{ One Day With A Jolie }

The Merciless Truths

{ Filler Chapter : One Day With A Jolie }

p.s: judul di atas bukan typo

 

 

Jadi, kalian pasti berpikir ulang "Siapa Jolie?"

Oh please, bisa-bisanya kalian melupakan eksistensiku di cerita ini? Halooo, keberadaanku yang mengagumkan?

Meow.

Akan kuberi kalian waktu sebentar untuk mengingat-ingat tentangku selagi aku menghabiskan sepiring susuku. Kuberi tambahan lagi karena aku masih harus membersihkan telapak-telapakku. Meow.

Jilat, jilat, jilat, jilat sampai bersih.

Jadi, sudah ingat? Benar sekali, aku adalah pujaan dari segala yang dipuja di markas ini. Aku sudah tahu itu, tidak perlu memujiku dan bulu-bulu putih lebat sehalus sutera milikku. Pemilikku suka memanggilku dengan nama yang aneh, Little Sunggyu katanya, tapi aku tidak pernah suka nama itu. Seolah-olah aku berwajah mirip dengannya. Aku tidak mau disamakan dengan manusia yang berwajah mirip hamster. Hamster hanya untuk dimakan. Meskipun aku masih lebih suka tikus, hamster terlalu berbulu.

Jadi aku lebih menyenangi panggilan yang diberikan oleh manusia-manusia lain di sini, Jolie.

Jangan salah, aku bukan betina hanya karena namaku Jolie seperti aktris manusia yang berbibir seksi itu. Aku, mungkin adalah kucing jantan tertampan yang bisa kalian temukan di muka bumi ini. Kenapa seekor kucing jantan (dan tampan) bisa tahan hidup di markas bawah tanah, katamu? Aku sudah pernah bilang kan kalau aku memang menakjubkan? Ada pertanyaan lagi?

Tidak? Bagus, karena aku sekarang mulai merasa lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian.

“Oh, Jolie, coba lihat apa yang kau lakukan! Ceceran susu di mana-mana!”

Suara itu membuatku menengadah, dan belum-belum Nona Eunji sudah menggendongku ke dalam pelukannya. Aku sih, senang-senang saja dipeluk, apalagi dipeluk Nona Eunji. Aku lumayan suka dengan Nona Eunji, baunya harum.

“Meow.”

“Aish kucing nakal, lagi-lagi aku harus membersihkannya untukmu.” katanya dengan nada naik turun yang lucu itu. Aku tidak begitu peduli dengan apa yang dikatakannya sih, jadi aku cuma menggeliat di dalam pelukannya.

“Dia melakukannya lagi?” Aku membuka mataku dengan malas dan menemukan si manusia kekar itu menatapku dengan matanya yang tajam. Siapa namanya?

“Howon-ah, bisa bantu aku bersihkan ceceran susunya? Dan tolong kau bawa piringnya ke dapur juga ya.”

Oh iya, Howon. Atau mungkin Hoya? Yang manapun aku tahu nanti aku pasti akan melupakannya lagi. Aku tidak suka manusia kekar itu. Dagingnya terlalu keras, tidak enak digigit. Dan wajahnya jelek. Sepertinya dia juga tidak menyukai diriku, lihat kan sekarang dia menatapku dengan mata tajamnya itu lama sekali. Seolah-olah dia ingin mengirimiku lemparan-lemparan pisau melalui matanya.

Jadi kubalas saja dia dengan “Meooww” yang dalam bahasa kucing berarti ‘Apa kau lihat-lihat?’

“Kenapa harus aku yang melakukannya? Dia yang mengotorinya, bukan aku.” gerutu si Howon ini dengan ekspresi datar. Masih menatapku dan Nona Eunji secara bergantian.

Nona Eunji mengelus kepalaku dengan lembut. Oh ya, rasanya enak sekali. Aku mendengkur di dalam pelukannya sebagai responku. Si manusia kekar itu tambah menatapku dengan lebih tajam lagi.

“Karena kucing tidak bisa mencuci dan membereskan semuanya sendiri, Howon-ah.” Ya itu benar bodoh, aku terlalu tinggi derajatnya untuk melakukan itu.

