Delapan

Sister Complex

Raekyo sedang sibuk mencampur bahan adonan di sebuah mangkuk bening ketika bel rumahnya berbunyi. Ia sedikit mengerutkan keningnya namun kembali melanjutkan kegiatannya, siapapun yang datang toh akhirnya akan dibukakan pintu oleh salah satu maid. Hari ini suasana rumah memang agak sepi, Leeteuk pergi bekerja sedangkan kedua kakak kembarnya memutuskan untuk berbelanja bulanan tanpa mengajak dirinya –saat ia bangun mereka sudah pergi terlebih dahulu. Jadi di sinilah ia sekarang sibuk membuat kue dengan bahan-bahan yang tersisa di kulkas.

                “Hola aloha!” Sebuah suara cempreng yang sangat Raekyo kenal menerpa gendang telinganya. Gadis itu mengeluh terang-terangan, food monster sudah datang. “Hoya Rae! Yak, kau tidak senang melihatku eoh?”

                “Hm.” Raekyo memilih mengabaikan sahabat kakaknya yang kelebihan tinggi itu.

                “Ish, dasar kau ini. Mana Kyunnie?”

                “Kyunnie?” Raekyo mengernyit mendengar panggilan Changmin pada kakaknya, “Itu panggilan sayangmu untuk Kyu oppa?”

                “Kyu oppa? Itu panggilan sayangmu untuk Kyunnie?” Changmin menjulurkan lidahnya saat Raekyo mendelik kesal. Raekyo lupa Changmin juga titisan dari neraka sama seperti kakaknya. “Tapi bagus juga. Rae, panggil aku Min oppa! Ne? Ne?”

                “Shireo! Menjijikan.”

                “Yak! Apa susahnya? Aku kan…”

                “Diam! Atau tidak akan kubagi kueku ini.” Changmin langsung manggut-manggut menurut dan duduk manis di konter dapur. Raekyo geleng-geleng kepala sendiri melihatnya. Changmin memang selalu mudah dibujuk bila diiming-imingi makanan.

                “Jadi, di mana Kyunnie?”

                “Pergi bersama Bum oppa. Berbelanja sepertinya. Memang oppa tidak janjian dulu mau ke sini?” Raekyo meilirk Changmin sebentar lalu melanjutkan menuang adonan kuenya ke loyang kemudian memasukkannya ke dalam oven.

                “Ani. Ini kan rumah keduaku, aku bebas keluar masuk. Oh iya, bagaimana luka-lukamu? Kudengar kau jatuh dibonceng pacarmu kebut-kebutan?”

                “Dia bukan pacarku! Teman, dia hanya teman.” Raekyo mencuci tangannya, mengambil minuman di kulkas, menaruhnya di hadapan Changmin lalu duduk di hadapan pemuda itu.

                “Benarkah? Ouw, itu pasti sakit.” Changmin meringis menunjuk luka yang ada di tangan Raekyo.

                “Berlebihan!” Raekyo memperhatikan luka-lukanya, toh tidak separah kemarin. Tiba-tiba suara bel berbunyi mengagetkan keduanya. Changmin memekik kegirangan, sahabatnya telah kembali.

                Changmin sudah bersiap-siap menyambut Kyuhyun ketika pintu terbuka, pemuda itu malah sudah setengah berlari ke pintu depan, membuat Raekyo memutar bola matanya malas. Raekyo mengerutkan keningnya ketika suara cempreng Changmin tidak terdengar lagi, sepertinya bukan kedua kakaknya yang datang, lalu siapa?

                Pertanyaan Raekyo terjawab sudah, Changmin mengekor di belakang sepasang pria dan wanita. Pemuda itu nampak salah tingkah dan diam menunduk. Raekyo memberikan pandangan bertanya, sipa mereka?

                “Oppa, mereka siapa?” Changmin memberikan gesture menggeleng perlahan ke arah Raekyo, membuat gadis itu semakin bingung.

