From the beginning until now…

Hello, Cupid!

for Kamar Jinyoung yang berantakan

 

BYUR!!!

                Dalam sekejap, Jin Young bangun dan menyadari bahwa dirinya dalam keadaan basah kuyup karena habis disiram air oleh seseorang. Jin Young dengan kesal bangun dan marah-marah sendiri. “HYA! APA URUSANMU! INI HARI LIBUR!” sungutnya kesal.

                “KAU BERANI MEMBENTAK HYONG-MU?!” Jawab orang itu.

                Tunggu! Suara itu!  Jin Young segera mengucek-ngucek matanya dan mendapati Hyong-nya, Jung Il Woo datang dan masuk kekamarnya. Dia benar-benar bingung, bagaimana bisa Hyong masuk ke kamarku?!

                “Neo…Bagaimana bisa Hyong masuk kamarku?!” tanya Jin Young panik.

                “Bagaimana aku masuk ke apartement itu tidaklah penting!” Bentak Il Woo kasar sambil menarik selimut Jin Young. “sekarang, bereskan isi kamarmu! Cuci semua piring kotormu dan laundry pakaianmu! Mulai sekarang kau tinggal di rumahku!”

                “MWO!!! SHIRO!!” tolak Jin Young tegas.

                “Igeon jicyo…” gumam Il Woo kesal. “Mau tidak mau kau harus mau, ARASO!”

                “Hya… Hajiman… hajiman…” Jin Young masih berusaha bersikeras untuk menolak ajakan Hyong-nya itu. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan hidup dengan orang keras kepala seperti itu. Kenapa orang ini harus ada disini!

                “Hyong, Hajiman… aku… rumahmu kan jauh. Aku tidak mau…”

                “Bereskan ini semua!” kata Il Woo melemparkan baju kotor ke mukannya. Sepertinya anak itu tidak menggubris semua perkataan Jin Young.

                “araso…”

      

                Akhir pekan. Pindahan. Tidak banyak barang yang harus Jin Young bawa. Perabotannya sengaja di tinggal disana, dia hanya membawa sekardus Games, buku dan baju yang masih bersih. Kakaknya baru pulang ke Seoul kemarin pagi. Tadinya dia ingin menjemput Jin Young sepulang anak itu kuliah, tapi ada rapat perusahaan jadinya dia menunda sampai hari ini.

                Hari itu, il woo membawa mobil dinasnya. Karena semalam dia kerja lembur jadi dia meminjam mobil SUV itu sampai hari masuk kerja.

                “Bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Jinyoung basa-basi.

                “baik, bagaimana dengan kuliahmu? Aku mendapat telepon dari dosen pembimbingmu, kau jarang kuliah.”

                “Aku kerja paruh waktu.”sahut Jin Young tanpa ekspresi.

                Il woo mendesah sedih, “kau kerja siang dan malam? Becanda.”

                “aku serius.”

                “lalu kau menganggapku apa? Aku ini kan Hyong-mu! Kalau kau butuh apa-apa bilang saja, jangan sungkan.” Katanya berusaha mencairkan suasana yang dingin.

                “gwenchanayo. aku berterima kasih padamu sudah membawaku pergi ke Seoul.” Kata Jin Young berpaling keluar jalanan menatap sepasang pria dan wanita yang berjalan bergandengan tangan.

                “Ya. Sudah seharusnya begitu. Oma dan oppa tidak akan senang jika hidup kita monoton. Mereka yang mengajarkan pada kita cara hidup. Kau ingin ke makamnya sekarang?” tanya il woo menawarkan.

                “tidak. Jam 3 nanti aku ada kerja part time. Aku shift malam, aku butuh istirahat yang cukup.” Kata Jin Young datar.

                “Okay!” Ill woo segera tancap gas menuju rumahnya. Sekilas dia melihat gelang yang Jin Young kenakan. Seulas senyum kecil tersungging miris di mulut il woo. Kau masih menunggunya?

***

                Malamnya, di Mini market…

                “Wae? Jadi sekarang kau tinggal di rumah kakakmu? Ah, itu jauh sekali. Tiga kalinya jalan dari apartement ke kampus.” Gumam Dong Woo sambil membersihkan kacamatanya.

                “Itu dia masalahnya. karena kau juga mengeluh rumahmu jauh. Jadi aku menyewakannya padamu? kau cukup membayarnya setengah. Karena kalau aku lelah, aku tetap akan bermalam di tempat itu. Mau atau tidak?”

