Lima

Sister Complex

“Kenapa kau tidak memberitahuku?!” Leeteuk kini berjalan tergesa-gesa menuju lift diikuti Heechul di sampingnya. Sulung keluarga Cho itu panik sekarang. Dengan tidak sabar pemuda itu menekan tombol lift, berharap dengan itu dapat membuat lift datang lebih cepat. Yang ia tahu sekarang ia harus menemui Raekyo, walau ia tidak tahu apa yang akan ia perbuat begitu sampai di depan gadis itu, namun Leeteuk merasa harus melakukan sesuatu.

                “kau tidak bertanya padaku.” Heechul menjawab acuh membuat Leeteuk menggeram.

                “Ini penting! Kau tahu seberapa pentingnya hal itu kalau saja kau punya sedikit saja perhatian padaku dan keluargaku dan juga perusahaan tempatmu bekerja!”

                “kenapa jadi menyalahkanku? Memang kakekmu tidak tahu?” Lift terbuka, mereka berdua tergesa masuk. Kembali Leeteuk memencet tombol lantai yang mereka tuju dengan tidak lembut.

                “Gadis itu juga tidak memberitahuku!! Dia kira semua urusan ini main-main?! Selama ini kau tahu kami menutupi penyakit Kyuhyun kepada semua orang, bahkan pelayan keluarga juga tidak ada yang tahu, menghindari kemungkinan salah satu dari mereka mata-mata yang dikirim musuh-musuh kami. Sekarang aku akan memperkenalkan Raekyo yang berpenyakit disleksia kepada seluruh jajaran pemegang saham, di depan musuh-musuhku! Apa itu masuk akal?!” Leeteuk mulai berteriak marah.

                “hey hey tenanglah.”

                “Bagus, tanpa menunggu instruksiku, kedua adikku juga Raekyo sudah menunggu di dalam ruang rapat. Sial!!” Leeteuk memandang ponselnya geram. Dalam kondisi ini, sudah tidak bisa mundur lagi.

                “Cho Leeteuk! Tenanglah. Calm down, okay? Tenangkan dirimu. Raekyo yang kukenal itu tidak bodoh, gadis itu pasti sudah mempersiapkan semuanya. Kau hanya harus percaya padanya.”

                “Berharap saja saat ini, dia adalah Raekyo yang kau kenal. Karena kalau tidak, dia akan membayar semuanya!” Geram Leeteuk. Heechul hanya memandang sahabatnya, menghembuskan nafas pasrah.

 

* * *

 

                Semua sontak berdiri ketika Leeteuk masuk ke dalam ruangan. Pemuda itu melayangkan pandangnya pada meja panjang yang berjajar di depan. Di sana sudah ada kakeknya, Kibum, Kyuhyun dan terakhir Raekyo. Leeteuk bisa melihat gadis itu nampak gugup. Leeteuk menatap tajam gadis itu, yang dibalas gadis itu dengan bingung, kemudian berjalan ke kursinya di depan. Membungkuk sekilas kepada kumpulan orang, wartawan dan para pemegang saham di hadapannya. Kilat jepretan kamera mulai menerpanya. Leeteuk berusaha tersenyum. Memandang sekilas ke arah Heechul yang berdiri di belakang ruangan, Leeteuk pun membuka rapat besar itu.

                “…. Begitulah ceritanya hingga kami bisa berkumpul kembali dengan adik bungsu kami. Dan kini waktunya, akan kuperkenalkan putri satu-satunya, anak bungsu keluarga Cho, satu lagi pilar yang di masa depan akan berkecimpung mengurus perusahaan kita, Cho Raekyo.” Suara tepuk tangan dan kilat kamera mengiringi saat gadis itu berdiri, menghampiri podium, membungkuk hormat lalu berdiri tegak kembali.

