II. Underground

The Merciless Truths

II. Underground

"You get a thorn with every rose,

but ai'nt the roses sweet?

 

 

 

Baekhyun mendongakkan kepalanya ke atas sampai ia tidak bisa menengadah lagi, tetapi dengan posisi seperti itu pun ia masih belum bisa melihat puncak gedung dari bawah sini. Baekhyun buru-buru menutup mulutnya yang sejak tadi menganga, ia tidak mau orang-orang menganggapnya aneh dan kampungan hanya karena terkagum-kagum dengan sebuah bangunan megah. Meskipun harus ia akui gedung ini adalah gedung paling mewah, besar, dan spektakuler yang pernah ia lihat secara langsung.

Bocah lelaki itu mengamati plakat besar berwarna emas mengkilap yang terukir di depan gedung dengan mata berbinar-binar. Tidak salah lagi memang ini gedungnya, “Son Enterprise” begitu plakat tersebut tertulis. Baekhyun tersenyum lebar dan memantapkan langkahnya untuk masuk ke dalam, berharap semoga security tidak akan salah mengiranya dengan gelandangan nekat.

 

:::

 

Jika bagian luar gedung sanggup membuat mulutnya menganga, maka bagian dalam gedung Son Enterprise berhasil membuat Baekhyun membelalakkan mata sekaligus dengan mulut yang menolak untuk menutup. Hebat sekali, inilah kekuatan dan kemewahan kapitalis yang sering dibicarakan oleh orang-orang itu. Di mana-mana orang lalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing, ada yang sibuk dengan ponsel mereka dan ada pula yang sedang serius berdiskusi dengan yang lain. Baekhyun merasa seperti anak anjing yang tersesat di antara lautan professional tersebut.

Ia sekali lagi mengecek ke dalam amplop yang terus ia pegang, mengeluarkan sebuah kertas dan mengamati isi kertas itu baik-baik. Menurut yang tertulis di kertas tersebut, ia harus melapor ke bagian HRD untuk mendaftar ulang, dan kebetulan departemen itu ada di lantai 6. Baekhyun mengerutkan dahinya, jika ia harus naik tangga sampai ke lantai 6, habislah dia.

“Maaf Tuan, ada yang bisa saya bantu?” Baekhyun mendongak dari kertasnya dan kini ia berhadapan langsung dengan seorang security berbadan besar. Lutut Baekhyun otomatis langsung terasa lemas. Apakah ia terlihat seperti seorang pengemis dan gelandangan sampai harus ditangani oleh seorang security?

Baekhyun menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya dan tertawa gugup “Aaahahaha begini Tuan, saya harus ke bagian HRD di lantai 6, hanya saja saya tidak tahu bagaimana caranya.”

Pria berbadan kekar itu menaikkan satu alisnya curiga, “Dan kalau saya boleh tahu, kenapa Anda harus ke sana?”

“Aaaah… anu, saya orang yang baru saja diundang untuk magang di sini.” jawab Baekhyun yang berusaha tidak tersedak selama ia berbicara. Ia kemudian menyodorkan amplop dan kertas yang ia pegang, “Lihat kan?”

 Pegawai security itu mengamati surat yang disodorkan kepadanya dan tampak puas setelah yakin dengan keasliannya, setelah itu ia tersenyum dan menunjukkan arah lift untuk naik ke atas. Baekhyun mengucapkan terima kasih berkali-kali sebelum akhirnya berlari-lari kecil ke tempat orang-orang yang sedang berkerumun menunggu lift.

Ternyata menemukan di mana liftnya berada saja tidak cukup, liftnya selalu penuh sesak dan ia tidak tahu kapan gilirannya masuk akan tiba. Baekhyun meniup poninya dengan agak kesal, apa gedung sebesar ini cuma punya lift satu buah??

Dan barulah ia menyadari sesuatu.

Baekhyun melongok ke arah kanan dan kirinya, di antara kerumunan orang-orang ini ia bisa melihat ada satu buah lift yang entah kenapa sepertinya diabaikan oleh pengunjung lain. Ia mengerutkan dahinya, ‘kenapa orang-orang ini begitu pilih-pilih sih, padahal cuma lift’ gerutunya dalam hati. Perlahan-lahan setelah mencoba melawan arus orang-orang yang berusaha masuk ke dalam lift, Baekhyun akhirnya bisa berdiri di depan lift yang terabaikan itu.

Kepalanya dimiringkan ke kiri dengan penuh tanda tanya, ia masih bingung kenapa hanya satu lift ini yang tidak diperdulikan orang-orang, padahal jika dilihat sekilas kondisinya sama saja dengan yang satunya. Baekhyun mengulurkan satu tangannya untuk memencet tombol lift itu, kemudian terlonjak sedikit ketika tiba-tiba pintunya terbuka. Jadi, tanpa menunggu lebih lama lagi ia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Hanya saja kemudian liftnya tidak mau bergerak.