                “Ke mana sopan santunmu pada yang lebih tua? Didikan macam apa yang kau terima?” Sang wanita menatap tajam pada Raekyo.

                “Maaf, tapi kalian adalah…”

                “Aigo, Leeteuk belum memberitahu siapa kami?” Kali ini sang pria nampak tertawa meremehkan, ia kemudian mendorong Changmin ke depan, “Nah bocah, coba kau jelaskan pada tuan putri kita itu siapa kami.”

                “Rae, mereka sepupumu. Ini Kangin hyung, putra tunggal kakak ayahmu, dan yang di sebelahnya itu tunangannya, Mina noona. Mereka…”

                “Sudah cukup! Terlalu panjang,bocah.” Kangin mendorong Changmin ke belakang kembali. Tindakannya yang kasar membaut Raekyo tidak suka. Tapi dalam hati ia bertanya-tanya kenapa ketiga kakaknya atau grandpanya tidak pernah menyebut nama Kangin sebelumnya?

                “Masih mau terdiam seperti orang idiot? Tidak menyapa sama sekali, tidak sopan sekali.” Mina tertawa sinis.

                “Ah, anyeonghasseo Kangin-ssi, Mina-ssi. Cho Raekyo-imnida.” Raekyo buru-buru membungkukkan badannya. “Maaf, ketiga kakakku sedang tidak ada di rumah, kalau boleh tahu ada perlu dengan siapa?”

                “Tentu saja bertemu sepupu cantikku ini, benar kan Mina-ya?” Kangin menghampiri Raekyo, mengangkat dagu gadis itu hingga bertatapan dengannya. “Tuan putri keluarga Cho sudah kembali, harus disambut kan? Kemarilah, tidak mau memeluk oppa, hm?”

                Raekyo ragu-ragu sejenak, ia maju lalu membalas pelukan Kangin perlahan. Gadis itu bertatapan dengan Changmin, namun pemuda itu hanya diam saja.

                “Jadi, katakan pada kami alasan kau kembali. Warisan? Uang? Kekayaan? Harta? Status? Jabatan? Ah, atau kau mau merebut perusahaan?” Kangin memegang kedua pundak Raekyo dengan kencang membuat gadis itu menggeliat kesakitan.

                “H-hyung, Leeteuk hyung sedang tidak ada, lebih baik hyung dan noona kembali nanti malam.” Changmin maju berusaha melepas cengkraman Kangin pada Raekyo. Kangin menepis tangan Changmin kasar, pandangannya menusuk.

                “Memang kau siapa bocah? Berani-berani mengaturku di dalam rumah yang seharusnya milikku?!” Kangin menekankan kalimatnya. “Mina-ya, kira-kira apa yang harus kuperbuat pada bocah kurang ajar ini?”

                “Mi-mian, hyung. Bukan maksudku begitu, tapi Raekyo tidak tahu apa-apa hyung.” Raekyo bingung melihat Changmin nampak gugup menghadapi dua orang di hadapannya. Sebenarnya ada apa?

                “Kurasa dia tidak sepolos kelihatannya. Benar kan oppa? Jadi, jawab pertanyaan tunanganku, apa yang kau incar kembali ke keluarga ini setelah 16 tahun tidak pernah ada kabar keberadaanmu?”

                “Mina-ssi, aku tidak mengerti ucapan kau ataupun Kangin-ssi. Aku tidak mengincar apapun, ini keluargaku, memang seharusnya aku ada di sini bukan?”

                “Oh, jadi karena panggilan darah? Kau yakin? Bukan karena kemiskinan keluarga yang merawatmu?” Mina tertawa mengejek.

                “jaga ucapanmu, Mina-ssi.” Raekyo mulai tidak sabar, ia tidak mengapa dirinya yang dituduh namun bila sudah menjelekkan keluarga Lee, ia tidak terima. “Sebenarnya apa mau kalian?”

