III. Pandora's Box

The Merciless Truths

III. Pandora's Box

"Her worth shines forth the brightest,

who in hope confides"

 

 

 Angin musim gugur yang mulai dingin berhasil membuat Suho memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel sambil bergidik. Meskipun ia tahu suhunya tidak akan naik sampai musim semi berbulan-bulan nanti, Suho tetap duduk di bangku taman sambil memperhatikan sekelilingnya. Ia menyukai musim gugur, ketika semuanya menunjukkan perubahan. Daun-daun hijau akan mulai berwarna kemerahan dan burung-burung bertebangan mencari udara yang lebih hangat. Menurutnya, musim gugur bahkan lebih berwarna jika dibanding musim panas.

Suho menghembuskan nafasnya melalui mulut, hanya untuk melihat gumpalan udara yang terbentuk dari mulutnya. Sekali lagi ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan ia menangkap banyak hal. Seorang pasangan yang sedang bergandengan tangan di dekat danau buatan, pelukis jalanan yang mencoba mencurahkan siluet musim gugur kota Seoul di kanvasnya, dan sekumpulan remaja yang baru pulang sekolah sedang ribut tertawa dan mengobrol. Namun ada satu yang berhasil membuat Suho menumbukkan pandangannya lebih lama.

Raut wajah Suho jatuh ketika ia menangkap seorang ibu yang sedang mengelap wajah anaknya yang kotor bercelemotan saus ddeokbokki.

Ada sesuatu yang mencekiknya dari dalam, dan dadanya semakin terasa ditekan detik demi detik saat matanya tidak mau lepas dari pemandangan itu.

“Suho-ya.” suara itu berhasil melepas Suho dari siksaan singkatnya, lelaki itu menoleh dan bertatapan dengan seorang gadis berambut merah gelap yang sudah sangat ia kenal. Otomatis sebuah lengkungan terbentuk di mulutnya.

“Chorong-ah, sini sini duduk bersamaku.” Suho menggeser badannya sedikit dan menepuk-nepuk tempat di sampingnya untuk menyuruh gadis itu duduk. Chorong hanya menurut dan duduk di samping temannya, gadis itu merasa lebih hangat ketika jarak di antara mereka hampir tidak ada seperti ini, tubuh Suho memancarkan kehangatan tersendiri baginya.

“Apa yang membuatmu gusar sampai seorang Suho sepertimu terlihat muram?” pertanyaan Chorong berhasil membuat Suho terhenyak sedikit. Padahal ia tahu kalau ia telah berusaha menyembunyikannya sebaik mungkin, tetapi mungkin memang hanya Park Chorong (dan mungkin Nam Woohyun) yang bisa melihat sampai ke balik topeng yang selalu ia pasang.

Suho tersenyum pasrah, dan ia menatap Chorong dengan tatapan yang terlihat tumpul, tidak seperti biasanya. “Apa yang kau pikirkan ketika kau melihat ibu dan anaknya di sana?” Suho mengedikkan kepalanya ke arah ibu-ibu tadi dan Chorong dengan mudah langsung berhasil melihat ke mana arah yang dimaksud Suho

Chorong menyipitkan matanya sebentar, “Anak yang merepotkan. Dan ibu yang terlihat kelelahan.”

Suho mengeluarkan tawa pelan begitu mendengar jawaban Chorong, “Begitu? Bagiku, ada satu kehangatan yang memancar dari mereka. Dan itu hanya bisa kita rasakan di sini.” lelaki itu menepuk-nepuk bagian kiri dadanya dan Chorong langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Suho. Hati.

“Jadi kau berusaha mengimplikasikan kalau aku wanita yang tidak punya hati?” Chorong menyodokkan sikutnya ke rusuk Suho yang mengernyit kesakitan sambil tertawa. Setelah itu, mereka berdua hanya duduk diam untuk sesaat.

“…Chorong-ah, ketika aku melihat mereka… entah kenapa rasanya aku iri.” ketika Suho mengatakannya dengan suara pelan, Chorong hanya terdiam dan menatap ke depan dengan kaku. Gadis itu terpaku dan tidak bergerak, menunggu Suho untuk melanjutkan kata-katanya lagi.