“Kau tidak mungkin serius. Aku? Mencuci?” Suara berat si raksasa otot itu terdengar tidak percaya.

Nona Eunji memutar badan untuk menghadap ke arahnya, “Apa salahnya dengan mencuci piring sekali-kali?”

“Untuk makhluk itu? Tidak akan  pernah.”

“Grrrr Meoww!” yang dengan senang hati akan kuterjemahkan menjadi ‘Hei hati-hati dengan yang kau sebut makhluk itu!’

“Kau dengar aku, Howon-ah. Cuci. Piringnya.”

Manusia otot itu akhirnya menyerah, menggerutu lebih keras lagi saat memungut piringku dan berjalan gontai ke arah dapur. Pfft. Itu yang kau dapat saat merendahkan keberadaanku.

Nona Eunji kemudian sembari menggendongku sudah melangkahkan kakinya ke arah layar besar yang menampakkan gambar-gambar bergerak. Aku tidak tahu nama benda itu, pokoknya gambar bergerak yang besar, yang ada meja panjang dan layar gambar bergerak yang lebih kecil lagi di bawahnya. Biasanya aku suka mengganggu Nona Eunji yang sedang sibuk mengetik di sana. Tapi rupanya ada manusia lain yang sudah menempati tempat itu lebih dulu darinya.

“Oh kalian sudah sampai duluan di sini? Kyungsoo-ya bagaimana perkembangannya?” seru Nona Eunji.

Kyungsoo?

Aku mendongakkan kepala dan melihat manusia yang disebut Nona Eunji itu sedang berkutat dengan layar gambar bergerak bersama manusia lemah yang baru-baru ini suka main ke sini. Ah, siapa ya nama manusia ini, aku tidak ingat. Yang pasti aku ingat dengan baik wajah dan nama Tuan Kyungsoo. Dia suka memberiku campuran daging ikan. Rasanya lebih enak berkali-kali lipat dibanding makanan kucing instan yang suka diberikan oleh pemilikku.

“Aku rasa jika kau masukkan kode biner yang ini dan kita ubah sedikit kombinasinya, maka kita dapat-- Oh, Eunji noona! Kemarilah, Baekhyun dan aku sedang berusaha menemukan kode yang tepat untuk memprogram penemuannya yang baru.”

Tepat saat Tuan Kyungsoo mengucapkan itu, aku melompat dari pelukan Nona Eeunji dan berlari-lari kecil ke arahnya. Aku mendengkur dan menengadahkan kepalaku ke arah Tuan Kyungsoo yang sedang duduk di kursi putarnya yang biasa.

“Tidak, tidak sekarang, Jolie.” katanya, bahkan Tuan tidak melihat ke arahku saat mengatakannya! Ia terus sibuk berdiskusi dengan Nona Eunji dan manusia tidak dikenal itu yang namanya tadi sepertinya sudah disebutkan tapi belum-belum aku tidak mau mengingatnya.

Seorang kucing bangsawan sepertiku tidak akan menyerah. Jadi aku bangkit dan mengelus-eluskan wajahku dan tubuhku di kakinya. Biasanya ketika aku melakukan ini, Tuan Kyungsoo akan menuju dapur dan membawakanku ikan.

“Jolie, aku sedang sibuk. Tidak ada ikan untukmu.” kata Tuan sekali lagi, dan ia kemudian memalingkan wajahnya untuk berbicara dengan si Baek-lemah-sesuatu itu kembali! Kalian tahu betapa hancur harga diriku saat ini??!

Tapi tidak, aku tidak akan melampiaskan amarahku ke Tuan Kyungsoo, kali ini aku akan memaafkannya untuk saat ini saja. Malahan, aku berbaik hati untuk menggigit sedikit kaki kanan si Baek-lemah-sesuatu biar dia tahu rasa. Ngomong-ngomong, dagingnya terasa terlalu empuk. Lumayan untuk digigit.

“AAARGH!”

“Ada apa? Kenapa?”

“Kucing ini menggigitku?!!”

“Jangan bodoh, Baekhyun, Jolie sudah di sana sedang menjilati tubuhnya sendiri. Tidak mungkin dalam sekejap dia bisa berpindah tempat secepat itu.”

