Hello, Cupid!

Hello, Cupid!

 

“Kyaaaa!!!!”Jin Young berteriak histeris saat melihat Gongchan tidur dikamarnya. “Apa yang kau lakukan disini?!” tanya Jin Young panik sampai dia jatuh dari kasurnya sendiri. Sesekali dia menampar wajahnya, mencubit tangannya. Ini pasti mimpi. Ini pasti mimpi.

“Aku kan sudah bilang akan mengantarkanmu pada jodohmu?! Kau benar-benar tidak mau bertemu dengan jodohmu?! “ tanya Gongchan yang entah sejak kapan sudah duduk di samping Jin Young.

Jin Young sekali lagi menatap pria itu. Gongchan. Mr. Cupid. Apa semua itu benar-benar ada?

“kalau kau tidak mau bertemu dengan jodohmu, aku akan lekas menguhubungi Baro agar mengantarkanmu ke akhirat, pilih yang mana?!” tanya Gongchan memberikan pilihan.

“Kau ingin aku mati?!” tanya Jin Young kesal.

“Aku hanya memberikan pilihan.”

“pilihan?” tanya Jin Young heran.

“benar. Cinta bisa membuatmu ingin hidup selamanya. Tapi, cinta juga bisa membuatmu mati selamanya. Araso?” kata Gongchan sok bijak. Jin Young mengangguk polos.

 

“Jin Young-ah?! Kau kenapa?!” Tanya Il Woo cemas.

“tidak apa-apa.” sahutnya linglung.

“Oh, sarapan sudah siap. Lekas mandi, aku akan pergi ke Gangdong untuk menemui client.”

 

            Selesai mandi, Jin Young menuju ruangan makan. Sup ubur-ubur. Dia melihat Gongchan duduk disamping kakaknya. Menyantap dengan lahap sarapan yang ada di hadapannnya.

                “ada acara apa kau membuat sup ubur-ibur?” tanya Jin Young heran.

                “sudah makan saja.” Gumam Il Woo cuek.

            “hari ini bukan ultahku. Kau juga. Ini juga bukan peringatan kematian ayah dan ibu. Kenapa kau memasak ini?” tanya Jin Young tanpa berhenti bertanya. Il Woo meletakan pelan sendok makannya dan menatap adiknya yang hanya menggunakan kaos polos dengan rambut yang basah habis kecebur got.

            “kenapa kau banyak bertanya? Kenapa kau tidak duduk dan makan yang banyak. Kau tahu tidak, kau sekarang terlihat seperti mumi setengah hidup. Kenapa kau jadi kurus? Kalau Ibu melihatmu seperti ini kau akan dimintanya untuk mati.” Il Woo malah membalikkan pertanyaan yang bertubi-tubi dengan beberapa kata-kata yang mengesalkan. Jin Young hanya menelan air liurnya sendiri.

            “lalu, kapan pria yang duduk disampingmu datang?!” tanya Jin Young seraya menarik kursi dan duduk di hadapannya.

 

            Il Woo menatap ke sebelahnya dan tidak ada siapa-siapa. “pria? Siapa? Aku tidak menerima tamu sejak pagi tadi…” gumamnya heran.

            Kakaknya terlihat ketakutan saat mendengar ucapan Jin Young. “Heh, kau bisa melihat hantu?” tanyanya sekali lagi dengan tatapan paranoid.

        Jin Young melihat Gongchan memeletkan lidah ke arahnya. Seperti meledek. Sepertinya, Gongchan tidak terlihat siapapun kecuali terhadap Jin Young. “Ah, tidak. Aku kira, itu ayah. Ah~ Aku masih mengantuk ternyata…”

 

Beberapa menit kemudian,

            Jung Il Woo Nampak bersiap-siap pergi. dia mungkin baru pulang jam 11 malam. “kalau mau keluar, jangan lupa kunci pintu,” pesannya. Saat kakaknya sudah pergi, Jin Young tidak melihat Gongchan. Mungkin karena malaikat itu bosan dengan kehidupannya. Jadi Jin Young memutuskan main games Warcraft III.

             “Main sendirian, tidak keluar rumah untuk melakukan sesuatu yang berguna. Itu alasannya kau tidak punya pacar!” Bisik Gongchan dari belakang.

            “AIGO!! Kenapa kau mengejutkanku seperti itu?! HAH! tidak SOPAN!” sungut Jin Young kesal. Dimarahi seperti itu, Gongchan tidak menggubrisnya. Lalu, meminta Jin Young untuk menganti pakaian yang bersih dan rapi.

            “kita mau kemana?”

            “Kau tidak mau mencari jodohmu?!”

             “Hah??”

 

Kemudian seharian itu. Gongchan mengajak Jin Young berkeliling kota seoul. Mendatangi tempat yang bisa membuat wanita kagum. Jin Young menuruti setiap permintaan Gongchan. Jin Young masuk ke club dance atas permintaan Gongchan, wanita disana cantik dan sangat menyukai tarian Jin Young. Namun, tidak ada satupun dari wanita itu yan bisa memikat hati Jin Young. Lalu, Mereka pergi ke taman hiburan dan bermain music disana, hasilnya juga nihil dan yang ada malah di usir.

