Enam

Sister Complex

8 BULAN KEMUDIAN

                “Baiklah, kau sudah siap menyatakan cinta? Sebelumnya, mari kita bertanya sedikit dulu, jadi namamu Jaerim? Siapa wanita yang beruntung itu, Jaerim-ssi?” ketika mic disodorkan ke wajahnya, Jaerim hanya tersenyum malu. Wajahnya memerah namun senyum tidak urung reda dari bibirnya.

                “Soeun-ah, saranghae.” Suara pemuda itu terdengar kecil namun berefek luar biasa. Seorang wanita tiba-tiba berlari menaiki panggung, menyingkirkan MC yang berdiri di samping Jaerim lalu memeluk pemuda itu erat. Para penonton di bawah panggung bertepuk tangan dengan riang, mengapresiasi keberanian sang pemuda dan memberi selamat atas respon positif dari sang wanita.

                “Kalau kau mau, kau juga bisa mendaftar untuk menyatakan cinta di atas panggung, Kyu.” Suara cempreng tiba-tiba membuat Kyuhyun berpaling dari acara menyatakan cinta yang dari tadi ia tonton dari pinggir lapangan. Changmin, pemuda tinggi itu nyengir ketika Kyuhyun mendelik padanya.

                “Kenapa tidak kau saja yang mencoba? Kurasa kau akan diterima langsung.” Kyuhyun menatap kembali pada acara yang masih berlangsung di lapangan kampusnya itu. Hari ini hari kasih sayang dan universitasnya mengadakan acara Valentine bersamaan dengan lomba olahraga antar fakultas. Sudah tiga hari ini kampusnya terasa penuh sesak dengan orang-orang dari berbagai universitas. Lapangan olahraga disulap menjadi tempat pertunjukkan dengan memasang panggung dan berbagai dekorasi. Mulai dari band kampus hingga artis dipanggil untuk memeriahkan acara. Entah bagaimana caranya unit mahasiswa di fakultas bisa meyakinkan rektor mereka bahwa kasih sayang juga berhubungan erat dengan sportifitas.

                “Aku tidak mau. Aku yakin aku akan malu karena kau akan menolakku di depan banyak orang.”

                “Kau mau menyatakan cinta padaku?” Kyuhyun melotot horror pada sahabat yang berdiri di sampingnya.

                “Tentu saja. Ke siapa lagi?” Changmin mengedikkan bahunya seolah semua perkataannya memang masuk akal.

                “Yak! Aku tidak mau! Aku tidak homreng! Menjauh dariku Shim Changmin! Jangan pernah dekat-dekat aku lagi!”

                “Yak kenapa jadi kau mengusirku?!”

                “Karena kau homreng!”

                “Aku tidak homreng! Kenapa kau berpikir aku homreng?” Changmin mengelak tidak terima.

                “Kau bilang mau menyatakan cinta padaku!” Kyuhyun balas tidak mau kalah. Pemuda itu bahkan sudah mundur selangkah menjauhi Changmin.

                “Ish dasar bodoh! Kyu bodoh bodoh bodoh!! Aku menyatakan cinta bukan karena aku homreng bodoh! Aku menyatakan rasa sayangku padamu sebagai sahabat! Apa salahnya? Aw! Aw! Aw! Aw! Aw! Kenapa memukulku?!” Changmin melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

                “Kau mengumpat padaku! Aku tidak bodoh dan tidak homreng! Ingat itu!” Kyuhyun mempoutkan bibirnya sambil bersedekap. Ia jelas kesal, sahabatnya itu terlalu polos atau apa. Menyatakan cinta kan hanya untuk pasangan bukan sahabat. Udah salah mengatainya bodoh pula.