Oh ya. Sebenarnya aku bisa. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang Jolie sepertiku. Jadi ketika aku ditatap dengan tatapan bodoh si Baek-lemah-sesuatu itu dari kejauhan, aku sedang membersihkan diriku dengan kalem dan anggun, berpura-pura seolah bukan aku yang melakukannya. Seandainya aku bisa melakukan hal paling mendekati gerakan yang seperti “cibiran” bagi manusia, maka aku sudah pasti akan melakukannya saat ini juga.

Aku bergerak lagi menjauh dan melangkahkan kaki-kakiku ke arah meja ajaib, meja yang kadang-kadang bisa memunculkan gambar digital canggih itu. Dan rupanya ada jackpot yang telah menungguku di sana.

Aku melihat Nona Chorong.

Nona Chorong adalah manusia favoritku yang paling favorit di muka bumi ini. Lebih dari pemilikku. Terutama karena ia sangat wangi. Bahkan sebenarnya aku masih lebih menyukai Nona Eunji daripada pemilikku, aku juga sangat menyukai Nona Naeun meskipun sekarang ia lebih sering bermain dengan manusia jantan bermuka masam yang suka mengintili Nona Naeun ke mana-mana itu. Intinya, pemilikku sendiri keberadaannya masih di bawah ketiga manusia betina yang telah kusebutkan tadi, mungkin juga masih lebih di bawah peringkat Tuan Kyungsoo.

Anyway, Nona Chorong bagiku sudah seperti bola benang wol, dia membuatku melupakan jati diriku sebagai seekor kucing bangsawan. Jadi begitu aku menangkapnya dalam jarak pandangku, jangan heran kalau aku akan tiba-tiba melompat ke dalam pelukannya. Dan yang lebih menyenangkan lagi, Nona Chorong tidak pernah terkejut setiap kali aku melakukan ini. Ia akan dengan refleks memeluk tubuhku dan mendudukkanku di pangkuannya, bonus dengan beberapa elusan di dagu dan puncak kepalaku tiap kali aku bersamanya, seperti yang ia lakukan sekarang ini.

“Untuk apa semua uang itu? Jangan bilang kamu mau pergi main judi lagi.” kata Nona Chorong kepada sesosok manusia yang duduk di sisi seberang meja. Oh rupanya ada manusia lain di sini. Aku tidak terlalu memperhatikan.

“Ah aku tidak pernah menggunakan kata ‘judi’, Chorong-ah, kedengarannya tidak bagus. Cuma pergi ke casino seperti yang dilakukan kebanyakan orang.” jawab sebuah suara maskulin. Hmm, rasanya aku pernah mendengar suaranya entah di mana? Masa bodo, untuk saat ini aku tidak ingin memikirkan hal lain selain usapan lembut Nona Chorong di puncak kepalaku.

“Dan menukarkan seluruh uangmu di sana untuk beberapa koin casino dan permainan kartu itu kan? Itu sama saja dengan judi, Suho.”

Mendengar nama itu disebut aku otomatis membuka mataku, kini menangkap jelas sesosok manusia yang selama ini duduk di sisi seberang Nona Chorong, dan mendesis ke arah manusia yang sedang menghitung beberapa ikat uang yang ada di depannya.

Suho. Manusia terburuk yang pernah diciptakan oleh Tuhan.

“Oh lihat, dia lagi-lagi mendesis ke arahku.” katanya singkat setelah melirikku sebentar, perhatiannya benar-benar tersita oleh tumpukan uang yang ada di hadapannya. “Aku selalu heran kenapa Jolie tidak pernah lepas darimu Chorong-ah, tapi Ia bisa benar-benar tidak menyukaiku.”

Dan rupanya dia masih tidak punya ide kenapa aku bisa begitu membenci manusia seperti dia.

Eksistensi seorang manusia bernama Suho adalah sebuah mimpi buruk. Aku bahkan sudah dirancang untuk tidak menyukainya semenjak aku masih berada di kandungan indukku. Kenapa katamu? Tentu saja karena aku tidak menyukai wajahnya. Kalau aku pernah bilang bahwa Hoya-Howon itu berwajah jelek, maka manusia ini adalah yang paling buruk rupa di antara rasnya. Menurutku si Suho ini tidak enak untuk dipandang. Terutama karena kalau ia tersenyum, ia akan terlihat seperti manusia dengan mental terbelakang. Beda jauh dengan Nona Chorong dan Nona Eunji, dan juga Nona Naeun yang semuanya aku anggap sebagai mahakarya Sang Pencipta.