                “Kami cuma mau menyelamatkan keluarga Cho dari tikus pemakan harta sepertimu. Bisa kubayangkan hidup di keluarga miskin, tiba-tiba tahu bahwa dirimu kaya raya, pasti senang sekali bukan? Kau langsung berlari bak kesetanan ke sini meninggalkan begitu saja keluarga miskinmu, sungguh anak durhaka. Kau biarkan keluarga yang merawatmu mati kelaparan dan kau enak-enak makan di sini? Rendahan sekali…” PLAK! Mina terdiam terkejut sambil memegang pipinya, Rekyo juga tidak kalah terkejutnya ketika merasakan tangannya lah yang menampar Mina. Suasana hening mencekam, bisa Raekyo lihat dari ujung matanya beberapa maid mengintip mereka dari arah dapur.

                “Kau!!” Kangin menggeram marah, pemuda tegap itu balik menampar Raekyo dengan punggung tangannya, membuat gadis itu terjerembab seketika. Changmin berteriak lalu segera menghampiri Raekyo, ia meringis melihat luka lebam di pipi gadis itu.

                “Hyung! Hentikan! Akan kuberitahukan pada… Yak! Kangin hyung! Lepaskan!” Changmin memberontak ketika ia ditarik paksa oleh Kangin menjauhi Raekyo. Dengan ngeri ia melihat Mina menghampiri Raekyo dengan wajah marah. “Rae! Masuk ke dalam kamarmu! Cepat!” Changmin ngeri dengan apa yang bisa dua orang ini lakukan, keduanya sama-sama terkenal temperamen. Namun Raekyo malah berdiri, menatap langsung pada Mina dengan tatapan menantang. Dengan kesal Changmin menyadari, Raekyo keras kepala juga.

                “Beraninya kau menamparku!” Mina menarik rambut Raekyo keras, membuat Raekyo tidak sadar mengaduh.

                “Kalian yang bilang,” Raekyo tidak melepaskan pandangannya pada Mina, membuat wanita itu heran karena gadis itu tidak takut padanya, “Akulah tuan putri keluarga Cho. Berani sekali kalian berbuat begini padaku. Aku tidak tahu sopan santun? Kurasa, kalian lah yang tidak tahu sopan santun, kalian hanyalah tamu yang tidak diundang di rumahku!”

                Kangin meraung marah, pemuda itu mendorong tubuh Raekyo hingga menabrak tembok. Ia menahan gadis itu kuat-kuat di sana. Dengan ngeri Changmin melihat Raekyo malah tersenyum sinis, gadis itu nampak tidak takut sama sekali. Bahkan Kyuhyun dan Kibum pun tidak berani bila berhadapan dengan Kangin. Apakah ia memang seberani itu atau memang Raekyo terlalu buta melihat postur badan Kangin yang bisa dengan mudah meremukannya?

                “Beginikah caramu memperlakukan tuan putrimu?” Raekyo berdecih. Ia takut sebenarnya, namun rasa kesalnya lebih besar. Mereka, dua orang tidak ia kenal yang tiba-tiba menghina dirinya dan keluarga Lee-nya.

                “Nyalimu besar juga, tuan putri.” Kangin menyeringai, “Bisa apa kau melawanku, hah? ARGH!! B*ngsat!!!!!”

                “Rae!!” Changmin memandang ngeri pemandangan di hadapannya. Raekyo entah bagaimana berhasil menggigit tangan Kangin yang menahan tubuhnya lalu menendang tubuh pemuda itu dengan keras, Kangin yang marah kemudian memukul dan menendang Raekyo sekuat tenaga membuat tubuh gadis itu terlempar dan mengakibatkan kepala Raekyo terbentur susuran tangga dengan bunyi yang memualkan. Raekyo diam tak bergeming setelahnya.

                “Kangin-ah! Apa yang kau lakukan?!” Mina yang posisinya berdampingan dengan Changmin memandang tunangannya pucat pasi, dari posisinya ia bisa melihat lebih jelas kondisi Raekyo, “Dia… Gadis itu… Dia…”

                “Cepat pergi!” Kangin segera menghampiri Mina dan menyeret gadis itu pergi bersamanya. Sementara Changmin masih berdiri dengan diam, berusaha keras memproses kejadian di hadapannya.