Kalau saja ini bukan tempat di mana ia akan kerja magang, Baekhyun yakin ia akan menendangi dinding lift ini sekuat tenaga yang ia bisa.

Ia keluar dengan gerutuan pelan, mungkin ini sebabnya lift ini tidak dianggap oleh pengunjung lain. Baekhyun baru saja akan meninggalkan tempat itu ketika ia mendengar seseorang berbicara kepadanya, seorang bapak-bapak berumuran setengah baya yang memakai seragam cleaning service. Bapak itu setengah tersenyum pada Baekhyun, “Lift itu sejak dari awal gedung ini berdiri memang tidak pernah benar-benar berfungsi, bagi orang-orang yang tidak tahu.”

“Maksud bapak? Lift itu rusak?” tanya Baekhyun penasaran, kalau benar seperti itu bukankah seharusnya perusahaan super kaya seperti Son Enterprise ini sudah membetulkannya dengan cepat?

Pegawai cleaning service itu mengangkat bahunya dan tersenyum kembali, “Memang dari awal begitu.”

Baekhyun mengerutkan dahinya lagi, ia tidak benar-benar mengerti apa yang dikatakan oleh bapak ini. Karena itu ia memilih mempersilakan dirinya dan ikut mengantri lift satunya yang masih ‘sehat’. Mungkin seharusnya ia datang lebih pagi lagi supaya tidak terhambat halangan seperti ini.

Baekhyun kemudian mendengar suara-suara yang lumayan ribut lewat di belakangnya, ia melirik sebentar ke belakang dan mendapati gerombolan muda-mudi (yah tidak bisa dibilang gerombolan juga mengingat hanya ada dua laki-laki dan satu perempuan) yang sedang berdebat tentang sesuatu. Mereka mulai berjalan menjauh dari tempat Baekhyun berdiri dan justru melangkah ke lift bobrok yang sepi. Baekhyun meringis, berasumsi bahwa mereka juga akan melakukan kesalahan yang sama dengannya, jadi Baekhyun mengalihkan pandangannya kembali ke arah depan. Mungkin nanti ia akan bertemu dengan mereka, menilai dari pakaiannya sih sepertinya mereka semua mahasiswa yang akan magang di sini sama sepertinya. Mungkin juga ia akan mencoba mengobrol dengan mereka tentang lift tipu-tipu itu yang pastinya akan mereka tertawakan bersama.

Ia membenarkan posisi tas ransel yang menggantung di bahu kanannya, memasukkan kertas dan amplop yang ia pegang dan barulah setelah itu Baekhyun menyadari sesuatu. Kepalanya menoleh cepat ke arah terakhir kali ia melihat mereka. Mereka hilang, tidak ada sama sekali sisa-sisa tanda tentang keberadaannya.

“Y-y-yang benar saja, bukannya liftnya tidak bisa bergerak?” gumam Baekhyun pelan dan tertahan, sekaligus terdengar skeptis.

Ia memutar kepalanya ke seluruh ruangan, Baekhyun sama sekali tidak menemukan orang yang ia cari.

Sekelompok anak muda itu hilang entah ke mana.

 

:::

 

“Apa?? Sekarang kalian mau menyalahkan aku juga begitu? Siapa yang suruh menambah kecepatannya sih, kalian juga yang memaksaku.”

“Idiot, bukan berarti kamu bisa seenaknya membawa kita ke neraka bersamamu dan mobil laknatmu itu!”

“Aku merasa ingin muntah…”

“Yah, Suho-ya! Jangan di sini, kita bisa digorok Sunggyu kalau kau muntah sekarang.”

Suho benar-benar merasa mual, memang seharusnya ia tidak meminta Woohyun menyetir dengan kecepatan tinggi, itu adalah suatu kesalahan besar. Ia tahu benar kalau Woohyun adalah seorang jenius yang bisa menyetir dan mengendalikan kendaraan macam apa pun, dia dilatih untuk itu, tapi Suho tidak pernah benar-benar tahu kalau dia dan Chorong akan merasa seperti diblender ketika Woohyun dalam kondisi menyetir ugal-ugalan.

Ia merasa ada perasaan nyaman yang mulai merayapi perutnya ketika ada tangan yang mengelus-elus punggungnya lembut, Suho menoleh dan bertatapan dengan Chorong yang mengerutkan alisnya khawatir.

“Lain kali tolong ingatkan aku tentang betapa idiotnya Nam Woohyun itu, dan jangan biarkan dia menyetir dengan kecepatan tinggi.” gerutu Chorong yang masih berusaha membuat Suho merasa lebih enakan. Suho berusaha meyakinkan Chorong kalau ia benar-benar tidak apa-apa, sementara Woohyun yang berjalan di belakang mereka menggerutu pelan seperti “Lagi-lagi aku yang disalahkan” dan “Bukannya berterima kasih”.