Terlebih lagi, aku benci baunya. Si Suho ini berbau sabun. Aku benci sabun. Kucing bangsawan sepertiku tidak ada yang suka sabun.

Dan yang lebih parah dari itu semua dan merupakan alasan terbesarku untuk tidak menyukai si Suho ini adalah: tatapannya. Tatapan yang dimilikinya membuat bulu-buluku terasa gatal. Terlalu dalam dan terlalu membuatku geli. Buruknya lagi si manusia itu diam-diam selalu menatap Nona Chorongku setiap kali Nona tidak menyadarinya. Aku benci itu. Oh dia pikir tak ada yang tahu apa yang dia lakukan, tapi aku tahu. Aku sudah berkali-kali melihatnya. Tetapi tidak bisakah dia mengerti kalau tatapannya sesungguhnya bisa membuatmu gatal-gatal seperti yang terjadi padaku? Aku heran kenapa Nona Chorong tidak merasakan gatal-gatal di seluruh tubuhnya, padahal sudah berkali-kali Nona dihujani tatapan diam-diam si Suho itu.

“Kesenanganmu berjudi itu sudah jadi seperti obsesi bagimu, Suho-ya. Yang aku tahu casino itu sama sekali bukan tempat yang… baik.” sahut Nona Chorong ragu-ragu. Kenapa sih Nona masih mau repot-repot menggerakkan pita suaranya hanya untuk makhluk seperti Suho Si Buruk Rupa ini?

“Aku hanya ke sana untuk bermain kartu, tenang saja, aku tidak melakukan hal apapun selain itu. Kau tahu, poker bisa melatih kemampuan berpikir dan menghafal otakmu.” makhluk itu lagi-lagi mengeluarkan senyum idiotnya ke arah Nona Chorong. “Lagipula ini sama halnya dengan kau yang tidak pernah menahan diri untuk uhh… pergi ke bar itu atau semacamnya.”

“Apa bahayanya? Itu hanya bar yang tersebar di seluruh penjuru kota.”

“Dan memangnya apa bahaya yang bisa diberikan oleh sebuah casino?”

Elusan Nona Chorong di puncak kepalaku berhenti. Aku benci ketika Nona melakukannya.

Dan lebih benci lagi karena makhluk bernama Suho ini yang menyebabkan itu.

Nona Chorong kemudian mencondongkan tubuhnya (dan hampir saja menindih tubuhku kalau aku tidak segera melompat ke atas meja). Mata Nona Chorong kali ini seperti berkilat dengan petir. Aku harus bersyukur bukan aku yang menerimanya. “Tempat itu penuh dengan orang-orang berbahaya. Yang lebih buruk dari itu semua, casino adalah tempat berkumpul bagi orang-orang berbahaya yang kelasnya tidak bisa kita anggap remeh.”

Makhluk Suho itu kemudian mengeluarkan sebuah tawa kecil tertahan, “Aneh. Tidak biasanya kau peduli.”

Dan aku bisa melihat wajah Nona Chorong terhenyak sejenak, sebelum ia menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. “Apa anehnya untuk menjadi normal? Partner biasa melakukan hal itu.”

“Tapi kau adalah Park Chorong. Park. Chorong. Park Chorong biasanya tidak pernah memikirkan hal lain selain menyelesaikan misi, uang, dan… mencium para lelaki di luar sana.” Oh lihat itu, aku sekarang mulai bisa melihat si idiot itu sedang menahan senyumnya yang lagi-lagi juga tampak idiot.

“Oh tutup mulutmu Suho.” sambar Nona Chorong dengan gusar. “Aku benci laki-laki. Dan ya kau tahu benar kenapa aku melakukan itu semua. Semuanya berujung dengan sesuatu yang bernama ‘uang’, oke?”

“Dan juga untuk menghancurkan hati dan kehidupan mereka.” sambung Si Suho, ngomong-ngomong lama kelamaan aku lelah juga harus menyebutkan namanya terus menerus.