                “Non-Nona Raekyo!!” Seorang pelayan segera berlari dari arah dapur menghampiri Raekyo. Pelayan itu memekik kaget ketika perlahan membalik tubuh Raekyo hingga terlentang. Mata gadis itu tertutup rapat, darah segar menutupi sebagian besar wajahnya. “Tu-tuan muda Changmin! Tuan muda!!!”

                “Rae…” Changmin seolah baru menemukan kembali fungsi anggota tubuhnya segera berlari menghampiri Raekyo, adik sahabatnya itu nampak mengenaskan. Dengan tangan gemetar Changmin meraba-raba tangan Raekyo, mencari denyut nadi, dengan sedikit lega Raekyo masih bernafas namun kondisinya jauh dari kata baik. “Rae, bertahanlah jeball. Ahjumma!! Telepon Hangeng hyung!! Sekarang!”

 

* * *

 

                “Min oppa, kau berlebihan!” Raekyo menggembungkan pipinya sambil menatap Changmin yang dari tadi hanya berdiri diam di pinggir kasurnya, wajah pemuda itu nampak pucat dan mengenaskan, tersirat raut wajah bersalah yang kentara dari wajahnya. Changmin tetap dalam posisinya lama bahkan setelah Hangeng selesai mengobati Raekyo. Seharusnya Changmin bersyukur kan Raekyo tidak apa-apa, hanya kepalanya saja sobek butuh sedikit jahitan dan pipinya lebam-lebam juga kaki kanannya yang terikilir, walau sempat pingsan namun untunglah tidak ada luka serius. “Changmin!! Yak Sim Changmin!! Ini bukan salah oppa oke? Aku baik-baik saja.”

                “Uh.. Tapi itu, bagaimana aku menjelaskan pada Kyunnie?” Changmin menunjuk pada wajah Raekyo yang terluka.

                “Ini kan bukan salah oppa, ini semua perbuatan si Kangin itu!!” geram Raekyo “Kenapa oppadeul tidak ada yang pernah menyinggung tentang dia ya?”

                “Mereka pasti punya alasan sendiri, Rae. Lagipula dia memang sudah tidak dianggap keluarga. Lagipula kamu berani sekali sih, tidak lihat ya badannya besar begitu? Kamu bisa hancur sekali diremukkan!” Changmin geleng-geleng kepala mengingat kenekatan gadis di hadapannya.

                “Kalau benar kenapa harus takut salah?” Raekyo meringis melihat kini Changmin memelototinya. Gadis itu kini merentangkan tangannya ke arah Changmin, “Oppa, piggy! Ayo ke bawah, aku haus dan kueku bagaimana nasibnya?”

                “Kamu itu, sudah terluka begini masih saja memikirkan yang tidak penting… Arraso, arraso, Kenapa sih kau selalu tidak suka bila kuemu disebut tidak penting?” Changmin hanya pasrah melihat Raekyo cemberut karena dirinya menyinggung kue kebanggaan Raekyo yang memang rasanya enak itu.

                Raekyo mencoba menyamankan diri dalam gendongan Changmin, setiap langkah pemuda itu seiring dengan kaki dan kepalanya yang berdenyut juga. Namun Raekyo mencoba biasa saja, sebab ia tahu Changmin terus mengecek dirinya dan Raekyo benci melihat raut khawatir di wajah pemuda itu yang tak kunjung hilang. Beberapa saat kemudian Changmin membawa Raekyo untuk mendudukan gadis itu di ruang makan sebab Raekyo bersikeras untuk melanjutkan membuat kuenya yang tertunda. Apalagi gadis itu meminta dengan mata berbinar dan dengan alasan butuh menenangkan pikiran. Changmin dengan baik hati membawa peralatan-peralatan membuat kue ke meja makan, menikmati pemandangan kesibukan gadis di hadapannya dengan kue-kue setengah jadinya, menahan tawa saat wajah Raekyo tercoreng tepung terigu, dan dengan gamblang Changmin dapat menyimpulkan bahwa inilah hobi yang Raekyo cintai.