“Bukankah ini lucu,” Suho mendengus dan tertawa sinis, “bagaimana takdir seseorang bisa berbeda-beda. Kenapa nasib seseorang tidak pernah sama.”

Meskipun ia tidak berniat untuk menolehkan kepalanya dan menatap temannya itu, Chorong mengernyitkan wajahnya. Ia baru tersadar betapa ia tidak mengenal Suho. Chorong tidak tahu apa yang sebenarnya benar-benar dipikirkan oleh pria itu. Ia bahkan tidak tahu tentang masa lalunya, meskipun memang ada peraturan tidak tertulis bahwa kehidupan pribadi tiap agen tetaplah menjadi rahasia milik masing-masing individu.

Chorong menghembuskan nafasnya pelan dan kemudian mendongak ke langit “Beda denganmu, aku sama sekali tidak iri dengan mereka.” Suho menoleh ke sampingnya meskipun gadis itu tetap menolak untuk bertatapan, “Meskipun kuakui aku pernah berpikiran seperti itu… dulu sekali, sebelum aku bertemu kalian.” kali ini giliran Chorong yang tersenyum sedih ke arah langit.

“Suho-ya, yang lebih membingungkanku itu bukan nasib tiap manusia, tapi manusia itu sendiri.”

Suho tetap diam mendengarkan tanpa melepaskan pandangannya dari Chorong ketika gadis itu terus bercerita “Aku… ingin tahu kenapa pikiran dan perasaan manusia bisa berbeda. Padahal kalau tidak ada perbedaan, bukannya semuanya akan menjadi mudah?” kemudian ia tertawa tertahan untuk sejenak, “Padahal kalau kita semua berpikiran sama, tidak ada yang akan tersakiti. Tidak akan ada yang harus hidup sepertiku, tidak akan ada yang harus hidup seperti kita.”

Ketika Chorong menoleh dan beradu pandang dengannya, Suho bisa melihat mata gadis itu lebih berpendar dari biasanya. “Benar kan?” tanya Chorong sambil tersenyum lemah sebelum akhirnya berdiri dan meregangkan badannya “Ah, tapi hidup akan jadi lebih membosankan sih kalau seperti itu.” serunya dengan nada yang terdengar lebih riang. Suho sempat dibingungkan dengan perubahan mood yang tiba-tiba ini.

“Yah Suho-ya, ayo cepat berangkat dan jangan malas-malasan di sini, masih ada banyak data-data yang harus kupelajari. Dan aku tidak mau sampai si penjahat kelamin itu ngomel-ngomel hanya karena kita terlambat sedikit, ayo!” Suho hanya tertawa ketika tangannya ditarik oleh Chorong hingga Ia harus berdiri.

Ia berpikir, mungkin ada alasannya kenapa ia dipilihkan jalan hidup yang seperti ini. Mungkin karena di hidup yang seperti ini, ia memang ditakdirkan bertemu dengan orang-orang hebat. Mungkin justru karena di hidup yang seperti ini, ada orang-orang yang bisa mengajarkannya apa arti hidup itu sendiri.

Jadi Suho akan menjalaninya dulu untuk saat ini.

 

:::

 

Baru 30 menit Chorong berada di dalam markas besar, tetapi Kyungsoo dan Eunji sudah memberinya data-data yang tidak terkira banyaknya. Sementara Woohyun dan Suho sudah menghilang di balik ruang latihan dengan alasan mereka sudah tidak perlu mempelajari data-datanya, meninggalkan Chorong yang sendiri bersama Eunji di ruang utama. Chorong berusaha berkonsentrasi penuh memperhatikan satu halaman profil yang menampakkan wajah ‘Pandora’ beserta data pribadinya.

