Tujuh

Sister Complex

Leeteuk bersandar lelah di kursinya. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya agar akhir pekannya besok ia bisa menepati janjinya untuk mengajak ketiga adiknya berlibur. Tangannya mengurut kepalanya yang terasa pening, melihat angka dan tulisan berjam-jam bukan ide yang baik. Leeteuk melirik jam dinding di ruangan kantornya, ia menghela nafas, sudah telat malam, dirinya melewatkan waktu makan malam bersama keluarganya lagi. Ah lebih tepatnya hari ini dengan Kibum. Adiknya itu tadi sore menelepon dan mengeluh panjang lebar mengenai Kyuhyun dan Raekyo yang katanya menomorduakan dirinya –Leeteuk tidak terlalu paham kenapanya dan mengenai dirinya yang harus makan malam sendirian. Masalahnya kakek mereka sedang pergi ke Australia untuk menjenguk anaknya di sana, paman dari Leeteuk dan adik-adiknya.

                Mengingat percakapan dengan Kibum di telepon membuat Leeteuk tersenyum. Kibum yang pendiam selalu menjadi lebih cerewet bila mengenai adik-adiknya. Leeteuk yang jarang-jarang mendengar Kibum mengeluh dan merengek seperti tadi jadi gemas sendiri. Mau bagaimanapun sudah dewasanya mereka sekarang, adik-adiknya tetaplah baby di matanya. Terutama Kyuhyun, anak nakal itu bahkan kelakuannya lebih kekanakkan daripada Raekyo walau dirinya tidak pernah mengakuinya.

                Tok. Tok. Suara pintu ruangannya diketuk, membuat kening Leeteuk berkerut. Seingatnya Heechul sudah pulang duluan dan sekertarisnya juga sudah ijin pulang duluan tadi. Siapa yang ke ruangannya malam-malam begini? Leeteuk jadi teringat film horror yang Kyuhyun paksa mereka berempat tonton tadi malam, mungkinkah itu arwah gentayangan di kantornya? Leeteuk menepuk pipinya pelan, bukan saatnya memikirkan yang aneh-aneh.

                “Siapa di situ? Ani! Maksudku, masuklah!” Leeteuk buru-buru mengoreksi pertanyaannya. Ia ingat orang-orang yang bertanya siapa di situ pasti berujung mati dibunuh hantu.

                Dengan tegang Leeteuk memperhatikan pintu ruangannya yang terbuka perlahan. Sebuah kepala menyembul dari balik pintu. Leeteuk sudah akan menjerit ketika menyadari gadis berambut panjang itu adalah adiknya, Raekyo. Sedang apa gadis itu malam-malam di kantornya?

                “Oppa.” Suara Raekyo terdengar ragu-ragu.

                “Raekyo? Apa yang kau lakukan di sini malam-malam? Kenapa tidak pulang ke rumah?”

                “Oppa stop!” Raekyo mengangkat tangannya melihat Leeteuk sudah bangkit berdiri hendak menghampirinya. Masih dengan sebagian besar badannya tersembunyi di balik pintu.

                “Wae? Kata Kibum kau diantar temanmu pulang. Ke mana temanmu?” Leeteuk berdiri kebingungan di tempat.

                “Er, temanku ada di sini. Di belakangku. Anu itu, masalahnya, anu, masalahnya adalah. Ehm.”

                “Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” Mata Leeteuk memicing curiga. Tidak biasanya Raekyo bersikap begini dan wajah gadis itu menampakkan raut muka bersalah. “Masuklah, ajak temanmu masuk juga. Kalau terjadi sesuatu ceritakan pada oppa. Oppa akan bantu.”

                “Oppa, Teuki oppa. Janji dulu jangan marah.”

                “Apa kalian berbuat sesuatu? Mencuri? Menabrak? Diskors kampus?” Leeteuk kembali bingung ketika Raekyo menggeleng untuk semua pertanyaannya. “Lalu?”

                “O-oppa. Aku… Aku jatuh.”