                “Ssst… aku tidak masalah.” Gumam Dong Woo dengan wajah polosnya.

                KLIRING!

                “Selamat datang, selamat berbelanja!” kompak keduanya member salam yang sedikit mengejutkan costumer.

***

 

Museum of Modern Art, Busan…

            “dowajuseyo…” kata seorang wanita yang tengah memberi salam pada kumpulan orang yang ada di ruangan itu. Hari itu ada adalah hari bersejarahnya. 20 Karya seni rupanya di pamerkan di museum itu. Suzy melihat seorang wanita dengan topi seniman berwarna biru, mantel berwarna putih dan dress biru laut yang manis. Dia memiliki rambut panjang sepinggang dengan warna rambut cokelat caramel.

Wanita itu adalah Hwang Min Jung, umur 20 Tahun, mahasiswi Busan National University Of Education.

           

“Min Jung-Unnie!” aku menoleh dan mendapati Suzy berdiri di seberang sana sambil mengenakan model baju yang serupa denganku. Dia melambaikan tangannya ke arahku.

“Hey, apa yang kau lakukan disini??” tanyaku. Suzy adalah juniorku di universitas, sebenarnya dia penggemar berat karya seniku. Karena Suzy, aku bisa menggelar pameran besar seperti ini. Anak itu mengajukan proposal pameran seni musim gugur ke bagian fakultas dan mencantumkan namaku disana. Kalau dia tidak langsung aktif di Badan Executive Fakultas, mana mungkin aku bisa ada disini.

“Aku hanya memastikan apakah penggemarmu bertambah atau tidak. Hehe” celetuk Suzy sambil terkekeh geli. “Jicyho…Gzzz…” aku menepuk bokong Suzy dengan pelan.

“Eh, Pacarmu jadi datang, tidak? Bukannya hari ini hari terakhir dia kerja disini,” tanyaku penasaran.

Suzy mengangguk, “hari ini dia tidak jadi datang.” Anak itu memasang wajah cemberut.

“hah? wae?”

“Dia bilang kemarin dia ditelepon oleh dosen pembimbing adiknya. Adiknya sedikit bermasalah di kampusnya. Jadi, dia putuskan untuk mengurusnya sebentar.”

“Ah… pabokachoromyeon?!” umpatku ikut-ikutan kesal. “apa pacarmu sering seperti ini? Dia benar-benar tidak bisa di andalkan.”

“Ani. Biasanya dia selalu tepat janji, kau tahu sendiri kan? Tapi, sepertinya kalau sudah berkaitan dengan adiknya dia akan menyempatkan diri pulang.”

“oh, begitu. Bagaimana kalau main kerumahnya? Kau bermalam disana, dari sini ke Seoul kan lumayan jauh,” usulku.

Seketika wajah Suzy semerbak merah, “mana mungkin…”

“Gzz.. jadi wanita harus lebih agresif sedikit!” sungutku gemas. Namun, tanpa pikir panjang Suzy mengangguk malu. Wajahnya menatapku dengan tatapan polos, “Unnie…”

Aku memalingkan muka karena aku bisa menebak apa yang Suzy inginkan. Dasar.

***

            Jin Young berjalan menelusuri sebuah jalanan yang sepi. “Ini seperti pulau Nami,” gumam Jin Young terheran kenapa dia tiba-tiba ada disini. Dia berjalan menelusuri pulau itu dan melihat anak kecil yang berjalan mendahuluinya. “Itu… itu kan aku…”

anak kecil itu berjalan sendirian menelusuri jalan yang dipenuhi daun-daun yang berguguran. “Kenapa kau jalan sendirian?” sapa seorang gadis kecil di seberang sana. langkah Jin Young dan anak kecil itu berhenti. Keduanya menoleh dan menatap gadis itu.

            “kau mengenalku?” tanya bocah itu dingin. Gadis itu menggeleng. Dia datang dan menghampiriku, dan tiba-tiba mengenggamku. “Ayo, kita main ditaman itu!” kata gadis itu.

           Jin Young mengikutinya. Mengikuti kemanapun anak kecil itu pergi. Namun tidak lama setelah itu keadaannya berubah. Gadis itu menangis saat melihat Jin Young kecil membawa banyak barang. “gajima! Gajima!” mohonnya.

            “mianhae …”

            “Gajima…”Jin Young kecil mendekap gadis itu dan memasangkan gelang yang dibelinya entah kapan.