Son Naeun. Putri bungsu Son Kwangsik yang merajai dunia atas bersama Son Enterprise sekaligus mengawasi dunia bawah dengan mendirikan Arcana. Chorong mencermati setiap informasi yang diberikan kepadanya, latar belakang adalah hal dasar yang paling penting. Apalagi Chorong sama sekali tidak pernah bertemu dengan putri bungsu dari Son Kwangsik tersebut. Berbeda dengan kedua kakak gadis itu, Son Dambi dan Son Dongwoon yang Chorong kenal dengan baik, Chorong sama sekali tidak pernah bertemu dengan Sang Pandora sejak gadis itu pindah ke Jepang sejak sekitar 4,5 tahun yang lalu. Itu berarti ia dipindahkan sebelum Chorong bahkan mengetahui tentang keberadaan Arcana sendiri. Meskipun ia mengakui dirinya banyak mendengar cerita tentang Son Naeun dari agen yang lain.

Gadis itu memiliki banyak nama, ‘Sang Pembaca’, ‘Sang Pelihat’, ‘Malaikat Takdir’, dan nama-nama lain yang Chorong pikir hanya ada di dalam buku. Tetapi orang-orang yang berhubungan dengan Arcana memanggil gadis itu dengan satu nama, ‘Pandora’. Chorong pikir, nama itu memberikan kesan yang indah sekaligus magis.

“Eunji-ya…” seru Chorong yang berhasil membuat Eunji memutar kursi operatornya, gadis itu mengalihkan perhatiannya dari layar sekaligus menghentikan aktifitas mengunyah jjajjangmyun spesial buatan Kyungsoo hanya untuk mendengarkan Chorong.

“Apa?” tanyanya dengan mulut penuh jjajjangmyun, jauh dari kata anggun.

Menjadi satu-satunya (atau dua-duanya) wanita yang ada di organisasi ini membuat Chorong dan Eunji merasa saling terikat satu sama lain, terutama Chorong yang setengah mati mempunyai tendensi pesimis tingkat akut terhadap laki-laki. Maka dari itu kepada Eunjilah Chorong merasa bebas bertanya dan bercerita apapun.

“Apa kau pernah bertemu dengannya?” tanya Chorong yang masih menekan-nekan layar touchscreen meja hologram yang kini memuat data-data dari Son Naeun.

Eunji berusaha menelan jjajjangmyun yang masih tersisa di mulutnya sebelum ia menjawab, “Maksudmu Pandora? Nona Naeun?” ketika Chorong hanya diam dan tidak mau melepas pandangannya dari layar, Eunji langsung mengerti apa yang dimaksud. “Tentu saja pernah, tapi tidak lama. Nona Naeun dipindahkan ke Jepang hanya setengah tahun setelah aku diterima di sini.”

“Kau mengenalnya?” Kali ini kepala Chorong menoleh dengan antusias ke arah Eunji, “Seperti apa orangnya? Aku ingin tahu kenapa dia begitu….. spesial.” kata terakhir diucapkan Chorong dengan penuh kehati-hatian.

Eunji tertawa sebentar menampakkan mata bulan sabitnya, kemudian gadis itu terdiam sejenak setelah tawanya reda. “Ketika aku pertama kali berada di sini… aku langsung tahu kalau Nona Naeun adalah kesayangan semua orang. Aku bahkan rasanya belum pernah bertemu orang dengan penampilan serupawan itu. Kau tahu, Howon dan aku bahkan tidak bisa melepaskan pandangan kami selama lebih dari lima detik ketika kami melihatnya pertama kali. Aku rasa dia memiliki bakat alami untuk membuat orang ingin menyukai dan melindunginya.Aku, Howon, Woohyun, Suho, dan bahkan Sunggyu oppa yang seperti itu pun semuanya seperti merasa ada sesuatu yang mengikat kami dengan Nona Naeun.” ada jeda yang membengkak ketika Eunji hanya diam dan menatap kosong ke arah mangkuk jjajjangmyunnya sebelum gadis itu melanjutkan, “…tapi bukan hanya itu, ada satu hal yang membuatnya benar-benar spesial.”

Chorong mengerutkan dahinya, “Apa itu?”