                “Jatuh?” Mata Leeteuk terbelaklak sempurna ketika Raekyo dengan penuh keraguan masuk ke dalam ruangannya. Memperlihatkan tubuhnya seutuhnya. Baju dan celana yang gadis itu pakai nampak kotor, bahkan celananya terlihat robek, yang membuat kaget, tangan kanan gadis itu penuh luka baret kemerahan, lututnya juga. Raekyo terluka dan semua lukanya berada di sebelah kanan. Sebuah garis merah melintang di pipi kanan gadis itu. Apa yang terjadi? “Ini, kau jatuh dari mana sampai seperti ini?!”

                “Sakit oppa!” Raekyo mengaduh ketika dengan cepat Leeteuk menghampirinya dan memegang tangan adiknya. Leeteuk mengangkat tangan kanan Raekyo dan melihat telapak tangan gadis itu juga terluka. Semua lukanya masih terlihat baru dan mengeluarkan darah. Dengan ngeri Leeteuk menyadari luka-luka itu semua seperti luka tergesek aspal, bahkan terdapat butiran-butiran pasir di dalam luka-luka itu.

                “Ini kenapa?! Kenapa bisa begini!?”

                “Oppa janji kan tidak akan marah.” Raekyo cemberut, berusaha menarik tangannya namun genggaman Leeteuk mengencang.

                “Anu, Anyeonghasseyo hyungnim. Saya Kang Daniel. Saya temannya Raekyo.” Seorang pemuda tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Pemuda itu membungkuk 90 derajat pada Leeteuk. Pemuda itu tidak kalah kotornya dengan Raekyo.

                “Kau! Apa yang terjadi?! Cepat jelaskan!” Leeteuk memandang tajam pemuda manis di hadapannya.

                “Itu…”

                “Itu oppa, Daniel kakinya tidak kuat menahan jadi kami oleng dan terjatuh.” Raekyo buru-buru memotong ucapan temannya.

                “Rae, kita sudah sepakat akan jujur kan? Begini hyungnim, saat sedang menyetir aku tidak fokus pada jalanan karena asyik bercanda dengan Raekyo, jadi di jalan ada lubang, tidak sempat menghindar kami oleng dan terjatuh. Untung tidak sengebut biasanya, jadi hanya luka-luka lecet biasa. Maafkan aku.” Daniel membungkuk dalam sekali lagi. Pemuda itu menatap Leeteuk takut-takut pasalnya pemuda itu hanya diam saja. Raekyo yang mengerti apa yang terjadi mengigir bibirnya sambil memejamkan mata. Gunung berapi akan meletus.

                “MOTOR??!! KAU MEMBONCENG ADIKKU MEMAKAI MOTOR??!! TIDAK TERLALU NGEBUT?! HANYA LUKA LECET BIASA?!” Benar saja, suara Leeteuk menggelegar bergaung di ruangan yang kosong itu. Raekyo meringis meminta maaf pada Daniel yang kini sedang dibentak-bentak oleh Leeteuk sambil ditunjuk-tunjuk oleh si sulung. Omelan demi omelan terus pemuda itu keluarkan bahkan Leeteuk kini mulai berceramah mengenai keselamatan berkendara. Raekyo kini hanya bisa pasrah ketika ia tidak lepas juga dari omelan Leeteuk.

                Setengah jam kemudian, Leeteuk akhirnya terdiam. Pemuda itu kehabisan nafasnya. Mukanya merah padam. Namun matanya masih melotot mengerikan. Merasa sedikit pegal, Leeteuk menjewer telinga kedua orang di hadapannya dan memaksa mereka duduk di kursi. Ia pun duduk di seberang mereka. Sudah lama ia tidak pernah semarah ini. Pemuda di hadapannya ini dengan berani membonceng motor adik bungsunya, ngebut dan dengan entengnya berkata seolah bukan masalah apa-apa. Apa mereka tidak tahu seberapa berbahayanya itu?

                “Oppa mianhe.” Suara Raekyo terdengar pelan. Kepala gadis itu masih menunduk.

                “Kalian pacaran?” Leeteuk masih memandang tajam keduanya.

                “Tidak oppa” , “Ya hyungnim” Jawaban keduanya yang tidak nyambung satu sama lain membuat Leeteuk mengerutkan keningnya.

                “Kau bukan pacarku!”