Mereka bertiga sudah sampai di dalam gedung Son Enterprise dan sekarang sudah sangat dekat dengan lift kosong yang akan membawa mereka ke bawah, tempat markas besar Arcana berada. Chorong ingat ketika pertama kali ia dibawa oleh Sunggyu ke sini ia berusaha sangat keras untuk tetap membuat mulutnya tertutup ketika melihat segala kemegahan yang disajikan oleh gedung ini, seolah-olah fakta bahwa markas besar Arcana berada di bawah tanah --tepat di bawah gedung Son Enterprise berdiri-- tidak membuatnya lebih terkejut lagi.

Siapa yang tidak mengenal perusahaan raksasa Son Enterprise dan gedungnya yang menjulang dengan agung di tengah-tengah kota Seoul. Yang orang awam tidak tahu adalah bahwa perusahaan ini mempunyai ‘wajah’ lain di dunia ‘bawah tanah’, sisi lain kota Seoul yang lebih gelap. Orang-orang dunia bawah tanah Seoul seperti para mafia, gangster, dealer narkoba, dan lain-lain lebih mengenal organisasi bayangan yang bekerja untuk mereka. Anjing penjaga dan bayangan hitam dari Son Enterprise sendiri, Arcana.

Arcana dibentuk sebagai organisasi yang memenuhi permintaan klien, Chorong belajar mengenai hal ini tak lama setelah ia masuk. Melindungi, mencari, mengambil, atau melenyapkan ‘barang’ apapun itu yang diminta oleh klien kepada mereka. Dan sebagai agen, Chorong bertugas untuk memastikan permintaan klien terlaksana dengan sempurna. Reputasi mereka hampir tidak pernah cacat dan tidak ada orang yang ‘hidup’ di dunia bawah Seoul yang tidak pernah mendengar nama ‘Arcana’ disebut. Mereka ditakuti untuk sebuah alasan yang jelas, karena mereka berbahaya.

 

:::

 

Setelah mereka semua memasuki lift yang sepi itu, Chorong mengeluarkan sesuatu dari dalam jaketnya, sebuah kartu. Ia menghadapkan sisi depan kartunya ke panel yang berisikan tombol-tombol, hanya saja sebenarnya tombol-tombol itu tidak terlalu berguna selain untuk mengklamufasekan fungsi yang sebenarnya dari lift ini. Sebuah laser merah keluar dari panel tersebut dan melakukan scanning ke kartunya, tidak perlu menunggu waktu lama sampai akhirnya lift ini bergerak ke bawah.

Bagi orang yang tidak memiliki akses, lift ini hanyalah lift rusak yang tidak berguna, menyembunyikan kenyataan bahwa lift ini adalah satu-satunya jalan masuk untuk menuju ke bawah tanah tempat Arcana berada. Chorong memandang kartunya untuk sesaat sebelum ia memasukkan kembali benda itu ke dalam jaket. Sebelum ini, jauh ketika ia pertama kali mengetahui tentang keberadaan Arcana, ia pernah melihat kartu identitas yang disodorkan Sunggyu kepadanya malam itu. Sebuah kartu tarot, jika milik Sunggyu bergambarkan The Magician maka identitas yang diberikan Sunggyu kepadanya adalah kartu tarot bernomor enam, The Lovers.

Ia masih ingat dengan jelas ketika ia diberikan kartu identitasnya untuk pertama kali.

(FLASHBACK)

Chorong mengerutkan dahinya ketika ia melihat kartu yang disodorkan oleh Sunggyu kepadanya. Pria itu lagi-lagi menampakkan mata bulan sabitnya dan tersenyum enteng ke arah Chorong, “Kartumu adalah The Lovers, mulai sekarang kau adalah Aphrodite organisasi ini. Selamat datang di Arcana, Chorong-ah.”

Alisnya yang bertaut tidak pernah lepas, Chorong mendongak menatap Sunggyu yang masih saja tersenyum kepadanya “Kenapa? Kenapa kartu ini? Kenapa harus The Lovers?”

“Kenapa tidak?” Chorong terhenyak sejenak ketika pertanyaannya dibalikkan oleh Sunggyu. Benar, kenapa tidak?

Chorong menggigit bibir bagian bawahnya sejenak, “Kau pernah bilang, kartu identitas adalah kartu yang benar-benar mencerminkan agen yang membawanya? Kau tahu benar aku bukan pemuja masalah percintaan seperti ini, Sunggyu, aku bahkan tidak percaya cinta itu benar-benar ada. Dan kau bahkan memberiku persona ‘Aphrodite’ si dewi cinta?” rentetan protes Chorong justru didengar dengan sangat tenang oleh Sunggyu.