                “Aigoo, Kyu, kau itu…”

                “Aku tidak kekanakkan juga!” Kyuhyun memotong cepat. Dia sudah tau jelas Changmin akan mengatainya kekanakkan. Lihat, benar kan, Changmin kini mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

                “Ini untuk Kyuhyun sunbae.” Seorang gadis nampak malu-malu mendekati Kyuhyun. Menyodorkan sebuah cokelat dengan kedua tangannya. Kyuhyun tersenyum lalu menggumamkan terima kasih. Gadis itu segera berlari menjauh, mungkin karena malu. Kyuhyun menghela nafas, lalu memasukkan cokelat berbentuk hati itu ke dalam kantung yang ia bawa dari tadi. Sudah cukup banyak isi kantungnya, hingga kantung itu menggembung. Kyuhyun mengamati kantung yang dibawa-bawa juga oleh Changmin, milik pemuda itu juga sudah sama penuhnya.

                “Kau sudah memberikan cokelatmu?” Changmin bertanya. Ini merupakan bagian dari acara valentine kampus, yaitu memberikan cokelat pada orang yang kita suka, tapi satu orang hanya boleh memberikan satu cokelat. Dan cokelatnya semua sama, dibagikan oleh para panitia tadi pagi. Changmin merogoh sakunya dan memutar-mutar cokelatnya di tangan, “Sepertinya akan kumakan saja punyaku.”

                “Dasar monster! Kau harusnya memberikan pada orang lain. Tidak! Bukan kepadaku juga bodoh! Kalau orang lihat mereka akan bilang apa?!” Kyuhyun segera menolak mentah-mentah saat Changmin menyodorkan cokelatnya. Membuat pemuda ketinggian itu terkekeh karena berhasil menggoda Kyuhyun.

                “Lalu kau, mau kauberikan pada siapa cokelatmu?” Changmin menunjuk cokelat di saku seragam Kyuhyun dengan dagunya.

                “Hem, taun lalu kuberikan pada Bum hyung. Mungkin tahun ini kuberikan lagi padanya saja.”

                “Kibum hyung itu namja! Kau tidak mau terima cokelat dariku tapi kau mau memberikan cokelat pada Kibum hyung?” Changmin berujar tidak terima. Kibum memang seumur dengan mereka namun karena Kyuhyun memanggil Kibum dengan panggilan hyung maka Changmin pun meniru dan sudah menjadi kebiasaannya sampai sekarang. “Mungkin lebih baik kau berikan pada Raekyo saja. Dia kan yeoja lagipula kalian nampak serasi bersama. Wadaw!!!” Changmin meloncat-loncat di tempat sambil meringis, kakinya diinjak secara tidak berkeprimanusiaan oleh Kyuhyun.

                “Raekyo itu adikku bodoh!! Ah tapi benar juga, kuberikan saja padanya.”

                “Yak! Kyu! Tunggu aku!” Changmin terpincang-pincang menyusul Kyuhyun yang sudah pergi begitu saja. Mereka pun mencari ke sekitar kampus, celingak-celinguk ke sana kemari, namun gadis itu tidak juga ditemukan. Kyuhyun berpikir keras, kemarin adiknya itu berkata terpesona pada danau di pinggir gedung fakultasnya, mungkin adiknya ada di sana.

                Menyeret Changmin, Kyuhyun tergesa menuju ke arah danau. Dan benar saja, Raekyo nampak sedang melukis sendirian di pinggir danau. Peralatan melukisnya nampak berserakan di sekitarnya. Kyuhyun nampak berpikir sejenak, agaknya tadi pagi adiknya itu sama sekali tidak membawa peralatan melukisnya di mobil.

                “Rae!” Kyuhyun menghampiri adiknya, “Sejak kapan kau bawa peralatan melukismu?”

                “Kyu oppa? Changmin oppa? Kalian sedang apa di sini? Ah, ini kupinjam dari sunbae di fakultas seni.”

                “Dan dia meminjamkannya begitu saja? Semua peralatan ini? Padamu yang bukan mahasiswa di sini?”

                “Hm-mh. Sebenarnya dengan satu syarat sih, sunbae itu meminjamkanku bila aku memberikan cokelatku padanya.” Raekyo berucap acuh.