                Raekyo mengamati seluruh ruangan dengan jantung berdetam tidak karuan. Ia ingat ucapan Park ahjussi saat itu, tidak boleh menunjukkan kelemahan, tidak boleh ada kesalahan. Setelah menghembuskan nafas, Raekyo tersenyum. Mengedarkan pandang ke seluruh peserta yang hadir, memastikan semua perhatian kini tertuju pada dirinya. Ia sedikit terkejut melihat kakak sepupu Donghae di belakang ruangan. Namun ia juga bersyukur, kehadiran Heechul membuatnya tidak terlalu kesepian. Mungkin nanti setelah momen ini selesai, ia dapat kesempatan bertanya sedang apa Heechul di sini.

                “Annyeonghaseo, Cho Raekyo-imnida. Saya memang baru ditemukan, saya juga masih dalam tahap penyesuaian diri, namun saya jamin saya akan berusaha sekuat tenaga, memberikan yang terbaik untuk menjadi asset perusahaan yang membanggakan. Mohon bantuannya.” Raekyo kembali membungkuk.

                “Selamat datang Raekyo-ssi. Kami juga mohon bantuannya.” Seorang pria paruh baya berdiri dan tersenyum padanya. Raekyo tidak menanggapi, dia hanya balas tersenyum.

                “Raekyo-ssi, pasti kau senang sekali mengetahui dirimu adalah anggota keluarga Cho yang terhormat. Seperti menang lotere mungkin?” Pria paruh baya lainnya berdiri. Wajahnya terlihat tersenyum meremehkan. “Bagaimana dua hari menjadi seorang tuan putri?”

                Raekyo menatap Leeteuk sekilas, pemuda itu menggeleng perlahan. Meminta Raekyo tidak menanggapi atau terpancing dengan perkataannya. Namun Raekyo malah tersenyum balik pada sang pria itu.

                “Terima kasih atas perhatiannya, Tuan Kang. Rasanya menyenangkan sekaligus mengharukan kembali bersama keluarga saya yang sesungguhnya. Seperti menang lotere? Anda melihatnya seperti itu? Saya benar-benar tersanjung, anda begitu menyanjung tinggi keluarga saya.” Raekyo mengenali pria itu dari profil pemegang saham yang kemarin Leetuk berikan padanya. Tuan Kang juga salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan mereka. Tuan Kang terdiam dengan muka merah padam. Raekyo melihat Leeteuk, Kibum dan Kyuhyun memperhatikannya dengan raut wajah memucat. Sementara grandpa Cho terlihat mengulum senyum diam-diam. Raekyo ingat pesan kakeknya sebelum masuk ke ruangan ini. Jangan pikirkan apapun, jadilah diri sendiri. Maka itulah yang sedang dan akan ia lakukan.

                “Raekyo-ssi, Leeteuk-ssi mengklaim dirimu sebagai salah satu pilar penopang perusahaan kita. Tapi, kau baru dua hari ditemukan, apa kau tahu kondisi perusahaan? Apa kau mengerti?” Seorang pria lainnya berdiri. Leeteuk diam-diam mengepalkan tangannya, gugup. Pertanyaan yang ia takuti keluar juga. “Ada baiknya kalian berempat berdiri di depan, memudahkan kami melihat dengan jelas orang-orang yang akan kami percayai memegang masa depan perusahaan.”

                Raekyo melihat sekilas Kyuhyun memegang tangan Kibum, menahan kakaknya untuk menyanggah. Kening Raekyo berkerut. Ketika melihat Kyuhyun, Raekyo tahu jawabannya. Kakak termudanya itu terlihat tidak sehat. Walau wajahnya selalu tenang dan tersenyum, namun peluh-peluh mulai terlihat di wajahnya. Raekyo tahu kakaknya itu memiliki kulit pucat, tapi hari ini pucatnya tidak sehat. Ia mengalihkan pandang pada pria yang barusan berbicara, ia tahu nama pria itu, Tuan Kwon. Salah satu pria yang terang-terangan menentang keluarganya untuk memimpin perusahaan. Apa tuan Kwon curiga Kyuhyun sedang sakit? Atau memang dia sudah tahu?