“Setiap kartu identitas memiliki artinya sendiri Chorong-ah.Termasuk persona yang diberikan kepadamu.”

Chorong memandangnya tajam, “Maksudmu?”

“Kartumu, The Lovers, Sang Pecinta, di dalam ilmu tarot menggambarkan tentang pilihan-pilihan yang harus diambil di dalam hidup. Kau tahu kenapa di kartumu bergambar seorang perempuan yang berdiri di antara dua orang pria? Itu adalah Dewi Aphrodite yang dihadapkan pilihan siapa sesungguhnya yang benar-benar merebut hati Dewi Asmara ini.” kali ini deretan gigi putih Sunggyu turut menampakkan diri mereka, entah kenapa Chorong merasa Sunggyu benar-benar menganggap hal ini menarik.

Raut wajah Chorong semakin lama semakin menekuk, “Jika aku jadi dia aku tidak akan memilih dua-duanya. Aku tidak akan mudah percaya kepada salah satu dari mereka, apalagi keduanya.”

Lagi-lagi senyum yang seolah menunjukkan ia tahu semua itu tergambar di wajah Sunggyu, jarinya mengetuk-ngetuk kartu Chorong yang tetap diabaikan oleh gadis itu. “Mungkin kartu ini jugalah yang akan menuntunmu ke orang yang akan membuatmu percaya lagi.”

(END OF FLASHBACK)

Sebelum Chorong sadar, pintu lift telah terbuka dan mengagetkan Chorong dari ulasan memorinya. Di depannya sudah menunggu lorong putih yang tidak berhiaskan apapun, hanya polos putih. Tentu saja terkecuali ada sebuah pintu besar yang terbuat dari baja di ujungnya. Chorong mengambil nafas dalam-dalam, entah kenapa tiba-tiba ingat ia sedang berada jauh di bawah permukaan bumi.

Mereka bertiga keluar dari lift bersamaan, dan Woohyun langsung memimpin di depan sementara Chorong dan Suho hanya mengikutinya di belakang. “Aku penasaran order apa yang akan diberikan oleh Zeus kali ini…” celetuk Chorong yang lebih terdengar seperti gumaman.

Suho menepukkan satu telapak tangan dengan tangan satunya yang mengepal, mendadak mengingatkannya akan sesuatu. “Benar juga, Chorong belum pernah bertemu dengan Zeus secara langsung ya.”

Selama empat tahun ia bekerja untuk Arcana, Chorong memang belum pernah bertemu dengan Zeus sendiri. Ia hanya pernah mendengar suaranya melalui interkom dan beberapa kali melihatnya melalui media lain. Dan itu ia maklumi karena Zeus hampir tidak pernah berada di markas besar di bawah tanah, ia melakukan tugasnya di ‘permukaan’ dan terlalu sibuk untuk sekedar mampir. Apalagi Chorong termasuk orang yang paling baru di organisasi ini, selain dirinya hanya ada satu orang lain yang direkrut oleh Sunggyu dalam waktu empat tahun terakhir. Itu masih tidak ada apa-apanya dibanding Suho yang sudah mengenal Arcana sejak delapan tahun lalu, lebih-lebih Woohyun yang termasuk agen generasi pertama.

“Hmmph, kenapa? Jangan bilang kau grogi?” tanya Woohyun dengan nada mengejek yang paling dibenci oleh Chorong. Woohyun beruntung lorong panjang itu tidak dilengkapi benda apapun yang bisa digunakan Chorong untuk memukul kepalanya.

“Tenang saja, aku tidak akan sekampungan dirimu.” balas gadis itu dengan penuh sarkasme. Tangan Chorong sebenarnya sudah gatal sekali ingin mencekik leher lelaki brengsek itu, tetapi ia masih berpikir Zeus tidak akan suka kalau salah satu agennya datang menemuinya dengan wajah biru-biru karena kehabisan nafas.

Woohyun melirik dari bahunya dengan matanya yang memandang Chorong penuh hina, “Wanita jahanam.”

“Penjahat kelamin.” balas Chorong tidak kalah tajamnya.

“Titisan iblis.”

“Monster feromon.”

“KENAPA KAU SELALU MENGHINAKU DENGAN JULUKAN YANG MENJURUS SIH?” akhirnya Woohyun pun meledak, dan Chorong merasa menang.

“Karena laki-laki memang begitu kan, selalu tidak berdaya di depan hormon mereka. Dan salah satu dari yang terparah adalah kau, Nam Woohyun, budak nafsumu sendiri.”

Di saat seperti ini, Suho hanya menghela nafas dan mulai mengeluarkan alat penyumpal lubang telinga yang selalu ia bawa.

Woohyun jelas tidak terima dibeginikan ketika kaumnya direndahkan seperti itu “Apa salahnya mengagumi ciptaan Tuhan yang bernama wanita sih?! Bersyukurlah karena aku menganggap wanita itu adalah anugerah.”