            “rencananya aku mau memberikan ini padamu sebagai persahabatan kita. Tapi ternyata…”

            “gajima…” rengek gadis itu.

            “Gwenchanayo, gelang ini… akan menjadi pertemuan kita yang selanjutnya.”

            “bagaimana aku bisa menemukanmu?” tanya gadis itu masih menangis.

            “aku tidak tahu pasti bagaimana kita bertemu. Tapi, ini satu-satunya caraku menemukanmu.”

            “geronikka?” tanya gadis itu.

            “ne. jaga dirimu baik-baik,” kata Jin Young kecil menepuk bahu gadis itu.

            “jangan lupakan aku.” Kata gadis itu.

            “pasti.”

 

            Jin Young menyadari bahwa sampai sekarang dia tidak tahu dimana gadis itu, bagimana rupanya sekarang dan dia hanya terduduk lemah di bawah pohon. Namun dia menyadari bahwa seseorang tengah mengawasinya. “kau benar tidak punya harapan ya?” tegur seorang pria.

            “kau siapa?!” tanya Jin Young terkejut. Pria itu mengenakan mantel berwarna merah jambu dan mengenakan topi picaso berwarna putih, rambutnya sedikit keriting dan dia menyelempangkan tas gitarnya. “Kau siapa?”

            “Kau Jin Young kan!”

            “darimana kau mengenalku?!”

            “dari gadis itu! Gadis kecil itu berdoa setiap malam bahwa dia bisa bertemu denganmu lagi. namun sepertinya sekarang tidak.”

            Jin Young panik. Siapa pria ini?! Kenapa dia juga mengenal gadis itu, dia bahkan tahu namanya. “Kau sinter clause? Atau jangan-jangan kau malaikat pencabut nyawa?!” tanya Jin Young panik.

            “YA! APA PENAMPILANKU INI MENGGAMBARKAN KEDUANYA?!” sungut pria itu kesal. Jin Young makin terkesiap saat dimaki seperti itu. Siapa pria itu dan darimana asalnya? Lalu sebuah sayap yang indah keluar dari punggung pria itu.

            “kau malaikat…” tebak Jin Young, dia tidak tahu pasti malaikat macam apa pria itu.

            “Iya. Aku memang malaikat tapi bukan malaikat pencabut nyawa. Perkenalkan namaku Gongchan dan aku adalah Mr.Cupid.”

            “Puffhhhttt…” Jin Young menahan tawa.

            “terserah kau mau tertawa atau tidak. Karena setelah ku perhatikan kau benar-benar tidak punya harapan cinta, aku akan mengantarkanmu pada takdir cintamu…”

            “Mwo!! Kau barusan bilang apa? Takdir cintaku?”

            “gerom, aku akan mengawasimu dan memastikan bahwa kau hidup bahagia dengan wanita yang Tuhan takdirkan untukmu.”

            “Apa gadis tadi…” Jin Young berusaha menebak bahwa gadis itu yang akan menjadi jodohnya kelak. “aku tidak tahu.”

            “kau bilang kau Mr.Cupid!”

            “aku tahu semuanya bukan berarti aku harus memberitahukannya padamu kan!” kata Gongchan nyolot.

            “Pelit!”

            “Masa bodo! Weeekkk! Sampai jumpa besok!” lalu secepat kilat malaikat itu menghilang.

***

Jin Young membelakkan matanya dan dan terbangun “ternyata hanya mimpi…” gumamnya lega. Jin Young kembali tidur, dia lekas menarik selimutnya dan merubah posisi tidurnya. Jin Young memiringkan badan dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

“Benar-benar tidak punya harapan... ck..ck..ck…” gumam seseorang. “itu alasannya kau sulit mendapat pacaar… “

Suara siapa itu… Batin Jin Young kaget. Dia membuka matanya dan mendapati pria berabut keriting dengan jas merah jambu tidur disampingnya. “KYAAAAAA!!!!!”

      

To be continued… >>>

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Yoseobhasmyheart
#1
Aaaa bagus bangeeetttt!! suquel plissss!! :DD
MinJung_1701
#2
@Tazyme aku belum punya cerita untuk cerita TaeZy. maaf ia, next time maybe aku buat ceritanya ^.^
kray67 #3
pnya TaeZy st0ry gk kawand? :-)
MinJung_1701
#4
hihi, makasih kar. ^^
Karima123 #5
Wohhoooo detik-detik menegangkan!kkk
Karima123 #6
Lanjtkan as:D update soon!