Gadis Busan itu menoleh ke arah Chorong dan mengangkat jarinya membentuk angka tiga, “Kau tahu kan kalau Direktur Son Kwangsik memiliki tiga anak? Putrinya yang pertama, Son Dambi. Yang kedua ada Son Dongwoon. Dan yang terakhir adalah Nona Naeun sendiri. Tiga-tiganya masing-masing memiliki persona ‘The Moon’, ‘The Sun’, dan ‘The Star’ secara berurutan. ‘Artemis’, ‘Apollo’, dan yang terakhir adalah ‘Pandora’.” Chorong hanya mengangguk-angguk ketika Eunji menjelaskan itu semua, sampai di sini ia sudah mengetahuinya melalui profil yang ia baca. Bagaimanapun keluarga inti Son tetaplah terhitung sebagai orang-orang yang memiliki akses tanpa batas dengan Arcana.

“Tapi ‘Pandora’ memiliki sesuatu yang spesial. Dia memiliki bakat, bakat yang hanya ada sedikit dan bahkan mungkin satu-satunya di dunia ini. Dan bakat ini dinilai sangat berharga bagi beberapa orang.” Chorong mengangkat kedua alisnya ketika mendengar ini, perlahan-lahan ia mulai merasa mendekati jawaban kenapa Son Naeun dianggap begitu penting.

Eunji menghela nafasnya sejenak, “Nona Naeun, Pandora, bisa ‘melihat’ banyak hal. Orang-orang awam memanggil orang-orang sepertinya sebagai orang ‘indigo’.”

“Maksudmu dia bisa melihat makhluk halus?”

“Bukan. Bukan yang seperti itu.” Eunji memutar kedua bola matanya secara refleks. “Nona Naeun lebih dari itu. Ia bisa mendapat penglihatan beberapa waktu ke depan. Yah, intinya, dia bisa melihat masa depan.”

Dan yang itu, Chorong tidak pernah menduganya. Jadi ia hanya menatap Eunji dengan pandangan kaku untuk beberapa lama dan tidak dapat memberikan respon yang pantas sama sekali. Setengah isi kepala Chorong menolak mengakui bahwa ada hal-hal yang seperti itu yang benar-benar ada di dunia ini, dan bukannya hanya ada di buku atau film.

“Oh dan bukan hanya itu, ia bisa membaca masa lalumu hanya dengan menyentuhmu, bahkan hanya dengan tidak sengaja bersentuhan.”

Kali ini giliran tangan Chorong yang mulai gemetar tanpa bisa gadis itu sadari. “M-membaca masa lalu itu berarti…”

Eunji menatapnya dengan tatapan lurus, “Itulah kenapa ia begitu penting bagi organisasi ini. Ia mengetahui semuanya. Baik yang pernah ada di masa lalu maupun yang akan terjadi. Kau bisa bayangkan betapa ia begitu diinginkan oleh orang-orang dunia bawah yang ingin memanfaatkan kemampuannya untuk hal lain. Memprediksi apapun adalah hal yang mudah, membuka rahasia setiap orang yang ada di dunia ini pun bukan masalah. Bisa dibilang, Nona Naeun adalah senjata yang berbahaya jika berada di tangan yang salah.”

“…Dan itu sebabnya ia dipanggil dengan sebutan Pandora. ‘Pandora’,  adalah gadis dalam mitologi Yunani yang membuka kotak terlarang dan melepaskan segala kejahatan dan keburukan ke bumi. Hmph, sepertinya memang Sunggyu oppa tidak sepenuhnya salah tentang apa yang ia katakan soal persona yang mewakili pemegangnya.”

 Ia berhenti sejenak untuk mengamati Chorong yang benar-benar terlihat kaku, dan ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menghela nafas kembali “Chorong-ah, kau, kita, tidak bisa menyembunyikan apa-apa dari Nona Naeun. Tidak ada yang bisa.”

Oh Chorong tahu benar itu segera setelah Eunji memberitahunya tentang ‘bakat’ yang dimiliki Sang Pandora. Ia tahu, dan ia jelas tahu bahwa ia merasakan ada perasaan takut yang mulai merayapi hatinya sekarang.