Chorong memutar kedua bola matanya, “Mulai lagi dengan gombal kotormu. Inilah kenapa aku tidak bisa mempercayai laki-laki. Kalian dan kelemahan terbesar kalian, mulut yang selalu mengeluarkan kebohongan.”

“Lagi-lagi menggeneralisasi, tidak semuanya seperti itu!!” Woohyun mengerutkan wajahnya kesal tiap kali perdebatan ini berlangsung lebih lama.

Kali ini giliran Chorong yang tersenyum mengejek kepadanya, “Memang tidak semuanya. Di dunia ini hanya ada dua laki-laki yang aku percaya.”

Suho dan Woohyun bersamaan menolehkan kepala mereka ke arah Chorong yang melenggang mendahului keduanya, gadis itu sama sekali tidak melirik kembali ke belakang ketika ia mengeluarkan kartunya lagi dan membuka pintu baja yang menghubungkan mereka dengan markas besar Arcana.

“Benarkah?” tanya Woohyun yang tidak pernah mengetahui hal ini, yang ia tahu Chorong memiliki masalah serius dengan kepercayaannya ke orang-orang. Gadis itu terlalu skeptis dan hampir tidak pernah mempercayai siapapun, apalagi laki-laki.

Chorong melirik mereka berdua dari balik bahunya ketika sudah melangkah ke dalam, “Aku percaya Suho akan selalu mengatakan yang sebenarnya kepadaku.” matanya bertumbuk dengan tatapan Suho yang melebar, pria itu jelas-jelas tidak akan menduga suatu saat Chorong akan berkata seperti ini kepadanya. Kemudian kedua bola mata Chorong berpindah ke arah Woohyun, untuk sesaat mereka berdua hanya saling tatap seperti itu.

“Dan yang jelas namamu tidak masuk ke dalam list orang yang aku percayai, Nam Woohyun.” ia menyeringai, jelas sekali tampak puas.

“YAH! APA-APAAN!” tapi Chorong sudah keburu mengabaikannya dan terus berjalan menjauh tanpa memandang ke belakang.

Sementara itu Suho menatap ke depan dengan kosong untuk sesaat, belum benar-benar mencerna apa yang barusan dikatakan oleh gadis berambut merah itu tentangnya “Oh. Woohyun-ah, apa tadi Chorong benar-benar bilang aku masuk ke dalam listnya? Aku tidak sedang dikerjai atau apa kan?” kedua alisnya kini bertaut.

Woohyun melirik temannya dengan pandangan skeptis, “Aish dasar bocah ini.” dan tangannya terulur untuk memukul kepala Suho dengan pelan. “Yah, jangan terlalu senang cuma karena penyihir itu mulai percaya padamu. Hah! Apa-apaan dia, apa salahnya denganku? Memangnya aku kenapa sampai tidak pantas masuk ke dalam listnya, lalu selama ini kita berada di satu tim selama empat tahun itu aku dianggap apa?! Haaaissh dasar wanita iblis itu…”

“Woohyun-ah, kau mulai terdengar seperti orang yang cemburu.”

“YAH! DIAM!”

 

:::

 

Ruangan utama tempat markas besar Arcana berada adalah ruangan besar dengan dinding putih yang tinggi. Jika diamati baik-baik, ruangannya lebih berbentuk oval dibanding persegi. Di satu sisi, ada sebuah layar berukuran raksasa dan meja panjang dengan berbagai macam keyboard dan tombol tempat operator dan teknisi mereka bekerja. Di tengah-tengah ada meja sebesar dua meja bilyard yang disatukan, tetapi meja itu bukan meja biasa melainkan berfungsi untuk memunculkan hologram sekaligus pusat database jika para agen membutuhkan data apapun secara cepat. Chorong ingat pertama kali ia datang ke sini ia hampir saja memecahkan layar meja itu, walaupun ia tidak benar-benar ingin mengingat kejadian itu lagi sekarang.

Tetapi ruangan ini bukanlah satu-satunya ruangan yang bisa mereka gunakan, masih ada ruangan untuk berlatih senjata dan bela diri di sebelah utara (tempat di mana kau akan mudah menemukan Woohyun di sini), atau perpustakaan yang berisi arsip-arsip dan berbagai macam buku di sebelah selatannya (jika ingin mencari Suho pastikan kau mengecek tempat ini lebih dulu), atau lounge yang didesain menyerupai bar tempat para agen bisa bersantai (Chorong memilih ruangan ini sebagai tempat favoritnya).