                Raekyo tersadar begitu merasakan ketiga kakaknya berjejer di sampingnya. Raekyo melihat Kyuhyun berdiri di antara Leeteuk dan Kibum. Seolah disengaja.

                “Jadi, apa yang anda inginkan melihat kami berdiri berempat di sini, Tuan Kwon?” Suara Leeteuk terdengar tenang. Namun Raekyo tahu pemuda itu tegang. Kibum dengan sembunyi-sembunyi melirik terus kepada kembarannya.

                “Ah, adik bungsu kalian akan menjelaskan pengetahuannya tentang perusahaan. Ada baiknya kalian mendampinginya agar tidak gugup. Kau tahulah, demam pangung pemula. Lagipula daripada kalian bertiga hanya duduk di sana, kulihat Kyuhyun-ssi terlhat bosan bahkan mengantuk tadi.” Itu sindiran, Raekyo menyadarinya. Kibum mengepalkan kedua tangannya di samping tubuhnya.

                “Anda mengetahuinya. Ah, saya ketahuan. Saya hanya bosan dengan pertanyaan tidak bermutu anda sekalian pada adik saya. Dia adalah seorang Cho, dia mewarisi kecantikan legendaris para wanita Cho termasuk juga otaknya. Tentu saja dia tahu benar tentang kondisi perusahaan. Walau hanya dua hari, tapi itu waktu yang kelewat panjang untuk kami para Cho mempelajari sesuatu.” Kyuhyun tersenyum miring. Tatapannya menghujam ke arah Tuan Kwon. Grandpa Cho yang masih duduk di tempatnya semula kembali tersenyum. Satu lagi poin kesamaan dari dua cucunya, Raekyo dan Kyuhyun sama-sama bermulut tajam.

                “Kalau begitu buktikan.” Tuan Kwon menggeram. Pandangannya tajam menusuk ke arah Kyuhyun. Tentu saja dibalas pemuda itu dengan kerjapan polosnya. Kini semua perhatian beralih pada Raekyo.

                Raekyo melangkah ke depan, membiarkan dirinya berposisi lebih maju dari ketiga kakaknya. Gestur tubuhnya terlihat santai walau Raekyo akui jantungnya minta berhenti berdetak. Melihat sikap Kyuhyun tadi, membuat Raekyo lebih berani. Dia sadar orang-orang di hadapannya memang menakutkan. Salah satu katapun bisa menghancurkan semua yang Leeteuk pertahankan selama ini. Mungkin ada beberapa yang baik namun sisanya adalah orang-orang yang memiliki sifat jahat dan serakah. Raekyo sadar mereka akan berbuat apapun mencari kesalahan sekecil apapun untuk menyingkirkan keluarganya. Dan tidak akan Raekyo biarkan itu terjadi. Dengan terkejut Raekyo sadar, walau ketiga kakaknya tidak menyayanginya, namun ia mulai menyayangi mereka. Mereka keluarga kandungnya, tiga orang yang memiliki darah yang sama yang mengalir di tubuhnya. Raekyo ingat kata-kata ayahnya dulu, darah lebih kental daripada air.

                Dan Raekyo memulai presentasinya, berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat namun juga tidak terlalu lambat. Menjabarkan semua yang ia tahu, yang sudah ia hafal di luar kepala. Semua informasi dalam kertas yang Leeteuk berikan sudah tercopy sempurna di otaknya. Ia menjelaskan semua dengan lancar, seolah sudah berkecimpung bertahun-tahun. Leeteuk menatap adiknya terkejut, bahkan informasi-informasi yang tidak ia berikan, bisa Raekyo jelaskan dengan tepat dan benar. Ditambahi bonus gadis itu memberikan kemungkinan-kemungkinan akar permasalahan dari setiap masalah yang terjadi. Raekyo diam-diam tersenyum, ingatkan dia untuk berterimakasih pada Donghae setelah ini.