                “Apa? Kukira selama ini kita pacaran! Kukira kau memang memperlakukanku berbeda dengan yang lain!” Daniel nampak terluka.

                “Aku menganggapmu hanya teman.”

                “Mwo? Jadi perhatianmu selama ini? Sikapmu selama ini. Apa kau…”

                “DIAM!!!!!!” Bentakan Leeteuk membuat keduanya langsung terdiam, “Kau! Pergilah! Sebelum aku merobek wajahmu, pergi! Jangan dekati adikku lagi! Kau dengar?! Kalau sampai kulihat kalian bersama lagi, atau bahkan membonceng adikku lagi naik motor, hidupmu aka kubuat penuh penyesalan. Mengerti?!” Daniel mengangguk cepat. Tanpa menunggu lama, pemuda itu lari keluar ruangan sama sekali tidak menengok ke arah Raekyo.

                “Cih, pengecut!” Gadis itu mendengus sebal.

                “Diam!! Kau!!” Leeteuk menunjuk Raekyo namun pemuda itu kehilangan kata-katanya. Ia terlalu marah hingga tidak bisa berkata-kata. Raekyo pucat pasi, dirinya tidak pernah menyangka akan melihat Leeteuk semarah ini. Dia memang sengaja datang pada Leeteuk terlebih dahulu daripada pulang ke rumah, ia berharap Leeteuk akan mengerti kondisinya dan akan membelanya bila nanti di rumah Kibum dan Kyuhyun memarahinya. Leeteuk saja sudah menyeramkan sekali, bagaimana dengan Kibum dan Kyuhyun?

                Lama mereka terdiam. Raekyo masih setia memandangi lantai di bawah kakinya sementara tatapan menghujam Leeteuk masih terasa di ubun-ubun kepalanya. Kemudian Leeteuk terlihat keluar ruangan, Raekyo menatap kepergian kakaknya dengan perasaan campur aduk. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana bila Leeteuk meninggalkannya di sini sendirian dan pulang ke rumah?

                Ketika pintu kembali dibuka, buru-buru Raekyo kembali ke posisinya semula. Menunduk menatap lantai. Ia melihat dengan ujung matanya, Leeteuk menghampirinya dengan membawa kotak putih. Pemuda itu duduk di meja, berhadapan dengan Raekyo, membuka kotak putih di sampingnya mengambil kasa dan obat merah di sana. Raekyo mengangkat wajahnya menatap sang kakak. Leeteuk sedang membersihkan luka-luka di tangannya, terasa perih, namun ia bertahan untuk tidak mengeluh. Kakaknya sangat diam, mulutnya berbentuk garis lurus, enggan berbicara. Walau begitu Leeteuk membersihkan lukanya dengan hati-hati dan penuh kelemahlembutan.

                “Oppa mianhe. Aku menyesal. Aku tidak akan mengulangi lagi.” Raekyo tidak tahan lagi. Ia lebih baik dimaki-maki seperti tadi oleh kakaknya daripada didiamkan seperti saat ini. Raekyo menggigit bibirnya, Leeteuk sama sekali tidak menanggapinya. Raekyo berjengit setiap obat merah diteteskan di atas lukanya. Ia ingin menangis tapi takut Leeteuk akan semakin marah. Jadi ia menahannya kuat-kuat.

                Leeteuk membereskan peralatannya ketika selesai, menaruh kotak di atas meja kerjanya, memakai jasnya lalu berjalan ke arah pintu keluar. “Kita pulang.”

                “Oppa.” Raekyo mengejar kakaknya lalu memeluk kakaknya dari belakang. Ia mengeratkan pelukannya ketika tangan Leeteuk berusaha melepasnya. “Oppa boleh memakiku seperti tadi lagi, tapi jangan diam begini.”

                “Rae, aku sudah tidak tahu mau berkata apa lagi.” Leeteuk menghela nafasnya, “Kau tahu seberapa bahayanya yang kau lakukan? Seberapa takutnya aku melihat luka-luka di tubuhmu? Setiap kau berjengit saat aku mengobatimu, itu bagai tamparan untukku. Sebenarnya apa yang kau pikirkan?”

                “Mianhe oppa.” Raekyo menyenderkan kepalanya di punggung kakaknya, “Jangan marah lagi.”