Ketika ia datang (tanpa repot-repot mau menunggu kedua temannya yang berjalan sangat lambat di belakangnya) Chorong sedikit terheran-heran dengan betapa lengangnya markas besar saat itu. Hampir tidak ada siapa-siapa di dalam ruangan kecuali seekor kucing Persia berwajah jutek yang dipelihara oleh Sunggyu dan ia beri nama Little Sunggyu. Yang lainnya memprotes selera norak yang dimiliki oleh sang ‘Magician’ dan lebih memilih memanggil kucing itu dengan nama Jolie. Chorong sendiri heran kenapa kucing itu betah tinggal di bawah tanah.

Tidak beberapa lama kemudian Suho dan Woohyun menyusul masuk dan langsung bereaksi sama dengan Chorong, “Lho? Ke mana perginya orang-orang?” celetuk Woohyun dari belakang Chorong.

Baru saja dipertanyakan, pintu yang menuju dapur markas pun terbuka dan muncul seorang remaja lelaki dengan segelas kopi panas di tangannya “Oh noona! Kau sudah datang!”

Otomatis wajah Chorong berubah cerah “Ah Kyungsoo-ya~ aku hampir saja berpikir kalau markas kita sedang dalam keadaan darurat karena tidak ada orang, syukurlah kau tidak apa-apa.” gadis itu melompat untuk memeluk Kyungsoo dengan erat, yang membuat isi gelas Kyungsoo sedikit tumpah.

“OH? Penyihir, jangan bilang orang satunya lagi itu bocah ini?! Kyungsoo??” Woohyun mendengus keras-keras supaya Chorong bisa mendengarnya, gadis itu pun melepaskan pelukannya dari Kyungsoo dan melirik Woohyun sinis.

“Kenapa? Kyungsoo anak yang baik dan jelas-jelas dia lebih peka dan lebih memikirkan orang lain, jangan dibandingkan dengan dirimu.” jawabnya tajam, “lagipula Kyungsoo dan aku masuk ke organisasi ini dalam waktu yang hampir bersamaan jadi aku merasa kami senasib dan sepenanggungan. Benar kan, Kyungsoo-ya?”

Tetapi Kyungsoo sudah membiasakan telinganya untuk memfilter pertengkaran Woohyun dan Chorong yang tidak penting sehingga ia sudah mengabaikan mereka berdua sejak tadi. Remaja itu melangkah ke tempat kerjanya yang biasa, meja operator, dan mulai berkutat dengan komputernya sendiri.

“Kyungsoo-ya, apa dari tadi kau cuma sendirian? Mana agen-agen yang lainnya?” Suho menghampiri dongsaengnya itu dengan sikap tenang seperti biasa, ia memperhatikan tangan cekatan Kyungsoo yang seperti menari di atas keyboard. Kyungsoo direkrut oleh Sunggyu kira-kira sekitar 3,5 tahun yang lalu, setengah tahun setelah Chorong bergabung dengan organisasi, jadi Suho tidak terlalu heran ketika Chorong menjadikan bocah ini sebagai ‘dongsaeng’ favorit yang ia perlakukan seperti adik laki-lakinya. Alasan kenapa Kyungsoo direkrut, Suho tidak benar-benar tahu, tapi yang jelas ketika ia pertama kali melihat bakat jenius Kyungsoo yang bisa meretas hampir semua komputer dan software apapun di dunia ini Suho yakin ia tidak perlu menanyakannya lagi. Remaja itu benar-benar menggambarkan persona kartu identitas yang diberikan kepadanya, ‘The Tower’ menara pengawas yang melihat segalanya untuk organisasi ini.

Kyungsoo tetap sibuk dengan layar di depannya ketika ia menjawab “Bekerja, tentu saja. Yang tersisa di sini hanya aku dan--“

“Aigoya, rupanya tiga serangkai kita sudah datang.” logat ini dan nada ini, Suho yakin benar ini hanya dimiliki oleh dia.

Dari arah ruang berlatih muncul seorang lelaki dan seorang perempuan yang berjalan berdampingan. Yang perempuan tersenyum cerah sementara yang lelaki tetap menunjukkan poker facenya dengan tenang. Jung Eunji dan Lee Howon atau Hoya, dua orang teman sejak kecil yang ‘diambil’ oleh Sunggyu dari Busan secara bersamaan. Suho ingat Woohyun pernah bercerita kepadanya kalau Sunggyu pertama kali hanya ingin merekrut Eunji, tetapi Hoya bersikeras untuk ikut dengan gadis itu ke mana pun Eunji pergi sehingga ia memohon kepada Sunggyu supaya ia dibiarkan untuk mendampingi Eunji. Meskipun dengan syarat Hoya juga harus mengikuti beberapa tes yang diberikan oleh Sunggyu. “Sebelumnya, aku tidak pernah melihat tatapan yang begitu gigih seperti yang diberikan oleh Hoya kepadaku. Saat itulah aku tahu aku harus merekrutnya juga. Tidak banyak orang dengan determinasi kuat seperti itu yang bisa kau temukan kapan saja.”  begitu kata Sunggyu kepada Woohyun dan Suho ketika mereka berdua menanyakan alasannya. Dan benar, Lee Howon tumbuh menjadi salah satu agen lapangan paling mematikan yang dimiliki oleh Arcana sampai sekarang, sementara Jung Eunji menjadi operator dan penyampai pesan terbaik yang pernah ada berdampingan dengan Kyungsoo.