                “Jadi kauberikan cokelatmu padanya?” Changmin berucap tidak percaya, “entah dia sial atau tidak.”

                “Apa maksudmu, oppa?” Raekyo tidak terima dibilang sumber kesialan orang lain.

                “Kau itu populer bodoh! Kau dan mahasiswa di universitasmu baru beberapa hari bergabung di universitas kami karena festival olahraga itu, tapi lihat hampir semua namja suka padamu. Mereka bahkan menanyaiku macam-macam tentangmu. Membuatku pusing saja. Nah sunbae itu mungkin saja suka padamu, Rae, bayangkan dia akan memamerkan cokelat pemberianmu pada semua orang. Lalu menurutmu, orang-orang lain yang juga suka padamu akan terima begitu saja? Terutama para namja yang satu universitas denganmu, mereka saja tidak pernah kau beri, ini tiba-tiba anak universitas lain mendapatkannya. Kau pikir mereka akan tinggal diam? Akan ada pertumpahan darah!”

                “Kau itu lebay sekali, Changmin-ah. Tapi kalau benar begitu, kenapa tidak ada yang menanyai Raekyo padaku?” ujar Kyuhyun bingung.

                “Entahlah. Mungkin mereka tidak tahu kau kakaknya.”

                “Hem, bisa jadi. Oh iya, Rae, ini, cokelatku untukmu saja.” Kyuhyun memberikan cokelatnya pada Raekyo. Gadis itu menerima begitu saja, membukanya langsung, lalu melahapnya sampai habis.

                “Gomawo oppa, sejujurnya aku lapar.” Raekyo tersenyum manis.

                “Ck, bersihkan dulu gigimu, Rae! Gigi depanmu penuh cokelat semua!” Kyuhyun tertawa ketika Raekyo dengan malu membersihkan giginya. Raekyo mendelik pada Changmin dengan kesal. Sahabat kakaknya itu memang selalu tidak tahu bagaimana memperlakukan seorang yeoja. Pantas saja Changmin oppa masih jomblo.

                “Jadi, apa yang sedang kau lukis? Danau itu?” Kyuhyun bertanya. “mana coba sini kulihat.”

                “Mmm. Ini? Ini danaunya sebelah mananya ya?” Changmin kebingungan melihat kanvas di depan Raekyo. Kanvas itu masih putih bersih, hanya terdapat sebuah titik hitam besar di tengah-tengah kanvas. “Ah, kau baru mau memulai melukisnya?”

                “Ani, oppa. Ini aku sudah hampir selesai. Tinggal sedikit lagi.” Raekyo menambahkan warna hitam pada titik yang memang sudah hitam itu, gadis itu memundurkan badannya, lalu mendesah puas, “Nah ini baru selesai. Mahakarya. Bagaimana?”

                “Mmmm.” Kyuhyun nampak berpikir sambil melihat dengan serius ke arah kanvas. Pemuda itu mengangguk-anggukan kepalanya masih sambil telihat berpikir keras. Changmin kebingungan. Itu hanya titik di tengah kanvas apanya yang perlu dipikirkan dengan keras? Raekyo menggambar danau, lalu di mana danaunya? Changmin mengucek matanya berharap dirinya bisa melihat apa yang kedua orang di hadapannya itu lihat. Tapi seberapa besar Changmin membuka matanya, tetap hanya ada titik di sana. “Ini bagus sekali, Rae! Kau bisa mengikutsertakan lukisan ini pada perlombaan!”

                “Perlombaan apanya! Ini gambar model apa sih? Di mana bagusnya?” Changmin merebut kanvas dari tangan Kyuhyun lalu memutar-mutarnya dengan bingung. Mau di liat dari sisi manapun itu hanya gambar sebuah titik. Tidak lebih. “Apa ada trik tersembunyi untuk melihat lukisanmu, Rae? Kemarin kau bilang kau melukis gunung, namun hanya titik saja di kanvas. Kali ini pun begitu. Apa ada trik tersembunyi untuk melihatnya? Kalau hanya titik begini sih aku juga bisa. Aku akan jadi pelukis terkenal bila gambarnya begini saja!”

