingga membuat Baekhyun tertatih-tatih berdiri.

“Hyung,” seru Kyungsoo yang maju mendekat ke arah Sunggyu, “tapi aku masih penasaran dengan caranya masuk ke sini. Bagaimana dia bisa membobol kode yang sudah kupasang di lift?”

Sunggyu menyipitkan kedua matanya hingga terlihat segaris, “Hmm benar juga. Katakan nak, bagaimana kau bisa memecahkan kodenya?”

Baekhyun menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, “Aku tidak memecahkan kode apapun…”

“Lalu bagaimana kau bisa menggerakkan liftnya?”

“Oh, itu?” wajah Baekhyun kali ini terlihat lebih cerah dan tidak lagi pucat. “Aku menggunakan ini.” Ia menarik keluar isi sakunya dan di telapak tangannya terdapat beberapa benda seperti obeng kecil, peniti, jepit rambut, pencabut bulu, dan tang kecil. Semuanya yang menyaksikan itu menatapnya dengan tidak percaya, terutama Kyungsoo yang merasa harga dirinya sedikit terhina karena kodenya dikalahkan oleh benda-benda tidak berguna itu.

“Aku tidak tahu tentang kartu dan kode-kode apapun itu yang kalian bicarakan. Aku hanya mengutak-atik mesinnya.”

“Sunggyu… hyung…” bisik Suho dengan mulut yang masih tidak mau menutup dari keterkejutannya.

Sunggyu menggosok-gosok dagunya dengan jari telunjuk dan jempolnya, ia mengangkat kedua alisnya tanda bahwa ia benar-benar kagum dengan kemampuan bocah ini. “Nah Byun Baekhyun-ssi, boleh aku bertanya darimana asalmu dan mengapa kau bisa bermain-main sampai ke gedung Son Enterprise?”

Baekhyun memandangnya dengan polos, “Aku datang dari pinggir kota, dan aku tidak main-main di sini! Aku kerja magang!”

“Magang? Tidak mungkin, kau bahkan terlihat muda daripada aku. Seharusnya kau masih duduk di SMA, sama seperti Kyungsoo.” semprot Chorong yang masih belum melepaskan kecurigaannya.

“Aaaah ya, memang sih, tapi aku loncat kelas sampai dua kali. Sekarang aku sudah semester lima, dan  Son Enterprise menerimaku bekerja magang di departemen Teknologi Riset dan Pengembangannya.”

Woohyun menggaruk-garuk belakang lehernya dengan agak bingung, “Riset dan Pengembangan…? Bukannya itu departemen yang kerjaannya membuat alat-alat dan mesin baru?”

“Tepat sekali!” seru Baekhyun yang terlihat senang, sungguh berbeda dengan beberapa menit lalu ketika ia bertingkah seperti kucing hilang.

Chorong melirik ke arah Sunggyu, dan ia mendapati atasannya itu sedang tersenyum, senyum bulan sabit yang sungguh ia kenali.

“Baehyun-ssi,” kata Sunggyu yang melangkah mendekati Baekhyun perlahan-lahan. Anggota yang lain saling melirik satu sama lain, hafal dengan tabiat ini yang dulu pernah mereka hadapi juga. “Bagaimana kalau kau melupakan magangmu itu dan bergabung dengan organisasi kami? Arcana akan sangat dengan senang hati menyambutmu.”

 

 


(*)note: mobil-mobil di korea mempunyai setir di kiri, jikalau Anda lupa

(**)note: 'olympus' yang dipakai oleh kyungsoo-eunji, diambil dari gunung olympus yang mitosnya merupakan tempat tinggal dewa-dewi mitologi yunani

a/n: I’m sorry that it took so long for me to post this ;_; kegiatan kuliah sedang padet banget dengan tugas-tugas and I got writer’s  block for awhile. jadi saya pikir sebaiknya saya post dulu sebelum ujian akhir semester senin depan (wish me luck for my finals next week, ‘kay? :3) I hope you like it dan semoga tidak membingungkan!

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crepusculum
this story is discontinued until further notice. huge writer's block and because i currently at the point where i hate my own writings very much so.

Comments

You must be logged in to comment
evolvirea #1
Semangat, kak.
KimYuuna
#2
When will this story updated. Update please :(((
DinaKarl #3
Chapter 11: Kak author ceritanya a keren, seru!! Aku tunggu kelanjutan ceritanya ya kak!! Semangat kak author!!
blackday #4
Chapter 11: Thor!! Semangat!! Lanjutin thor!! Saya dengan setia akan menunggu kelanjutan ceritanya!!
evolvirea #5
Chapter 11: And how can i come to this story again... it makes me sad to realize that the last updated is still the same...
purupota #6
Chapter 1: gatau kenapa liat drama theK2 jadi inget fanfic ini
natsuki_aiko #7
authorrr, ayo di lanjutttt. aku bener2 penasaran sm kelanjutannya. di tunggu banget ><. semangat author!!
Leekyugi #8
Bakalan baca untuk ketiga kalinya, yaampuun berapa tahun ya nungguin ini comeback?? Ahhh ini tuh salah satu story keren dan terapih yang gue baca.... Sumpahhh entah kapan comebacknya Tuhaannnnnn!!!!
Alvin_19 #9
Chapter 11: Udah baca ni ff untuk kedua kalinya.. Kpan diupdate nya??? suka bgt ma crita ini... jgn lama" diupdate y... nggak sabar.. jebal authornya.... critanya beda dri yg lain.. dtunggu bgt updatenya...
Difalaa99 #10
Chapter 11: Ide ceritanya ngga mainstream. suka banget sumpah!~~ Kapan dilanjut? Ayo thor semangat!~