                Penampilannya terus memukau walau para pemegang saham itu terus menyerangnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Raekyo tidak masalah menjawab semua pertanyaan itu, namun Raekyo menangkap gesture tubuh ketiga kakaknya di belakang. Kyuhyun mulai kepayahan. Gadis itu menebak bahkan untuk berdiri pun Kyuhyun harus mengerahkan seluruh tenaganya. Sekilas Raekyo menangkap Kyuhyun memberikan isyarat pada Leeteuk, pemuda itu sudah di ambang kekuatannya. Kibum otomatis mendekat, membiarkan Kyuhyun bisa bersandar pada tubuhnya. Kyuhyun melakukannya tanpa kentara, namun pemuda itu juga terus berusaha berdiri sendiri, tidak selalu bersandar pada tubuh Kibum. Leeteuk juga mulai gelisah, ia menangkap pesan Kyuhyun dan mulai panik. Sekali di tengah penjelasannya, Raekyo menangkap tubuh kakak termudanya itu limbung, beruntung Kibum menahan punggungnya dengan kuat. Raut wajah Kyuhyun nampak keras, jatuh di depan banyak orang terutama di depan musuh-musuh keluarga mereka sangat ia hindari. Raekyo memutar otaknya, ia harus segera mengakhiri ini.

                “Jadi, Raekyo-ssi, bagaimana kalau kasusnya seperti ini…”

                “Apa besok saya sudah bisa mulai bekerja di perusahaan kita?” Raekyo memotong pertanyaan yang lagi-lagi dilontarkan oleh Tuan Kwon. Sontak semua terdiam memandang gadis itu. Raekyo balas mengerjap polos.

                “Apa maksudmu, Raekyo-ssi. Kau bahkan baru saja masuk kuliah. Kau itu masih lulusan SMA. Bisa apa lulusan SMA bekerja di perusahaan?” Perkataan meremehkan Tuan Kwon membuat Tuan Kang dan beberapa orang lainnya tertawa.

                “Lalu mengapa kalian dari tadi menanyakan pemecahan masalah yang terjadi di perusahaan pada seorang lulusan SMA? Bukankah itu harusnya tugas kalian?”  Raekyo tersenyum membalas pandangan beberapa orang yang tidak suka padanya, “kalau tidak salah agenda rapat hari ini hanya untuk memperkenalkan saya, jadi tuan-tuan kalau kita mau membahas masalah perusahaan lebih dalam lebih baik menjadwalkan agenda rapat lainnya. Ada baiknya kita kembali ke rundown acara kita, bukan begitu? Kita sudah berkenalan, kalian sudah melihat wajah saya. Jadi, apa selanjutnya Leeteuk-ssi?”

                “Ah, ya kau benar. Kita sudah melakukan seluruh rundown acara rapat kita hari ini, walau terjadi sedikit penyimpangan karena beberapa orang. Saya akan menutup rapat besar hari ini. Terima kasih telah datang.” Raekyo berdiri di sebelah Kibum lalu ikut membungkuk hormat bersama ketiga kakaknya. Suara tepuk tangan terdengar diiringi beberapa kilat kamera. Namun kemudian orang-orang pun membubarkan diri. Sebagian besar menyalami Raekyo, memuji penampilan Raekyo tadi, sebagian berbincang dengan Leeteuk, Kibum dan Kyuhyun, namun tuan Kang dan tuan Kwon nampak hanya duduk diam memandangi mereka.

                Raekyo diam-diam meilirik ke arah Kyuhyun. Pemuda itu gelisah sekarang. Kibum juga tidak tenang. Meringis Raekyo menyadari tangan Kyuhyun terkepal begitu erat, menancapkan kukunya begitu dalam, entah untuk meredam kesakitan atau membuat dirinya tetap sadar. Dengan ngeri Raekyo melihat setiap kali Kyuhyun berkedip, matanya nampak sulit terbuka kembali. Sang kakak sudah diambang kesadarannya. Kibum sudah ingin membawa lari adiknya dari sana namun mereka berdua masih saja diajak mengobrol. Raekyo pamit pada pria di hadapannya lalu secepat kilat menuju Kyuhyun. Gadis itu memeluk Kyuhyun dari belakang, melingkarkan tangannya pada pinggang pemuda itu dengan erat, setengah memindah bobot tubuh Kyuhyun pada tubuhnya sendiri.