                “Berjanjilah padaku kau tidak akan pernah mengulanginya lagi. Mulai sekarang pulang dan pergi kau harus diantar oleh Park ahjussi, mengerti?” Raekyo mengangguk pasrah, apapun akan ia setujui asal kakaknya tidak marah lagi, “Satu lagi, Hankyung hyung akan memeriksamu di rumah. Aku sudah menmintanya datang malam ini juga. Aku tidak mau resiko ada luka dalam akibat jatuh itu.”

                “Ne.” Raekyo menjawab patuh. Leeteuk menghembuskan nafas sekali lagi lalu menggandeng adiknya pulang.

                Di dalam mobil Leeteuk, Raekyo nampak gelisah. Gadis itu tidak bisa diam di kursinya. Leeteuk melirik diam-diam namun enggan berkomentar. Ia tahu pasti apa yang ada di pikiran gadis itu.

                “Oppa. Oppa mau membelaku?” Tuh kan. Raekyo pasti takut dengan reaksi Kibum dan Kyuhyun bila tahu.

                “Tidak.”

                “Oppa! Jeball! Mereka bisa membunuhku bila kaubiarkan. Oppa mau aku mati mengenaskan? Nanti akan ada deadline di koran, seorang adik mati mengenaskan di tangan kedua kakak kembarnya karena jatuh dari motor.”

                “Salahmu sendiri.” Raekyo merengut. Leeteuk diam-diam menahan tawanya. Leeteuk memperhatikan dengan geli ketika Raekyo mengumpat-umpat tanpa suara ke arah luar jendela. Tidak ada lagi percakapan selama sisa perjalanan. Raekyo semakin tegang ketika mobil mereka memasuki pekarangan rumah. Leeteuk memakirkan mobilnya dengan kasar, membiarkan ban mobilnya berdecit, secara tidak langsung mengumumkan kepulangannya kepada orang-orang di dalam rumah. Raekyo mengutuki kakak sulungnya dalam hati. Niatnya untuk diam-diam masuk ke dalam kamarnya tanpa menyapa kakak kembarnya musnah sudah. Nah benar kan, Park ahjussi kini bahkan sudah berdiri tegap di pintu rumah menyambut kedatangan mereka.

                Raekyo turun dari mobil secepat yang ia bisa. Bahkan sebelum Leeteuk mematikan mesin mobilnya. Mengabaikan Park ahjussi yang melongo melihat luka-luka di seluruh tubuhnya, Raekyo berjalan kencang masuk ke dalam rumah. Berharap Kibum dan Kyuhyun sudah masuk ke kamar masing-masing sehingga malam ini ia aman. Namun harapan tinggal harapan, Kibum melihat tepat ke arahnya ketika ia masuk. Pemuda itu sedang mengambil minum di meja makan, gelasnya berhenti di udara, matanya terbelaklak sempurna, mengamati Raekyo dari atas ke bawah dan sebaliknya. Di sisi lain Kyuhyun juga terdiam mematung di tempatnya, pemuda itu baru saja turun dari tangga. Tidak kalah dengan kembarannya, pemuda itu juga melongo di tempat. Raekyo mengumpat keras, kenapa sih tidak ada yang berjalan baik dengannya hari ini?

                “Good luck.” Suara bisikan menerpa gendang telinga Raekyo. Leeteuk berjalan melewati Raekyo begitu saja. Wajahnya datar namun matanya berbinar jahil. Walau terlihat acuh, namun Raekyo samar-samar mendengar Leeteuk bersenandung pelan. Gadis itu mengumpat kakak sulungnya mati-matian dalam hati.

                “Oppa anyeong.” Raekyo melambaikan tangannya. Dia mendesah kesal, di saat-saat seperti ini ia harus salah mengangkat tangan. Kini luka di telapak tangannya juga terlihat jelas. Kibum dan Kyuhyun masih terdiam. Lalu kemudian mereka berjalan dalam irama langkah sama persis, berhenti tepat di hadapan Raekyo. Wajah mereka berdua nampak menyeramkan. Raekyo menelan ludah susah payah.