                Raekyo mendongak saat terdengar suara dari pintu depan, seseorang telah pulang. Bertukar pandang sesaat dengan Changmin yang tiba-tiba menegakkan badannya gugup, Raekyo berharap setengah mati kakaknya yang pulang duluan adalah Leeteuk, karena kakak sulungnya itu lebih bisa menghadapi situasi dengan kepala dingin.

                “Aku pulang! Changmin-ah, Rae, kalian sedang apa?” Sosok Kyuhyun terlihat di ujung ruangan, pemuda itu berjalan mendekat diikuti Park ahjussi membawa dua buah kantung belanjaan yang menggembung di belakangnya, “Mianhe, Changmin-ah, kau menungguku lama ya? Untung ada Rae…. Kau… Apa yang terjadi padamu?!”

                “Oppa.. Aw, sakit oppa!” Raekyo meringis kesakitan ketika Kyuhyun menghampirinya dan dengan sedikit memaksa memalingkan wajah Raekyo menghadap ke wajahnya.

                “Kau kenapa? Apa yang terjadi?!” Sigap, Changmin melepaskan tangan Kyuhyun dari wajah Raekyo sebab gadis itu nampak kesakitan, lalu ia menjelaskan semua yang terjadi dengan Kangin. Selama penjelasan, garis wajah Kyuhyun semakin keras, pemuda itu hanya diam namun Changmin tahu sahabatnya marah besar. Park ahjussi yang ikut mendengarkan juga terdiam dengan raut wajah khawatir. Di sisi lain, Raekyo yang sedang jadi topik pembicaraan hanya tenang sambil melanjutkan membuat kuenya.

                “Aku tidak apa-apa oppa. Mungkin sedang sial saja, jadi aku yang jadi sasaran orang itu.” Raekyo tersenyum, berusaha menenangkan Kyuhyun sesaat setelah Changmin selesai bercerita, “Ah, oppa daripada kita pusing memikirkan kejadian yang sudah lewat, lebih baik kau cicipi adonanku, kemanisan tidak?”

                “Kau…!”

                “Kyu! Jangan!” Changmin kembali berusaha melepaskan tangan Kyuhyun yang kini menarik paksa Raekyo untuk berdiri, adonan yang tadi dipegang gadis itu kini pecah berantakan menghantam lantai. Raekyo sendiri terlalu kaget untuk merespon, gadis itu berdiri namun tepat di kaki yang terkilir hingga membuat ia oleng sesaat, tangan Raekyo mencengkeram baju Kyuhyun untuk menjaga keseimbangan, juga untuk menahan sakit. Berdiri tiba-tiba seperti itu, kepala dan kakinya tidak siap dan rasa sakit itu membuat Raekyo kewalahan. Changmin melihat tangan Raekyo yang memegang baju Kyuhyun gemetaran. “Apa yang kau lakukan?! Kau tidak lihat adikmu kesakitan?!”

                “O-oppa…”

                “Diam! Kau! Apa sih yang kau pikirkan?! Di saat-saat seperti ini masih bisa mengurusi kue-kue yang tidak penting?! Kau itu terluka Cho Raekyo!”

                “O-oppa, kenapa kau marah? Sudah kubilang aku tidak apa-apa. Lagipula kuenya belum selesai, jadi…” PRANG!! Raekyo terbelaklak melihat Kyuhyun membanting semua peralatan membuat kuenya hingga berantakan dan hancur di mana-mana. “Oppa!! Apa yang kau lakukan?!!”