 

:::

 

‘Wooshh’ ‘Wooshh’ suara angin yang terbelah terdengar jelas di telinga Suho tiap kali ia berhasil menghindari serangan Woohyun yang begitu cepat, beruntunglah ia mempunyai refleks yang terlatih hingga sampai sekarang ia masih belum babak belur dihajar oleh Woohyun. Itu, dan karena Suho memang pandai dalam menebak serangan.

Semuanya terlihat jelas di mata Suho, ke mana pukulan-pukulan berikutnya akan dilayangkan dan ke mana Woohyun akan melangkah, otaknya mencerna dengan cepat dan itu memberikannya selangkah lebih maju dibandingkan Woohyun yang punya kebiasaan jelek menyerang secara brutal.

“Yah Suho-ya! Jangan cuma menghindar! Lawan aku balik!” teriak Woohyun di antara upper hand yang diberikannya kepada Suho. Suho yang menunduk dan berhasil mengelak cuma meringis kepada temannya dan mundur sebentar sambil melompat-lompat kecil memasang kuda-kuda.

“Kalau itu yang kau mau, ayo sini maju” tantang Suho dengan nada setengah sombong dan ayunan tangannya yang seolah menyuruh Woohyun untuk tidak menahan diri sama sekali.

Melihat itu Woohyun pun menyeringai puas, “Yang begini yang baru seru.” tanpa basa-basi pria itu pun maju untuk memberi Suho serangan pertamanya.

Namun di dalam sepersekian detik itu otak Suho sudah mulai mengkalkulasikan serangan-serangan apa yang berikutnya akan keluar.

‘Pertama pukulan langsung di wajah, saat itu menghindarlah ke kiri lalu berikan serangan silang tepat ke rahangnya, maka secara otomatis dia akan secara refleks mengelak dengan menarik mundur punggungnya. Saat itu berikan tendangan penuh ke perutnya.’

Dan detik-detik berikutnya hampir semua terjadi seperti apa yang telah diperkirakan oleh Suho. Woohyun memberikannya pukulan langsung ke wajah yang dengan gesit bisa Suho hindari, saat itulah ketika Suho melangkah ke kiri dan memberikan pukulan tepat ke rahang Woohyun. Seperti yang telah diduga olehnya, tentu saja Woohyun bisa menghindar, dan menurut strateginya setelah ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan tendangan penuh ke perut.

Tetapi tetap saja faktor x berbicara lain.

Meskipun Suho bisa membaca segala serangan Woohyun, tetapi pria itu tetap lebih cepat dan lebih gesit dibandingkan Suho. Dan pengalaman yang jauh lebih banyak di lapangan membuat Woohyun lebih cepat beradaptasi dengan segala tipe pertarungan. Jadi ketika Woohyun justru menahan tendangan Suho dengan kedua tangannya, Woohyun sudah berhasil mencengkeram targetnya yang baru. Detik berikutnya ia berhasil melumpuhkan Suho dengan membanting lelaki itu ke bawah.

Skor bertambah untuk kemenangan Woohyun.

“HAHA! Aku menang lagi!” teriak Woohyun dengan kedua tangan dikepal ke atas. Tetapi segera setelah ia meneriakkannya, Woohyun pun tidak bisa menahan diri untuk merebahkan tubuhnya yang sudah kelelahan ke lantai ring bersebelahan dengan Suho. Kedua teman itu sedang berusaha mengatur nafas mereka yang memburu setelah waktu latihan yang mereka habiskan bersama, tentu saja dengan bau keringat yang menguar di mana-mana meskipun mereka berdua tidak terlalu memikirkan hal itu.

“Woohyun-ah… kau benar-benar…  monster…” celetuk Suho di tengah nafasnya yang masih berantakan, meskipun kelelahan tetapi tak pernah sekalipun senyumnya luntur.

Woohyun pun menyodok Suho yang berbaring di sebelahnya dengan sikut, “Hoi bocah… kau juga… ternyata kemajuanmu sudah sepesat ini… Aku bahkan baru bisa menyentuhmu sekali.”