                “Oppa… Aku haus… Dari tadi bicara terus, minum jatahku sudah habis. Oppa tunjukkan tempat mengambil minumnya padaku, ne, ne?” Raekyo tahu Kibum dan Leeteuk di kejauhan sana menatapnya kaget, begitu pun Kyuhyun. Gadis itu kini mengerucutkan mulutnya melihat Kyuhyun diam saja, “Oppa! Kyu oppa! Ayolaah, oppa jahat sekali. Aku tidak mau dengan Kibum oppa! Aku mau ditemani Kyuhyun oppa saja! Kibum oppa diam saja di sini!” Kibum makin terkejut karena dirinya tidak berbuat apa-apa, dari tadi ia hanya diam.

                “Aigoo, Rae, kau itu manja sekali. Maklum tuan-tuan, anak bungsu. Mereka selalu begitu di rumah. Raekyo sangat dekat dengan kakak ketiganya. Kalau kalian mengijinkan, biarkan mereka pergi mengambil minum. Bagaimana?” Raekyo lega grandpa Cho segera mengerti maksudnya dan membantunya. Dia sudah tidak bisa berakting manja lebih lama lagi. Apalagi tubuh Kyuhyun lumayan berat.

                “Kami paham, tuan Cho. Mereka masih anak-anak. Anakku juga begitu. Si bungsu selalu manja pada kakak-kakaknya. Apalagi Raekyo baru bertemu mereka dua hari ini, pasti rindu sekali. Pergilah.” Pria-pria di hadapan mereka tersenyum maklum. Salah satunya bahkan mengelus kepala Raekyo bak memperlakukan anak kecil. Raekyo tersenyum berterima kasih kemudian menarik setengah menyeret kakaknya berlalu dari sana setelah Kyuhyun juga menggumamkan ijin untuk pamit. Dari ujung matanya, Raekyo melihat Heechul juga keluar dari pintu belakang.

                “Andwaeee..” tepat ketika Raekyo masuk ke dalam ruangan Leeteuk, yang tentu saja ditunjukkan Heechul, tubuh Kyuhyun tumbang sepenuhnya. Mata pemuda itu terpejam, keringat dingin mengucur dari tubuhnya. Nafasnya nampak berat. “Oppa, kita harus memanggil dokter!”

                “Tenang saja kau… Ah itu dia. Cepat tanggap sekali.” Seseorang membuka pintu dengan kasar, pemuda asing keturunan China segera masuk membawa tasnya dan menghampiri Kyuhyun yang masih tergeletak di lantai, setengah badannya dipangkuan Raekyo.

                “Hyung, pindahkan dia dulu.” Heechul mengangguk, mereka mengangkat tubuh Kyuhyun lalu membaringkannya di sofa. Setelah itu dokter itu menyuruh Raekyo dan Heechul menyingkir, membiarkan ia leluasa memeriksa Kyuhyun. Heechul melirik Raekyo yang nampak sangat khawatir.

                “Jangan khawatir, dia itu pemuda yang kuat.” Heechul menepuk kepala Raekyo pelan, “kau jadi anak manja sekarang, eoh?”

                “Chullie oppa meilhatnya?”

                “Tentu saja. Aku memperhatikan kalian semua dari awal. Kau harus diajari sopan santun Rae, tidak ada adik yang memotong perbincangan kakaknya dengan pemegang saham penting di perusahaan hanya demi diambilkan air minum. Setidaknya tidak di sejarah keluarga Cho.”

                “Tidak akan ada yang protes. Mereka akan memakluminya, aku kan baru dua hari di sini, belum sempat belajar sopan santun keluarga Cho.” Raekyo tersenyum miring pada Heechul.