Lee Howon dan Jung Eunji, ‘Strength’ dan ‘Temperance’, ‘Heracles’ dan ‘Iris’ yang saling melengkapi satu sama lain. Selama hidupnya Suho tidak pernah melihat ikatan yang terbentuk kuat dan sejelas seperti yang dimiliki oleh kedua orang itu.

“Hmph, coba lihat ini dua tumbuhan benalu yang saling menempel ke satu sama lain, haish kapan sih aku bisa melihat Jung Eunji tanpa Hoya dan Hoya tanpa Jung Eunji? Memangnya kalian tidak bosan apa? Aku saja sudah bosan melihat wajah titisan iblis ini.” cemooh Woohyun yang mendapatkan lirikan tajam dari Chorong. Eunji yang sudah mendekat ke arah mereka juga mengulurkan tangannya untuk menempeleng kepala Woohyun meskipun dengan gaya bercanda.

“Aaaah dasar si brengsek ini, mulutnya tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang menyenangkan apa.” gerutu Eunji dengan setengah tertawa, yah gadis itu memang tidak pernah benar-benar terlihat sedih di manapun dan kapanpun.

Dengan kedua tangan disimpan di saku, Hoya yang berjalan di belakang Eunji mendekati Chorong, Suho, dan Woohyun untuk mengingatkan mereka bertiga “Sunggyu hyung sudah menunggu kalian, Zeus juga ada di sini dan sekarang sedang berbicara dengan Sunggyu hyung di ruangannya. Pergilah dan temui mereka.”

Chorong meneguk ludahnya gugup, “Oh mereka sudah sampai di sini?”

Ia tidak tahu apakah ia sudah siap bertemu dengan Zeus sekarang.

 

:::

 

“Annyeonghaseyo…” mereka bertiga mengucapkannya bersamaan ketika satu persatu memasuki ruang kerja Sunggyu, Chorong memastikan dirinya muncul paling belakang setelah Suho dan Woohyun. Mereka bertiga tidak berhenti membungkukkan badan, terutama Chorong yang tidak sekalipun berani mendongakkan kepalanya dan menatap Zeus yang duduk dengan penuh aura mengintimidasi di kursi lengan yang biasanya ditempati oleh Sunggyu.

“Woohyun, Suho, sudah lama aku tidak bertemu dengan kalian. Aaaah kalian sudah tumbuh jadi laki-laki dewasa sekarang.” Chorong yang sibuk memperhatikan ujung sepatunya bisa mendengar suara Zeus yang berseru di dalam ruangan, kedua temannya itu maju untuk menyambut pelukan yang ditawarkan oleh Zeus sementara Chorong hanya berdiri kaku di dekat pintu.

Woohyun dan Suho yang berada di organisasi ini selama delapan tahun lebih jelas lebih mengenal Zeus daripada dia. Terkadang Chorong iri dengan betapa lancarnya kedua laki-laki itu bercerita tentang Zeus sementara ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan ‘jantung Arcana’ itu, sebelum akhirnya ia punya kesempatan sekarang.

“Ah, inikah Aphrodite kita yang sering kau bicarakan, Sunggyu?” jantung Chorong rasanya ingin melompat ketika ia dipanggil oleh Zeus sendiri, perlahan-lahan akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya untuk bertatapan dengan Zeus.

“Perkenalkan, nama saya Park Chorong… suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Zeus.” ia membungkukkan tubunya sekali lagi dalam-dalam, di dalam dadanya kini jantungnya sedang berpacu semakin cepat.

Sebuah tawa terdengar dari arah Zeus sendiri, “Tolong, jangan panggil aku dengan nama itu di sini, anakku. Tidak ada yang perlu disembunyikan di sini bukan? Aku akan lebih senang kalau kau mau memanggilku dengan namaku yang asli.”

“B-baik, Son Kwangsik sajangnim.” akhirnya nama itu keluar dari lidah Chorong, peraturan organisasi melarangnya menyebut nama asli Zeus ketika mereka berada di luar, prosedur keamanan katanya. Jika saja tercium ada hubungan antara Son Kwangsik dengan Arcana di ‘dunia atas’ maka habislah sudah. Semua orang mengenal Son Kwangsik, tapi tidak semua orang boleh tahu tentang keberadaan Arcana dan identitas lain pria itu sebagai Zeus. Pendiri dan pemegang kepemimpinan tertinggi di Son Enterprise, Son Kwangsik terkenal sebagai pria yang berdedikasi tinggi hingga bisa membawa Son Enterprise melebarkan sayapnya di Korea Selatan bahkan dunia sebagai salah satu kekuatan ekonomi paling berpengaruh. Dan Arcana dibentuk olehnya sebagai pondasi dan pelindung dari Son Enterprise. Jika diibaratkan maka Son Enterprise adalah ‘cahaya’ dan Arcana sebagai ‘bayangan’nya.