“Tapi aku masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Ares Sang Dewa Perang kan? Hhhahahaha”

Alis kanan Woohyun berkedut mendengarnya, ia pun memukul Suho dengan gaya setengah bercanda. “Yah jangan panggil aku dengan nama itu, aku geli mendengarnya tahu. Sudah kubilang kan ide Sunggyu menamai kita dengan nama-nama samaran itu norak.”

“Oh? Padahal aku pikir namamu sudah keren.” kemudian kali ini giliran Suho yang mengerutkan kedua alisnya, “Jika dibandingkan dengan personaku. Punyamu jauh lebih keren.”

“Kenapa?”

“Masa kau lupa kalau dia memberiku persona seorang Dewi? DEWI! Hah! Apa dia pikir aku seorang transgender??”

Dan Woohyun pun meledak dalam tawa, “Hahahahahahaha! Yah! Setidaknya ‘Athena’ nama yang terdengar canggih dan… intelek. Dan lagipula itu cocok dengan sifatmu.”

Dengan tetap berbaring di lantai menatap langit-langit ruang latihan, Suho menyilangkan kedua tangannya di dada “Benar juga. Lagipula tidak buruk-buruk amat. Oh, dan apakah kau tahu kalau Athena dan Ares itu bersaudara?”

“Benarkah?”

“Yep. Dan disebutkan bahwa ‘Athena sang Dewi Kebijakan menyeimbangi keagresifan Ares dengan kekuatan logis dan diplomasi’ bukankah itu terdengar keren? Aku keren kan?”

“Dasar si brengsek ini.” dengan setengah tertawa Woohyun menangkupkan telapak tangannya ke wajah Suho dan mulai mengacak-acaknya, yang tentu saja diiringi dengan teriakan protes Suho.

Kim Joonmyun dan Nam Woohyun. The Justice dan The Chariot yang memiliki persahabatan yang tidak bisa dijelaskan dengan singkat. Delapan tahun lalu ketika mereka bertemu, masing-masing merasa akhirnya mereka menemukan orang yang dapat mengerti diri mereka. Suho menganggap Woohyun sebagai saudaranya sendiri dan begitu pula sebaliknya. Jika dipasangkan, maka mereka akan saling menutupi kekurangan yang lain dengan kelebihan masing-masing. Sunggyu tahu benar akan hal ini dan tidak sekalipun ia memisahkan keduanya ke dalam misi yang berbeda. Dan ketika Chorong masuk ke kehidupan mereka, gadis itu adalah penyempurna dan penambal segala yang kurang yang ada di dalam tim. Sekaligus memberi warna tersendiri terhadap hidup Suho dan Woohyun.

“NAM WOOHYUN DAN KIM SUHO!!!” ketika mendengar lengkingan teriakan Chorong dari ambang pintu kedua lelaki itu segera menghentikan candaan mereka dan buru-buru duduk tegap di tempat masing-masing. “YAH KALIAN TIDAK MEMBERITAHUKU SAMA SEKALI TENTANG DETAIL KEMAMPUAN KHUSUS PANDORA DAN AKU HARUS MENGETAHUINYA DARI EUNJI DAN-- Oh, ohok-- bau apa ini??” Chorong buru-buru menjepit hidungnya dengan kedua jari.

Woohyun dan Suho saling berpandangan satu sama lain sebelum mengangkat bahu mereka enteng, “Keringat?”

Chorong mengernyitkan wajahnya jijik “Yuck menjijikkan. DAN CEPAT JELASKAN KEPADAKU KENAPA KALIAN TIDAK MEMBERIKU DETAIL SEPENTING ITU??”

Suho menoleh ke arah Woohyun dan Chorong bergantian, “Aku kira Woohyun yang akan bercerita kepadamu?” jawabnya polos dengan menunjuk ke arah Woohyun.

Mendengar ada bahaya yang mengancam, Woohyun otomatis menempeleng kepala Suho “Yah bodoh apa yang kau katakan?! Bukannya itu tugasmu??”