“Ya, dan itu juga. Malah sesungguhnya, itu bagian yang paling menyenangkan.”

Si wajah jelek itu kemudian mengangkat bahunya dengan enteng, “Kurasa aku harus bersyukur kau tidak pernah mencium satu pun lelaki di dalam organisasi ini.” Tangannya lalu terulur untuk mengangkat cangkir berisi cairan cokelat yang para manusia itu sebut dengan teh. Oh sial, seharusnya aku tadi punya kesempatan untuk meludahi dulu minumannya sebelum ia sadar.

“Oh. Sebenarnya aku sudah pernah.”

Tidak sampai sedetik hingga si jelek itu tiba-tiba menyemburkan tehnya yang sedang ia minum. Aku mengeong keras begitu airnya mengenai beberapa helai buluku yang indah. Sungguh penghinaan yang paling besar bagi seorang kucing bangsawan sepertiku.

“Tunggu, apa??!”

“Kau dengar aku, sesungguhnya aku sudah pernah men…cium seseorang di dalam organisasi kita.” jawab Nona Chorong setengah terkejut dan setengah ingin mempertahankan ekspresi tenangnya.

“Ap-- Kau apa??!”

“Suho-ya kenapa kau begitu terlihat kaget? Aku kira itu hal yang biasa untukmu?”

“Ya tidak kalau yang pernah kau cium seseorang yang ada di dalam markas ini!”

“Hei! Apa kalian baik-baik saja?? Apa kalian bertengkar?” sementara aku menjilat-jilat buluku untuk membersihkannya dari noda kotor air teh, terdengar seruan Nona Eunji dari kejauhan.

“Tidak apa-apa, Eunji-ya. Kembali saja ke pekerjaanmu.” suara Nona Chorong begitu dibuat-buat terlalu riang hingga aku yang seekor kucing ini ingin mengerutkan wajahku. Detik berikutnya ketika Nona Eunji sudah berbalik dan sibuk dengan Tuan Kyungsoo serta Manusia Lemah Yang Aku Lupa Lagi Namanya itu, Nona Chorong sudah kembali berbisik tajam ke arah Suho. “Dengar, apa masalahmu, Suho? Kenapa sekarang sepertinya kau membesar-besarkan masalah ini?”

“Aku tidak membesar-besarkannya. Aku hanya ingin tahu kenapa partner setimku sendiri tidak pernah menceritakan tentang ‘hubungan rahasia’nya dengan seseorang yang seharusnya aku kenal.” manusia jantan itu membalas dengan bisikan yang sama tajamnya. “Jadi katakan kepadaku sekarang, siapa orangnya?”

“Hubungan rahasia?? Apa kau benar-benar harus melakukan ini??”

“Chorong-ah…”

“Oke! Oke! Orang itu adalah Woohyun, oke??!”

“Apaa??” bisik si wajah jelek dengan nada yang lebih melengking dari biasanya. “…….Oke, itu jawaban yang sesungguhnya paling buruk.” ia pun menarik tubuhnya dan bersandar ke kursi seolah nyawanya telah hilang seperempat.

“Apa maksudmu?”

Si Suho itu menghela nafas dengan berat dan tertahan, ekspresinya hampir sama dengan setiap kali aku akan memuntahkan bulu-buluku dari dalam isi perut, dan lagi sesungguhnya aku tidak ingin menyamakan diriku dengannya. Oh tidak, levelku terlalu tinggi untuknya.

“Yah aku pikir… Seandainya kedua teman terdekatku ternyata… saling… begitu… Mau tidak mau aku harus bilang aku agak terkhianati.”

“Oh Ya Tuhan apakah aku harus bilang sesungguhnya aku tidak mengerti apa yang kau katakan sejak dari tadi? Apa yang kau maksud dengan mengkhianati??”

Suho menegakkan duduknya dan lalu mencondongkan tubuhnya kembali, “Apa yang kau rasakan jika suatu saat aku dan Woohyun memberitahumu bahwa sesungguhnya selama ini kami adalah ‘pasangan’??”