                “Mempelajari perusahaan beserta segala permasalahannya dalam dua hari bisa. Sopan santun tidak bisa. Sangat hebat, Cho Raekyo.” Heechul menjitak kepala gadis itu.

                “Aku tidak kepikiran cara lain, oppa. Kulihat Kyu oppa sudah tidak kuat.” Raekyo memandang Kyuhyun sedih, “kenapa ia begitu keras kepala ikut rapat. Dia kan sedang sakit. Aku tidak tahu dia sakit, kalau tahu aku akan…”

                “Dia tidak punya pilihan, Rae. Dia harus ikut, sekalipun harus merangkak tapi dia harus hadir di rapat besar semacam itu. Sekali ketidakhadiran akan menunjukkan kelemahan. Dan kelemahan itu tidak bagus.”

                “Jadi kami tidak boleh sakit. Betapa manisnya.” Sarkasme. Heechul sadar. Raekyo jago di bidang itu. “Ngomong-ngomong oppa, kenapa kau bisa terlibat di sini? Apa yang kau lakukan di sini? Kau pemegang saham juga?” Raekyo baru sadar.

                “Aku sahabat Leeteuk sejak kecil. Aku sudah lama bekerja sebagai orang kepercayaan Leeteuk.”

                “jadi selama ini kau tahu kalau aku…”

                “Tidak, tidak. Aku baru tahu sehari setelah kau pindah ke rumah keluarga Cho. Leeteuk mengabariku. Selama dua bulan ini aku tidak di Seoul soalnya.”

                “Ehem.” Suara berat menginterupsi keduanya. Dokter itu kini menatap mereka.

                “Dok, bagaimana Kyu oppa?”

                “Dia baik-baik saja. Anak nakal itu memang sedikit memaksakan diri. Untung saja tidak ada sesuatu yang serius. Nasihatku masih sama, dia harus banyak istirahat. Jangan banyak pikiran. Ah, kau maknae baru keluarga Cho ya? Salam kenal, aku Hangeng.” Raekyo membalas salam itu. Dia lega, kakaknya baik-baik saja.

                Sesaat kemudian, kedua kakak Raekyo yang lain menerobos masuk ke dalam ruangan. Panik, mereka saling bersahutan menanyakan keadaan Kyuhyun pada Hangeng, suara Kibum paling keras. Hangeng berhasil membuat mereka berdua diam dengan pelototan matanya, Kyuhyun bisa terganggu istirahatnya, kemudian dokter muda itu menjelaskan bahwa Kyuhyun baik-baik saja. Keduanya bernafas lega. Heechul tersenyum melihat itu. Ia mengamati, Raekyo sudah berpindah duduk di pojok ruangan, gadis itu jadi lebih pendiam. Ia paham sekarang, Raekyo dan ketiga kakaknya masih canggung satu sama lain. Keakraban yang gadis itu tunjukkan di ruang rapat tadi memang benar-benar akting.

                “Raekyo.” Leeteuk menghampiri tempat gadis itu duduk. Raekyo segera menegakkan duduknya, kedua tangannya saling meremat di atas pangkuannya.

                “Maafkan aku oppa. Apa kelakuanku tadi membuat kalian dalam masalah? A-aku tidak bermaksud lancang, aku hanya merasa…” merasa apa? Merasa bisa menyelamatkan Kyuhyun? Merasa Kyuhyun akan pingsan? Merasa Kyuhyun butuh pertolongannya? Raekyo terdiam. Dia merasa bodoh, seharusnya dia tidak sok tahu.

                “Kerjamu bagus di sana tadi.” Di luar dugaan Leeteuk mengelus kepala Raekyo, “Aku, kami semua bangga padamu. Juga, terima kasih sudah menyelamatkan Kyuhyun. Jujur aku juga tidak menemukan cara untuk mengeluarkan dia dari ruang itu secepatnya.”