                “Aigoo Changmin-ah! Kau saja yang tidak memiliki jiwa seni! Ini gambar danau terindah yang pernah kulihat! Pesan yang Raekyo ingin sampaikan tergambar dengan jelas.” Kyuhyun kembali merebut kanvas dari tangan Changmin. Mengamatinya sekali lagi bagai kolektor mengamati lukisan langka, lalu mengembalikan pada Raekyo. Gadis itu tersenyum senang lalu menaruh mahakaryanya dengan hati-hati kembali.

                “menurut Changmin oppa gambarku tidak bagus?”

                “Ani, ani. Bagus sekali Rae. Kau memang pelukis handal!” Changmin menyodorkan kedua jempolnya pada Raekyo. Dia takut akan dimangsa Kyuhyun yang sedari tadi sudah melotot padanya.

                “Kau masih mau di sini, Rae? Aku mau mencari Bum hyung.” Kyuhyun menganggukan kepalanya melihat Raekyo menggeleng. Dia pun kembali menyeret Changmin pergi dari sana untuk mencari Kibum. Kyuhyun tersenyum melihat Raekyo kembali sibuk dengan mahakaryanya.

                “Kyu, kau benar melihat danau di lukisan itu?” Changmin bertanya ketika jarak mereka dengan Raekyo sudah agak jauh. “Otakmu tidak tercecer kan? Kalian berdua tidak idiot atau autis atau…”

                “Aku tidak idiot ataupun autis atau bodoh atau homreng atau kekanakkan!” Kyuhyun memberikan deathglarenya pada Changmin, membuat pemuda itu bergidik, “Tentu saja itu hanya gambar titik.”

                “Lalu? Kenapa kau memuji seolah benar-benar melihat danau?”

                “Itu…” Kyuhyun menggaruk kepalanya, “Beberapa waktu lalu aku membaca buku panduan menjadi orangtua di perpustakaan milik ayahku di rumah, di sana dibilang kalau kita harus memuji apapun hasil karya anak kita, untuk membuatnya percaya diri walau hasilnya tidak bagus tapi usahanya harus kita puji. Ini penting untuk tumbuh kembangnya nanti juga untuk perkembangan mentalnya. Kalau kucela, aku takut Raekyo akan tumbuh jadi anak yang kurang percaya diri, minder dan akan gagal dalam hidupnya. Peran orangtua penting loh!”

                “Kyu…” Changmin sweatdrop mendengar penjelasan sahabatnya, dia sampai tidak bisa berkata apa-apa.

                “Apa aku salah? Apa tadi tindakanku salah? Apa aku mendidik Raekyo yang salah?” Kyuhyun mengerjap dengan pandangan polosnya.

                “Tidak, tidak, aku yang salah, aku! Shim Changmin yang salah! Shim Changmin yang bodoh tidak bisa mendidik anak yang sudah masuk kuliah dengan benar. Shim Changmin yang idiot tidak membaca buku panduan menjadi orangtua saat akan menghadapi Raekyo. Shim Changmin yang autis yang tidak tahu bahwa anak seumur Raekyo sekarang masih bisa dididik. Aku yang salah, aku!” Changmin menunjuk-nunjuk dadanya sendiri dengan tangannya.

                “Baguslah kau menyadari kesalahnmu, Changmin-ah. Nanti pulang dari kampus ayo ke rumahku, kupinjami buku panduan menjadi orangtua yang benar itu. Kurasa tidak akan ada yang keberatan buku itu kau pinjam.” Kyuhyun mengalungkan tangannya pada bahu Changmin.

                “Aigoo.” Changmin mendengus kesal. Ia tidak tahu ini Kyuhyun yang kepolosan, Raekyo yang aneh atau memang dirinya yang idiot.