Ekspresi wajah yang ditampilkan oleh Nona Chorong berikutnya, harus kukatakan, sungguh sangat epic. Campuran antara  kebingungan, tidak percaya, dan tidak mengerti sekaligus. “Sejujurnya aku sudah mulai mencurigai hal itu sejak lama.” jawab Nona Chorong masih dengan wajah tidak percaya itu.

“Chorong-ah!!!”

“Apa?? Bukan salahku kalau mau tidak mau aku mencurigai kalian berdua! Well, oke mungkin aku akan sedikit… sedikit sakit hati karena kalian tidak memberitahukannya kepadaku sejak dulu.”

“NAH! Lihat kan?? Sekarang kau mengerti perasaanku!” teriak si jelek tertahan.

“Tapi apa yang terjadi denganku dan Woohyun itu berbeda! Kau ada di sana, Suho-ya!”

Aku berani bertaruh raut muka yang kulihat dari si Suho buruk rupa sekarang ini adalah ekspresi terjeleknya yang pernah aku temukan.

“Ap-- A-- Apa??”

“Kau tidak ingat?? Duh! Waktu kita semua bertemu untuk pertama kalinya??”

Manusia jantan itu terdiam untuk sesaat, lalu wajahnya langsung berubah semerah kepiting rebus. Meskipun aku tidak pernah makan kepiting rebus seumur hidupku menjadi seekor kucing.

“Ah…………. Yang itu?” jawab Si Suho tersebut, jelas terlihat malu.

“Ya! Yang itu!! Aku tidak percaya kau tidak ingat dan justru mengasumsikan hal aneh-aneh tentangku dan si penjahat kelamin itu!” seru Nona Chorong dengan nada meninggi.

“Ya aku tidak bisa bilang itu kenangan yang baik, apalagi untuk Woohyun, terutama karena setelah itu kau uh... merusak…” si manusia jelek mengangkat kedua tangannya dan melakukan gerakan seperti ‘mengutip’ dengan jarinya, “kejantanannya secara denotasi dan konotasi.”

“Hmm sesungguhnya bagian yang ‘merusak’ itu bisa dibilang sebuah kesenangan tersendiri bagiku untuk diingat.”

“Yah, kalau kasusnya begitu sih, aku rasa aku hanya membuang sia-sia rasa iriku.”

“Maaf, apa kau bilang?”

“Tidak apa-apa. Sebaiknya kau selesaikan laporanmu sebelum Sunggyu hyung mengomel-ngomel tanpa henti lagi, Chorong-ah. Atau besok Sabtu malam kau tidak akan punya kesempatan untuk pergi ke bar favoritmu itu, dan terpaksa berlembur di sini.”

Nona Chorong mengeluarkan sebuah umpatan yang cukup keras. “Benar sekali. Kurasa sebaiknya kuselesaikan sekarang.”

Begitu Nona Chorong sudah menghilang di balik pintu yang menuju ruang kantor masing-masing, kini tinggal aku dan si makhluk jelek yang tersisa di meja besar ini. Kami sempat berpandangan, dan aku pun otomatis mendesis kepadanya.

“Jangan bilang suasana hatimu juga sedang tidak baik ya?” ucapnya kepadaku dengan dagu ditopang oleh tangan kanannya.

“Rrrraawwrr” Tidak pernah baik jika melihat wajah idiotmu.

“Aku mengerti. Sepertinya kau juga sempat khawatir kan?” katanya sambil mengangguk-angguk pelan.

Aku menghentikan desisanku. Bukan karena aku setuju dengannya. Tetapi aku lebih terkejut karena manusia level rendah ini ternyata berusaha berbicara denganku, dengan seenaknya mengartikan setiap suara yang kukeluarkan. Salah pula.

“Oh lihat, akhirnya kau berhenti mengirimiku tatapan kucing pembunuh itu. Setiap kali kuceritakan ini kepada Chorong dan Woohyun, tentangmu yang aku pikir kau benar-benar membenciku, mereka mulai berpikir aku gila karena terlalu banyak membaca buku.”

Aku terus diam dan menatapnya dengan pandangan tidak percayaku, tentu saja dengan style seekor kucing.

“Neh, Jolie-ah, aku rasa kita saat ini berada di sisi yang sama bukan? Masih cuma bisa mengawasinya dari kejauhan tanpa ia sadari. Tapi tidak apa-apa. Yang begitu masih lebih baik. Benar kan?”