 

menjelang sore,  mereka pergi ke utara Seoul dan menelusuri sungai Han. Mereka hanya duduk berdua disana menikmati angin sore di musim gugur. “Aku tidak kunjung menemukan wanita yang aku suka. Apa yang akan kau lakukan?” tanya Jin Young pada Gongchan.

hanya ada satu wanita dan aku tidak bisa menyukai yang lain selain wanita itu. Apakah dia masih menyimpan gelang itu?…Batin Jin Young.

“Itu karena dihatimu ada satu wanita. Kalian berdua terikat karena gelang itu. aku benar kan?” Tebak Gongchan seakan bisa membaca isi hati Jin Young. “HYA! KAU MEMBACA ISI HATIKU, YA?” tanya Jin Young kesal.

Gongchan tidak mengubrisnya dan sibuk membuka tas gitarnya, meletakan gitar di pangkuannya. Sebelum memainkan alat musiknya, Gongchan menatap Jin Young. “Itu adalah kelebihanku. Aku bisa membaca hati setiap orang yang sedang memikirkan cinta. Baik orang itu sedang bahagia, sedih, benci dan marah. Aku juga bisa mengendalikan pikiran mereka jika aku mau dan jika mereka dalam keadaan terdesak karena urusan cinta. Aku bahkan tahu masa lalumu seperti apa dengan gadis itu.”

                 “lalu, jika kau menghadapi orang sepertiku, apa yang akan kau lakukan?”

             “Aku akan membantumu sampai kau menemukannya. Aku tahu, kau terlalu lelah mencarinya. Setiap kau ingin mencarinya, hatimu terblok oleh ketakutanmu sendiri. Kau takut dengan pertanyaan 'bagaimana, apakah, haruskah dan masihkah?' Itu tidak akan ada untungnya untukmu. Yang kau perlukan adalah mencari gadis itu dan menemukannya. Setelah itu, terserah kau. mau menemuinya atau tidak, itu urusanmu.”

        

          “kalau tidak?” tanya Jin Young berandai-andai. “Kalau tidak, kau harus melupakannya dan mencari wanita lain dan aku tahu kau tidak bisa melupakannya, kan?” tanya Gongchan menerawang.

                “Kalau aku tidak bisa, berarti aku dia jodohku?” tanya Jin Young penuh harap

“kemungkinannya hanya ada dua: iya atau tidak. Karena biasanya kesalahan selalu datang dari manusia itu sendiri.” Jawab Gongchan dengan suara datar.

 

Gongchan mulai memetikan gitarnya, dalam waktu yang sama angin musim gugur menyapa Jin Young. Musiknya sangat klasik dan membahagiakan. Seperti yang ada di sekelilingnya. Pasangan yang mengutarakan cinta pada pasangannya. Pasangan yang saling menjaga satu sama lain.

Namun saat lagu itu habis dan orang-orang itu pergi. Gongchan mengganti musiknya menjadi lemah seakan ada luka yang sangat mendalam disetiap petikannya. Dan tiba-tiba saja, Jin Young melihat seorang pria yang dikelilingi dua wanita. Jin Young menyimaknya. Wanita itu bernama Hye Chan

“Oppa?Siapa wanita ini?”

“Hye Chan, Jin Yi, aku bisa menjelaskannya.” Kata si pria.

“aku tidak perlu penjelasanmu!” kata Jin Yi. “lekas putuskan sekarang! Kau pilih dia atau aku?!”

Music yang dimainkan Gongchan membuat Jin Young merasa sangat gregetan. Tempo musiknya semakin cepat dan menyiksa. Seakan Gongchan tengah memberikan hukuman pada pria yang suka memainkan hati wanita. “aku tidak tahu, mianhae! Mianhae!” si pria pergi dan loncat ke sungai Han dan hanyut. Saat itu juga lagu yang dimainkan Gongchan selesai.

 

“A…A…A…Ommo…” Jin Young menganga panic sekaligus terkejut. Jin Young menatap pria tadi dan mengalihkan pandangannya pada Gongchan. “YA! KAU BILANG KAU TIDAK PUNYA WEWENANG UNTUK MENCABUT NYAWA?! LALU BARUSAN ITU APA?!” tanya Jin Young kesal.

“aku sudah bilang kan, cinta bisa membuat hidupmu sangat bahagia tapi cinta juga bisa membuatmu mati sengsara.” Gumam Gongchan sambil memasukkan gitarnya kembali kedalam tas.

“Kau tidak bilang begitu!” kata Jin Young ngotot.

“Aku bilang begitu, intinya begitu!” balas Gongchan lebih ngotot.

“Ayo! Ikut aku, kau mau melihat nasib pria itu kan?” tanya Gongchan. Lagi-lagi dia membaca isi hati Jin Young.”Gzzz…”

Saat mereka mendekati pinggiran sungai Han, Gongchan melambaikan tangan ke seorang pria. “Siapa pria itu?” tanya Jin Young.