                Yang kedua pemuda itu tidak tahu, Raekyo sedang tertawa sekeras-kerasnya mengingat ekspresi Kyuhyun dan Changmin tadi. Gadis itu memandang lukisan titiknya lalu kembali tertawa, “Dasar duo idiot!”

 

* * *

 

                Kibum menghela nafasnya. Untuk kesekian kalinya ia mengecek jam di pergelangan tangannya, sudah hampir setengah jam ia menunggu adiknya, dan adiknya masih belum juga terlihat batang hidungnya. Adiknya yang mana? Tentu saja kedua adiknya, dua bocah setan, itu sebutannya untuk Kyuhyun dan Raekyo. Kyuhyun yang memang dasarnya nakal dan jahil bak kesetanan dan Raekyo yang mencontoh persis kelakuan Kyuhyun.

                Kibum menyenderkan tubuhnya di pintu mobil, Park ahjussi berdiri diam tidak jauh dari pemuda itu, nampak sibuk dengan ponselnya. Membuat Kibum semakin sebal. Dirinya memang pendiam dan akan memilih tidak berbicara bila dirasanya tidak perlu, namun melihat orang di sekitarnya ikut diam juga membuatnya kesal. Ia sudah terbiasa dengan kecerewetan kakak dan adik-adiknya di sekitarnya, sehingga suasana sunyi seperti ini tidak membuatnya nyaman.

                “Park ahjussi! Berhenti mengetik dan tersenyum bodoh terus seperti itu! Dasar, sudah tua masih mabuk kasmaran.” Kibum menggerutu. Park ahjussi tertawa melihatnya. Pria itu menyimpan ponsel di sakunya lalu menghampiri Kibum.

                “Tuan muda butuh sesuatu?” Park ahjussi diam-diam tersenyum geli. Ia sudah sadar dari tadi pemuda di hadapannya sudah gelisah karena ia diamkan, dan benar saja, Kibum tidak tahan dan mengajaknya ngobrol duluan. Walau obrolannya bernada ketus namun setidaknya Kibum yang memulai duluan. Dasar gengsian.

                “Telepon dua setan itu, suruh cepat ke sini. Mereka tidak tahu apa aku sudah kedinginan di sini.” Kibum bersedekap. Park ahjussi geleng-geleng kepala. Padahal kalau kedinginan kan tinggal menunggu di dalam mobil. Belum sempat Park ahjussi menelepon, sesosok tubuh menabraknya dari belakang. Sepasang lengan melingkari pinggangnya.

                “Nona. Kau mengagetkanku.” Raekyo tertawa pelan, kepalanya menyembul dari balik punggung Park ahjussi. Kibum berdecak, ia sebal dengan kebiasaan adik bungsunya yang satu ini. Gadis itu selalu saja memeluk siapapun dari belakang, tidak perduli gendernya. Kibum tidak masalah Raekyo memeluk hampir semua pelayan di rumahnya seperti itu, tapi kalau Park ahjussi, dia kan namja. Lagipula ada dirinya juga di sini, kenapa gadis itu tidak memeluk dirinya saja?

                “Kau ke mana saja, eoh? Tidak lihat aku kedinginan menunggumu?” Kibum melepas paksa pelukan Raekyo di tubuh Park ahjussi, membuat pria itu tersenyum geli, lalu menarik gadis itu ke sampingnya. Dan tentu saja bagai anak koala mencari induk baru, Raekyo langsung memeluk Kibum dari samping. Tidak mau terlalu kelihatan namun ujung bibir Kibum berkedut, hampir membentuk senyuman puas.

                “Salah oppa sendiri kenapa menunggu di luar mobil. Oppa, kau bawa jaket kan? Kupinjam ya?”

                “kenapa? Kau sakit?” Kibum nampak khawatir. Bukannya menjawab gadis itu segera membuka pintu mobil dan mengambil jaket Kibum yang terlipat rapi di sana. Ingatannya tidak salah, tadi pagi ia melihat Kibum membawa jaketnya ke kampus.