Ia mengeluarkan jemarinya untuk mengelus kepalaku. Oooooooh tidak tidak. Tidak akan kubiarkan tangan level rendahnya untuk menyentuhku. Jadi kugigit saja jarinya yang paling dekat.

“MEOWW!” atau yang bisa diartikan ‘Hei! Jauhkan organ tubuhmu dariku jauh-jauh, manusia rendahan!’

“Argh!!” teriaknya dengan otomatis menarik telapak tangan yang telah kugigit. Dan mengamati jarinya yang kini berdarah serta wajahku bergantian, “Atau… tidak sama sekali. Yah, mungkin aku bisa menerima jawaban itu.”

Pfft. Bagus. Aku tidak perlu menghabiskan waktuku yang berharga hanya untuk bersama dengan manusia rendahan ini. Jadi aku berdiri dengan keempat kakiku, berbalik sembari mengibaskan ekorku yang panjang dan cukup lebat. Rupanya ekorku tidak sengaja (sungguh sebenarnya sengaja) menampar sedikit wajah manusia jelek itu. Hasilnya: ia mendengus keras dan mengelus-elus tangannya ke wajah. Ups, sepertinya agak sedikit sakit ya.

“Jolie-ah, kalau kau mengubah pikiranmu dan suatu hari mau berbaikan denganku entah alasannya apa. Beritahu aku, oke?” gumamnya cukup keras setelah aku melompat turun dari meja.

Aku cuma mengeluarkan eranganku yang berarti ‘Hanya dalam mimpimu, makhluk level rendah.’ dan melenggang ke arah dapur tanpa mempedulikannya

 Lagipula, seorang kucing bangsawan sepertiku tidak terlalu punya banyak waktu sia-sia untuk dibuang.

 


(A/N): Pertama kali menulis dengan sudut pandang 'orang' pertama di TMT dan saya menggunakan POV.... seekor kucing. Terinspirasi dari 'Buku Harian Alfa'nya Raditya Dika heheh. Oke, basically ini adalah sebuah filler chapter sebelum benar-benar masuk ke 'arc' selanjutnya. Antara penting dan tidak penting tapi cukup penting juga untuk menjelaskan beberapa hal dari perkembangan karakternya. Anyway, i hope you like it. Dan semoga tidak lelah dengan Jolie karena dia yang jelas masih akan muncul di chapter-chapter selanjutnya. Any thought? Comment? Tanggapan yang lumayan review-ish akan sangat membantu :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crepusculum
this story is discontinued until further notice. huge writer's block and because i currently at the point where i hate my own writings very much so.

Comments

You must be logged in to comment
evolvirea #1
Semangat, kak.
KimYuuna
#2
When will this story updated. Update please :(((
DinaKarl #3
Chapter 11: Kak author ceritanya a keren, seru!! Aku tunggu kelanjutan ceritanya ya kak!! Semangat kak author!!
blackday #4
Chapter 11: Thor!! Semangat!! Lanjutin thor!! Saya dengan setia akan menunggu kelanjutan ceritanya!!
evolvirea #5
Chapter 11: And how can i come to this story again... it makes me sad to realize that the last updated is still the same...
purupota #6
Chapter 1: gatau kenapa liat drama theK2 jadi inget fanfic ini
natsuki_aiko #7
authorrr, ayo di lanjutttt. aku bener2 penasaran sm kelanjutannya. di tunggu banget ><. semangat author!!
Leekyugi #8
Bakalan baca untuk ketiga kalinya, yaampuun berapa tahun ya nungguin ini comeback?? Ahhh ini tuh salah satu story keren dan terapih yang gue baca.... Sumpahhh entah kapan comebacknya Tuhaannnnnn!!!!
Alvin_19 #9
Chapter 11: Udah baca ni ff untuk kedua kalinya.. Kpan diupdate nya??? suka bgt ma crita ini... jgn lama" diupdate y... nggak sabar.. jebal authornya.... critanya beda dri yg lain.. dtunggu bgt updatenya...
Difalaa99 #10
Chapter 11: Ide ceritanya ngga mainstream. suka banget sumpah!~~ Kapan dilanjut? Ayo thor semangat!~