                “Jelaskan. Pada. Ku. Apa. Yang. Terjadi.” Keduanya mengucapkan kata per kata dengan jeda yang jelas. Sorot mata keduanya bagai mengeluarkan laser yang bisa langsung membunuhnya kapan saja. Kyuhyun menggertakan giginya, Kibum bahkan sudah menggeram.

                “Aku… jatuh?” Raekyo memberikan senyum terbaiknya, berharap tidak terlihat seperti ringisan. Kedua kakaknya diam tak bergeming, senyumnya tidak mempan pada mereka.

                “Raekyo jatuh dari motor tadi pulang kuliah dibonceng pacarnya karena kebut-kebutan!!” Leeteuk tiba-tiba berteriak dari lantai atas. Raekyo menutup matanya pasrah, tamatlah riwayatnya sekarang. Benar-benar tamat. The end. Ampunilah aku Tuhan atas segala dosa-dosaku kuharap….

                “APA?!!!!!!” ……kuharap Tuhan menerimaku di surga walau aku sudah tuli karena teriakan kedua kakak kembarku yang begitu tepat di telingaku. Amin.

 

* * *

 

                “Tidak ada luka serius. Kau harus lebih hati-hati, mengerti?” Hankyung memasukkan peralatan memeriksanya sambil tersenyum. Raekyo mengangguk sambil mengusap pipinya yang basah. Hankyung menatap gadis di hadapannya dengan tidak tega, sejak kedatangannya sampai selesai memeriksa luka-luka Raekyo, gadis itu terus saja menangis terisak. Sedikit banyak Hankyung tahu dari Park ahjussi, Raekyo habis dimarahi habis-habisan oleh kakak-kakaknya. “Sudah-sudah, tidak apa-apa. Jangan menangis lagi. Mereka hanya khawatir padamu.”

                Raekyo kembali mengangguk. Dirinya masih sesenggukan. Dia juga kesal kenapa air matanya tidak mau berhenti mengalir.

                “Baiklah, aku pamit dulu ya.” Raekyo menggumamkan terima kasihnya lalu mengikuti dokter muda itu keluar kamar. Dia melihat ke bawah, Kibum duduk di sofa, tangan pemuda itu terlipat, raut wajahnya keras. Kyuhyun, pemuda itu mondar-mandir di depan Kibum, umpatan-umpatan keluar dari bibirnya. Sementara Leeteuk duduk tenang jauh dari kedua adik kembarnya. Pemuda itu nampak santai membaca buku. Begitu Raekyo dan Hankyung turun ke bawah, Leeteuk segera menghampiri keduanya.

                “Bagaimana, Han?”

                “Tidak perlu khawatir, hyung. Hanya luka luar dan tidak terlalu dalam. Nanti akan kuresepkan salep agar lukanya tidak membekas.”

                “benarkah?”

                “Ya, hanya saja…” Hankyung melirik Raekyo yang tertunduk di sampingnya, “dia tidak bisa berhenti menangis.” Leeteuk menatap Raekyo dan jadi tidak tega sendiri. “Baiklah, Teuki hyung aku pulang dulu. Ah iya satu lagi, bila nanti malam Raekyo demam, jangan panik, berikan saja penurun demam. Demam itu biasa karena tubuhnya syok pada luka-lukanya. Anyeong Kibum-ah, Kyuhyun-ah, Raekyo-ah.” Hankyung bergidik dan buru-buru pergi melihat aura menyeramkan kedua kembaran itu. Sedikit banyak dia maklum Raekyo bisa sampai menangis seperti itu.

                “Rae, duduklah. Sudah jangan menangis lagi. Kami sudah tidak marah.” Leeteuk menuntun bungsunya untuk duduk di sebelahnya. Leeteuk mengernyit melihat cara berjalan gadis itu, nampak terpincang-pincang. Kibum yang juga melihatnya sudah akan berkomentar namun Leeteuk menghentikannya dengan tatapannya. Pemuda itu mendengus lalu membuang muka. “Sakit sekali?”

                “Ani.” Raekyo menjawab lemah. Satu isakan lolos dari bibirnya.

                “Mianhe, Rae. Kami tidak bermaksud memarahimu namun memang kau ceroboh. Tidak ada lain kali lagi, mengerti?” Leeteuk mengelus kepala maknaenya.