“Dia Baro. Si pencabut nyawa.”

“Apa yang dia lakukan?”

“pria tadi, tengah bernegosiasi dengan Baro.”

 

“Kau pilih hidup atau mati?”

“Aku ingin mati,” kata si pria dengan nada suara pasrah.

“begitu, selesaikan dulu urusanmu di dunia, baru pergi ke alam baka.” kata Baro kesal.

Jin Young melihat Gongchan menerbangkan sebuah kertas yang diberikan pada Baro. “apa yang berikan padanya?”

“tidak. Itu hanya sebuah tiket.” Jawab Gongchan singkat.

Jin Young menatap Gongchan yang menatap kosong kebawah sana.

***

            07.30 PM… Jung Il Woo baru saja selesai bertemu dengan clientnya di Gangdong. Baru keluar dari kantor clientnnya. Il Woo bekerja sebagai project manager lepas yang dapat masuk ke perusahaan manas saja. Itu alasannya dia selalu berpindah-pindah saat bekerja.  Ponselnya berdering memanggil.  “My Sunny…”

            “Yeobseyo!”
            “Oppa!” rengek gadis itu dari seberang.

“Y…y..ya, aku sudah minta maaf kan? Kemarin benar-benar dadakan. Lain kali aku pasti datang… Aku sekarang sedang ada di Gangdong. Kenapa? Apa?!” saat mendengar apa yang dikatakan pacarnya sekarang, Il Woo bergegas menaiki mobilnya.

“Baik, aku kesana sekarang.” Il woo segera menstarter mobilnya dan pergi menuju stasiun Seoul. “Kenapa dia tidak bilang mau kemari!” gumamnya kesal.

***

            09.00 PM, Seoul… Jin Young merebahkan diri di kamarnya. Begitu juga Gongchan. Seharian bersama Gongchan membuatnya lupa. Hari ini banyak kejadian yang tidak masuk akal. Karena terlalu sering bersama Gongchan, Jin Young di anggap orang gila hari ini. “Lain kali, kalau bicara denganku lihat situasi!” pesan Gongchan.

“lain kali, kalau mau meledekku lihat situasi. Kau benar-benar senang membuatku kesal ya?” gumam Jin Young tidak mau kalah.

“Kau saja yang kelewat polos.”gumam Gongchan kembali meledek. Jin Young lekas bangun dan melemparkan bantal ke wajah Gongchan.

“YA! Apa ini juga salah satu kelebihanmu membuat orang kesal, HAH?!”

Gongchan mengangguk meledek. “Grrrrr…. Benar-benar!!!”


Ting-Tong! Bel rumah berbunyi.

“Sana, buka pintunya!” perintah Gongchan. Sekali lagi Jin Young melempar bantal ke arah Gongchan. Malaikat yang satu itu, benar-benar tidak tahu diri! Umpat Jin Young dalam hati.

“DIBANDINGKAN DENGANKU, KAU LEBIH TIDAK TAHU DIRI, JIN YOUNG-AH!” teriak Gongchan yang memanfaatkan kemampuannya membaca isi hati Jin Young.

“keterlaluan!” cibir Jin Young Kesal.

***

            “Yap! Kita sudah sampai.” Kata pacar Suzy yang aku lupa siapa namanya. Aku lekas turun dan melihat rumah pacar Suzy. Rumahnya tingkat dan sederhana.

            “Eh, tadi siapa nama kakak itu?” tanyaku berusaha mengingat namanya baik-baik.

            “Juung illl Wooo.” Suzy sengaja memanjangkan nama pacarnya supaya aku mendengarnya baik-baik  “kau pasti akan betah disini.” Bisik Suzy menggoda.

            “Oppa, kau bilang adikmu akan menetap disini.” Tanya Suzy yang melihat Il Woo sibuk mengeluarkan koper mereka.

            “Yap. Kau akan segera mengenalnya.” Kata Il Woo sambil memencet bel rumahnya.

            “Ya, tunggu sebentar.” Teriak seorang pria dari dalam.

 

            Saat adiknya membuka pintu, Il Woo lekas masuk sambil menggotong dua komper milik kami. “Ill Woo Hyong, siapa wanita….”

          Aku menoleh ke arah pria itu. Saat itu juga aku tertegun dan membeku. Aku melihat sebuah gelang yang dikenakannya. “Jin Young…” bisikku terkejut.

***

To be continued… >>

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Yoseobhasmyheart
#1
Aaaa bagus bangeeetttt!! suquel plissss!! :DD
MinJung_1701
#2
@Tazyme aku belum punya cerita untuk cerita TaeZy. maaf ia, next time maybe aku buat ceritanya ^.^
kray67 #3
pnya TaeZy st0ry gk kawand? :-)
MinJung_1701
#4
hihi, makasih kar. ^^
Karima123 #5
Wohhoooo detik-detik menegangkan!kkk
Karima123 #6
Lanjtkan as:D update soon!