                “Aku baik-baik saja. Oppa aku tidak ikut pulang denganmu, temanku ingin mengantarku pulang ke rumah. Oke? Bye oppa, sampai ketemu di rumah! Ah, aku tidak akan ikut makan malam, jadi jangan menungguku. Aku makan di luar. Bye! Bye ahjussi!” Belum sempat Kibum berkomentar, Raekyo sudah melesat pergi meninggalkan kakaknya. Kibum menoleh bingung pada Park ahjussi namun pria itu tidak memperhatikan karena sedang menelepon seseorang.

                “…Ne, arasso tuan muda.” Park Ahjussi menatap Kibum yang sudah menatapnya dengan pandangan bertanya, “Ah ini dari tuan muda Kyuhyun, dia bilang akan pulang bersama Changmin.” Park ahjussi merasakan bulu kuduknya meremang. Kini Kibum nampak menyeramkan dengan aura hitam pekat menguar dari seluruh tubuhnya. Mood tuan mudanya berubah memburuk.

                “bawa aku pulang!” Tidak perlu disuruh dua kali Park ahjussi segera masuk ke mobil mengikuti Kibum yang juga sudah masuk dan membanting pintu. Pemuda itu kesal, kedua adik yang ditunggunya dari tadi memutuskan seenak jidatnya untuk pulang bersama orang lain ketimbang dirinya. Juga, kenapa dirinya selalu dinomorduakan? Kenapa Raekyo tidak memeluk dirinya lebih dulu? Kenapa Kyuhyun tidak memilih mengabari dirinya lebih dahulu dan malah menelepon Park Ahjussi? Sepanjang perjalanan pulang Kibum hanya diam, membuat Park ahjussi merasakan keinginan kuat untuk membuka pintu mobil dan meloncat keluar. Ia jadi merindukan kehadiran Kyuhyun dan Raekyo di dalam mobil, keduanya pasti dengan mudah membuat suasana jadi menyenangkan. Sedikit meringis Park ahjussi menyadari Kyuhyun dan Raekyo mungkin memang anak setan atau titisan devil tapi Kibumlah raja setannya. Auranya begitu mengerikan.

                “Aku bukan raja setan!”

                “Ne, tuan muda. Tentu saja.” Park ahjussi melotot ngeri, apa Kibum bisa membaca pikriannya? Park ahjussi kini bersenandung perlahan agar bila Kibum membaca pikirannya lagi, Kibum akan mendengar bahwa ia sedang bernyanyi. Pria itu juga berharap agar perjalanan seperti neraka ini cepat berakhir dan tanduk Kibum menyusut kembali masuk ke dalam kepalanya.

                “Apa tanduk tumbuh di kepalaku Park ahjussi?” Mampuslah aku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LMoria
#1
Please read my story if you have time <3
LMoria
#2
I hope you will continue this asap <3
LMoria
#3
I love your story omgggg
Awaefkyu1311 #4
Chapter 7: yeayyy cepat skali updatenya... makin kecanduan baca ff ini,. jd sikap Rae dan kyu itu 11:12 ya,. apa jd nya mreka klo kerja sama jahilin kakak mreka..hehee,. aku penasaran sama masing masing rahasia yg mereka,.. smoga bisa update cpet lg heheee...
Awaefkyu1311 #5
Chapter 6: yeaayy update..!!, btw alur'a cepet banget udah 8 bulan kemudian aja..pdahal aku pengen liat interaksi kyu stelah bangun dr pingsannya sma ryaekyo,. terus rahasia mereka masing" gimana? sudah saling terus terang kah??,. lanjut pleasee
Awaefkyu1311 #6
Chapter 5: aduh aku suka bgt smaa ceritanya... tp aku agak kesusahan untuk komen disini, setelah sekian lama akhirnya tau jg cara komen disini,.. knpa gak coba pub di watpadd aja? lebih mudah baca dan kasih komentar'a,.. *saran aja hehehe... ttep smangat lanjut yaaaa... sangat ditunggu...