                “Sudah kubilang kau sadar tidak kau itu terluka?!!! Sebenarnya apa yang kau pikirkan?!!!” Raekyo berjengit mendengar Kyuhyun membentaknya begitu keras. Tidak pernah selama ini dia melihat Kyuhyun semarah ini. Tapi kenapa harus marah kepadanya? Di mana letak kesalahannya?

                “Kyu, tenanglah sedikit. Kau juga Rae.” Park ahjussi berusaha menegahi dua kakak beradik yang kini adu mata dengan sengit. Harus ia akui memang Raekyo sama keras kepalanya dengan Kyuhyun, bedanya gadis itu juga bernyali besar.

                “Kenapa jadi aku yang oppa salahkan?! Memang salahku dimana? Aku hanya membela diri, masa tidak boleh?! Lalu kenapa seolah semua kesalahanku seorang? Memang aku juga mau terluka?!” Raekyo benci mendengar suaranya bergetar, ia juga benci menangis. Namun ia begitu kesal, hingga air matanya bercucuran tanpa bisa ia tahan, “Oppa mau tahu siapa yang salah di sini? Sudah kubilang kan terbuka adalah langkah menjadi sebuah keluarga, namun apa yang kudapat. Mungkin kalau tidak ada kejadian ini aku tidak akan tahu siapa Kangin itu. Sekarang apa alasan kalian menyembunyikan persoalan ini? Aku jadi berpikir apakah kalian sebenarnya sudah menganggap aku bagian keluarga ini. Setelah menyembunyikan semuanya, setelah aku terluka, kalian puas?!” Park ahjussi memegang lengan Raekyo, meminta gadis itu berhenti bicara. Raekyo menghapus air matanya dengan kasar, berbicara perlahan pada Park ahjussi lalu pria itu kemudian menggendong Raekyo membawanya pergi dari sana, mungkin ke kamar gadis itu. Meninggalkan Kyuhyun diam pucat pasi berdiri di sana. Melihat hal itu Changmin jadi tidak tega.

                “Kyu…” Changmin menggigit bibirnya, bingung harus berbuat apa. Seolah baru tersadar, Kyuhyun memandang kekacauan yang telah ia perbuat di sana. Perlahan pemuda itu berjongkok berusaha membereskan pecahan-pecahan mangkuk, juga peralatan mixer yang kini hancur berantakan dan sisa-sisa adonan di lantai. Changmin membantu tanpa bersuara sedikitpun. Ia ingin tahu apa yang sedang sahabatnya pikirkan saat ini. Ia tahu bukan dirinya yang dibutuhkan Kyuhyun saat ini. Seolah doanya terjawab, Changmin menoleh ketika dua orang menghampiri mereka dengan wajah kaget yang tidak disembunyikan. Bala bantuan tiba. Leeteuk dan Kibum sudah pulang.

                “Apa yang terjadi di sini?!”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LMoria
#1
Please read my story if you have time <3
LMoria
#2
I hope you will continue this asap <3
LMoria
#3
I love your story omgggg
Awaefkyu1311 #4
Chapter 7: yeayyy cepat skali updatenya... makin kecanduan baca ff ini,. jd sikap Rae dan kyu itu 11:12 ya,. apa jd nya mreka klo kerja sama jahilin kakak mreka..hehee,. aku penasaran sama masing masing rahasia yg mereka,.. smoga bisa update cpet lg heheee...
Awaefkyu1311 #5
Chapter 6: yeaayy update..!!, btw alur'a cepet banget udah 8 bulan kemudian aja..pdahal aku pengen liat interaksi kyu stelah bangun dr pingsannya sma ryaekyo,. terus rahasia mereka masing" gimana? sudah saling terus terang kah??,. lanjut pleasee
Awaefkyu1311 #6
Chapter 5: aduh aku suka bgt smaa ceritanya... tp aku agak kesusahan untuk komen disini, setelah sekian lama akhirnya tau jg cara komen disini,.. knpa gak coba pub di watpadd aja? lebih mudah baca dan kasih komentar'a,.. *saran aja hehehe... ttep smangat lanjut yaaaa... sangat ditunggu...