                “A-aku…”

                “Terima kasih.” Raekyo terbelaklak melihat Kibum berbicara dengannya sambil tersenyum. Raekyo yakin sepenuh hati semua wanita akan bertekuk lutut di hadapan Kibum bila pemuda itu mengeluarkan senyumannya. Namun Raekyo juga yakin, mengenal Kibum dua hari ini, senyum killernya tidak sering bertengger di bibir pemuda itu.

                Heechul dan Hangeng keluar dari ruangan diam-diam. Mereka memberikan waktu ketiga bersaudara itu untuk saling berbincang, tanpa Kyuhyun tentunya yang masih tertidur. Terutama Heechul, ia yakin Leeteuk punya banyak pertanyaan untuk adik barunya itu.

                “benar katamu, Rae. Dua hari ini kami tidak mencoba dekat denganmu. Mulai sekarang kami akan mencoba. Kumohon kau pun begitu.” Kibum menepuk pundak Raekyo membuat gadis itu tersipu. Raekyo tahu Kibum juga menyindir ucapannya kemarin pada pemuda itu.

                “Um, Rae, sebagai langkah awal, karena kita akan semakin dekat, lebih baik buat peraturan dulu bagaimana? Tidak boleh ada rahasia di antara kita. Heechul memberitahuku kau disleksia sesaat sebelum rapat berlangsung, membuat ku jantungan kau tahu?”

                “Disleksia? Kau?” Kibum berkata terkaget.

                “Bisakah kita bicara di rumah, saat Kyu oppa sudah bangun juga? Jadi aku tidak perlu mengulang ceritaku dua kali. Lagipula obrolan kita akan panjang oppa, aku rasa kalian juga harus menceritakan banyak hal padaku. Dimulai dari situ.” Raekyo menunjuk Kyuhyun, “ini langkah awal agar kita semakin dekat kan? Ingat, tidak ada rahasia.”

                Raekyo tertawa ketika kedua kakaknya menatapnya bengong. Dengan ngeri Leeteuk menyadari, adik setannya beranak. Kini Kyuhyun punya sekutu. Adik bungsunya yang ternyata menjiplak persis sifat dan kelakuan Kyuhyun.

                “Kenapa bengong? Kalian tidak mau? Tidak adil, aku harus bercerita kekuranganku, kalian tidak.” Sial, pikir Leeteuk, manyun mereka pun sama. Sementara Kibum hanya berkedip sambil diam, mencoba mempekerjakan otak jeniusnya untuk menyadari bahwa yang di hadapannya adalah Raekyo, adiknya yang lain dan bukannya Kyuhyun.

                “Kelakuanmu di ruang rapat tadi pada Kyuhyun, itu hanya akting kan? Kau tidak beneran manja kan?” Kibum berbicara juga akhirnya.

                “menurut oppa?” Raekyo mengeluarkan evil smirknya. Leeteuk dan Kibum mengerang bersamaan. Dia manja juga.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LMoria
#1
Please read my story if you have time <3
LMoria
#2
I hope you will continue this asap <3
LMoria
#3
I love your story omgggg
Awaefkyu1311 #4
Chapter 7: yeayyy cepat skali updatenya... makin kecanduan baca ff ini,. jd sikap Rae dan kyu itu 11:12 ya,. apa jd nya mreka klo kerja sama jahilin kakak mreka..hehee,. aku penasaran sama masing masing rahasia yg mereka,.. smoga bisa update cpet lg heheee...
Awaefkyu1311 #5
Chapter 6: yeaayy update..!!, btw alur'a cepet banget udah 8 bulan kemudian aja..pdahal aku pengen liat interaksi kyu stelah bangun dr pingsannya sma ryaekyo,. terus rahasia mereka masing" gimana? sudah saling terus terang kah??,. lanjut pleasee
Awaefkyu1311 #6
Chapter 5: aduh aku suka bgt smaa ceritanya... tp aku agak kesusahan untuk komen disini, setelah sekian lama akhirnya tau jg cara komen disini,.. knpa gak coba pub di watpadd aja? lebih mudah baca dan kasih komentar'a,.. *saran aja hehehe... ttep smangat lanjut yaaaa... sangat ditunggu...