Detik berikutnya Woohyun dan Suho bisa mendengar gemeretak gigi yang berasal dari arah Chorong. Dan kini mereka bisa melihat dari belakang gadis itu seolah ada aura gelap yang mulai menelan ruangan ini pelan-pelan. Park Chorong yang mengamuk sama sekali bukan pertanda baik bagi keduanya.

“Kalian berdua… benar-benar minta dibantai…”

Hari berikutnya ketika Kyungsoo menanyakan kepada Woohyun dan Suho kenapa pipi mereka terlihat memerah dan bengkak, mereka berdua hanya menjawab dengan wajah memelas “Ada monster yang lepas, Kyungsoo-ya. Jadi sebaiknya kau mulai berhati-hati.”

 

:::

 

“Selamat datang kembali di Korea Selatan.” Petugas imigrasi itu menutup dan menyerahkan kembali pasya kepadanya. Ia pun tersenyum kepada petugas sebelum melenggang menjauh, sekali lagi ia mengecek jam tangannya. Di sana tertulis pukul 3.14 sore, seharusnya orang yang menjemputnya sudah datang. Ia terus melangkah menuju terminal kedatangan yang sudah semakin terlihat, ia jelas sudah tidak sabar menghirup udara segar negara asalnya yang tidak pernah ia injak selama bertahun-tahun.

Tetapi belum juga sampai ke pintu kedatangan, langkahnya terhenti ketika tiba-tiba ada seorang wanita berpakaian pramugari menghalangi jalannya. Pramugari tersebut tersenyum manis kepadanya dan mendekatkan jarak mereka berdua. Secara insting, ia pun memundurkan tubuhnya dan menatap curiga ke arah pramugari tersebut. Namun kecurigaannya hilang seketika saat ia mendengar kata-kata yang keluar dari mulut si pramugari kemudian.

“Pandora? Saya ditugaskan untuk menjemput Anda.”

 


p.s.: in my delusional world, woomyun is even more real than woogyu. haha jk. I just cant hold myself loving the woohyun-suho bromance otl, eventhough it’s not real. agak susah juga nulis boys’ friendship, soalnya saya harus selalu mengingatkan diri kalo mereka bukan cewek ._. chapter kali ini progressnya memang lambat *sighs* and naeun will show up in the next chapter! C:

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
crepusculum
this story is discontinued until further notice. huge writer's block and because i currently at the point where i hate my own writings very much so.

Comments

You must be logged in to comment
evolvirea #1
Semangat, kak.
KimYuuna
#2
When will this story updated. Update please :(((
DinaKarl #3
Chapter 11: Kak author ceritanya a keren, seru!! Aku tunggu kelanjutan ceritanya ya kak!! Semangat kak author!!
blackday #4
Chapter 11: Thor!! Semangat!! Lanjutin thor!! Saya dengan setia akan menunggu kelanjutan ceritanya!!
evolvirea #5
Chapter 11: And how can i come to this story again... it makes me sad to realize that the last updated is still the same...
purupota #6
Chapter 1: gatau kenapa liat drama theK2 jadi inget fanfic ini
natsuki_aiko #7
authorrr, ayo di lanjutttt. aku bener2 penasaran sm kelanjutannya. di tunggu banget ><. semangat author!!
Leekyugi #8
Bakalan baca untuk ketiga kalinya, yaampuun berapa tahun ya nungguin ini comeback?? Ahhh ini tuh salah satu story keren dan terapih yang gue baca.... Sumpahhh entah kapan comebacknya Tuhaannnnnn!!!!
Alvin_19 #9
Chapter 11: Udah baca ni ff untuk kedua kalinya.. Kpan diupdate nya??? suka bgt ma crita ini... jgn lama" diupdate y... nggak sabar.. jebal authornya.... critanya beda dri yg lain.. dtunggu bgt updatenya...
Difalaa99 #10
Chapter 11: Ide ceritanya ngga mainstream. suka banget sumpah!~~ Kapan dilanjut? Ayo thor semangat!~