Lagi-lagi Son Kwangsik tersenyum kepadanya, sebuah senyuman yang banyak mengingatkannya akan senyuman yang sering diperlihatkan oleh Sunggyu. Sebuah senyuman yang menyiratkan bahwa ia mengetahui semuanya.

“Aku sudah melihat ‘record’mu, Chorong-ssi.” pria itu kemudian membolak-balikkan sebuah folder berisi kertas-kertas laporan yang dimiliki oleh Sunggyu, “Tidak pernah gagal dan selalu menuntaskan pekerjaan secara professional dan tepat waktu. Kau telah memberikan bantuan yang sangat besar kepada Woohyun dan Suho. Oh Sunggyu-ya, bagaimana kau bisa menemukan Chorong-ssi hm?”

Sunggyu yang berdiri di sampingnya pun tersenyum lebar sementara Woohyun yang berdiri di sebelah Chorong bergidik karena teringat kenangan yang tidak terlalu menyenangkan itu. “Oh, dia memang luar biasa kan, Bos? Begitu melihat bakat murninya pun saya tahu saya harus segera merekrutnya.” Sunggyu mengatakannya seolah-olah ia telah melakukan suatu keajaiban yang membuat Chorong semakin menunduk karena malu.

“Tentu saja, Karena itu aku mempercayakan misi ini kepada mereka bertiga.” saat itulah ketika Woohyun, Chorong, dan Suho menegakkan  badan mereka. Jika Son Kwangsik sendiri yang turun tangan untuk memberikannya, berarti misi kali ini terhitung sangat penting atau justru sangat berbahaya dan sangat krusial bagi keberadaan organisasi.

“Aku ingin kalian menjemput Pandora dan memastikannya selamat sampai di gedung ini. Ia akan tiba di Korea tiga hari lagi tepat pada pukul setengah tiga sore. Apa kalian yakin kalian bisa melakukannya?”

‘Pandora’, nama yang hanya Chorong pernah dengar beberapa kali disebut oleh agen lainnya. Dan ada banyak cerita yang masuk ke telinga Chorong tiap kali nama itu disebut. Jika mereka diperintahkan untuk menjemput Pandora, itu berarti…

“Ma-maksud Anda… Nona Naeun akan kembali?”

 

 


p.s: saya emang punya kebiasaan jelek suka bikin cerita yang punya banyak karakter. dan tolong jangan lupakan keberadaan baekhyun secepat itu, hahaha keberadaannya akan lebih memberi warna lagi ke depannya :3 saya harap chapter kali ini cukup menjelaskan apa itu Arcana dan bagaimana proses kerjanya, please contact me kalau masih ada yang kebingungan ;)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crepusculum
this story is discontinued until further notice. huge writer's block and because i currently at the point where i hate my own writings very much so.

Comments

You must be logged in to comment
evolvirea #1
Semangat, kak.
KimYuuna
#2
When will this story updated. Update please :(((
DinaKarl #3
Chapter 11: Kak author ceritanya a keren, seru!! Aku tunggu kelanjutan ceritanya ya kak!! Semangat kak author!!
blackday #4
Chapter 11: Thor!! Semangat!! Lanjutin thor!! Saya dengan setia akan menunggu kelanjutan ceritanya!!
evolvirea #5
Chapter 11: And how can i come to this story again... it makes me sad to realize that the last updated is still the same...
purupota #6
Chapter 1: gatau kenapa liat drama theK2 jadi inget fanfic ini
natsuki_aiko #7
authorrr, ayo di lanjutttt. aku bener2 penasaran sm kelanjutannya. di tunggu banget ><. semangat author!!
Leekyugi #8
Bakalan baca untuk ketiga kalinya, yaampuun berapa tahun ya nungguin ini comeback?? Ahhh ini tuh salah satu story keren dan terapih yang gue baca.... Sumpahhh entah kapan comebacknya Tuhaannnnnn!!!!
Alvin_19 #9
Chapter 11: Udah baca ni ff untuk kedua kalinya.. Kpan diupdate nya??? suka bgt ma crita ini... jgn lama" diupdate y... nggak sabar.. jebal authornya.... critanya beda dri yg lain.. dtunggu bgt updatenya...
Difalaa99 #10
Chapter 11: Ide ceritanya ngga mainstream. suka banget sumpah!~~ Kapan dilanjut? Ayo thor semangat!~