                “Mulai sekarang, kau harus ijin dahulu padaku, mengerti?” Kibum berkata.

                “Padaku juga!” Kyuhyun menimpali. Raekyo hanya kembali mengangguk.

                “Sudah-sudah jangan menangis lagi. Kau belum makan kan? Makanlah lalu minum obatmu.” Leeteuk mengecup puncak kepala gadis itu sekilas lalu berjalan ke kamarnya.

                “Oppa.” Kibum dan Kyuhyun mengernyit bingung melihat Raekyo berdiri di hadapan mereka dengan tangan saling meremat, “Boleh aku makan malam?”

                “Tentu saja boleh. Pertanyaan macam apa itu?” Kyuhyun menjawab bingung.

                “Tadi kata oppa harus minta ijin dulu pada kalian.”

                “Aigoo, kau itu.” Kyuhyun speechless menghadapi adiknya yang kadang-kadang kelewat polos, “Ya ya, makan yang banyak sana.”

                “Apa lagi?” Kibum kini yang bersuara ketika dilihatnya Raekyo berbalik kembali kepada mereka.

                “Boleh minta Kibum oppa menyuapiku makan dan Kyuhyun oppa menemaniku makan? Tanganku sakit oppa, telapak tanganku terluka, aku tidak bisa memegang sumpit.” Raekyo menunjukkan telapak tangannya ke hadapan kedua kakaknya. Ia meluncurkan jurus ekspresi anjing terbuangnya. “Aku juga akan sering tersedak bila makan sendirian. Kalau aku tersedak lalu sesak nafas lalu mati karena tidak ada kalian di sekitarku untuk menolong, memang kalian tidak akan menyesal seumur hidup?”

                “Aigoo, dasar manja! Kajja!” Raekyo tersenyum senang, mendadak moodnya berubah. Gadis itu merangkul kedua kakaknya lalu berjalan dengan riang ke arah meja makan.

                Di lantai atas, Leeteuk mengamati kejadian barusan dengan tersenyum lebar. Mengamati tingkah laku ketiga adiknya membuatnya terhibur. Pandangannya meredup membaca ulang lembaran kertas di tangannya. Semua tulisan di kertas ini bagai mimpi buruk yang jadi nyata. Leeteuk kini memandangi Raekyo di bawah sana, gadis itu tertawa lebar bersama Kibum dan Kyuhyun. Leeteuk bertekad akan menghabiskan waktunya bersama dengan adik bungsunya selama ia bisa. Sehingga ketika harinya tiba, Raekyo akan memasukkan mereka sebagai bahan pertimbangannya juga. Kibum-ah, Kyuhyun-ah, biarkan hyung yang menanggung semua saat ini, kalian percaya pada hyung kan? Jadi jangan marah nanti. Rae, apapun keputusanmu nanti, oppa pasti akan dukung, oppa hanya ingin kau bahagia. Tapi, bolehkah untuk sekali ini saja oppa egois?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LMoria
#1
Please read my story if you have time <3
LMoria
#2
I hope you will continue this asap <3
LMoria
#3
I love your story omgggg
Awaefkyu1311 #4
Chapter 7: yeayyy cepat skali updatenya... makin kecanduan baca ff ini,. jd sikap Rae dan kyu itu 11:12 ya,. apa jd nya mreka klo kerja sama jahilin kakak mreka..hehee,. aku penasaran sama masing masing rahasia yg mereka,.. smoga bisa update cpet lg heheee...
Awaefkyu1311 #5
Chapter 6: yeaayy update..!!, btw alur'a cepet banget udah 8 bulan kemudian aja..pdahal aku pengen liat interaksi kyu stelah bangun dr pingsannya sma ryaekyo,. terus rahasia mereka masing" gimana? sudah saling terus terang kah??,. lanjut pleasee
Awaefkyu1311 #6
Chapter 5: aduh aku suka bgt smaa ceritanya... tp aku agak kesusahan untuk komen disini, setelah sekian lama akhirnya tau jg cara komen disini,.. knpa gak coba pub di watpadd aja? lebih mudah baca dan kasih komentar'a,.. *saran aja hehehe... ttep smangat lanjut yaaaa... sangat ditunggu...