TWO

Lost In Love
Please Subscribe to read the full chapter

AUTHOR POV

 

"Oppa."

Jiyong mendengar seseorang memanggilnya. Ia pun menoleh ke arah pintu dan yeoja cantik bernama Choi Sulli tengah berdiri di ambang pintu, membawa setumpuk buku-buku perpustakaan.

Sejenak ia melihat Dara tak bergerak ditempatnya dengan ekspresi yang sulit dipahami, sebelum akhirnya kembali sibuk dengan peralatan melukisnya.

"Changkanman, Sulli-ah." Jiyong tersenyum sekilas.

Namja itu berjalan mendekati lukisannya, ditelitinya sebentar lalu menuliskan judul di bawahnya.

 

- Lost-

 

Senyuman lebar tiba-tiba tersungging begitu saja dari bibir merahnya. Jiyong menutup kembali lukisannya dengan kain putih dan menyimpan itu di dalam loker kelas.

Sulli masih menunggunya, begitu juga Dara. Sahabatnya masih sibuk membereskan seluruh peralatan melukisnya, lalu beranjak pergi tanpa menoleh sedikitpun.

Jiyong mengernyitkan dahi, ia jelas melihat tingkah ganjil Dara yang sangat sering aneh setiap kali Sulli ada di sekitarnya. Pikirannya menerawang sejenak, mulai menyadari bahwa sejak awal ia bercerita tentang "yeojachingu"-nya kepada Dara, ia selalu saja mengubah ekspresi wajahnya menjadi panekuk dan terlihat sangat tidak bersemangat.

"Ada apa dengannya, paling tidak seharusnya dia berpamitan padaku",pikir Jiyong.

-----
 

"Oppa, apa tadi itu Dara eonni?" tanya Sulli saat mereka berdua berjalan menyusuri koridor.

"Oo. Yeppoji?" Jiyong memasukkan kedua tangannya ke saku celana sambil tersenyum lebar.

DEG

 

Sulli menghentikan langkahnya, lalu menghadap ke arah Jiyong.. mengamati wajah namja yang terlihat bahagia itu.

"Mm.. yeppo. Apa kalian, sudah bersahabat cukup lama?" tanyanya lagi sembari mensejajarkan posisi di samping jIyong.

Namja itu memandang lurus ke depan, pikirannya menerawang mengingat masa lalu. "Kurang lebih 3 tahun, sejak awal masuk sekolah ini. Dia sangat pendiam, kau lihat kan tadi?" Jiyong tersenyum. "Ah. Sulli-a, bukankah ini masih jam pelajaranmu?"

Sulli menunduk, tanpa Jiyong sadari Sulli sedang menahan perasaan sakit di hatinya. Karena ia tahu, karena ia tidak bodoh untuk tahu dan menyadari arti senyuman Jiyong sejak tadi.


Ia sudah lama tahu.


Namun terlalu takut untuk kehilangan.

Ia hanya...belum siap untuk melepaskan.

 

Perlahan Sulli mendongak dan menatap wajah Jiyong, berusaha agar bersikap wajar.

"Ini." Sulli mengangkat sedikit beberapa buku yang ada di tangannya. "Aku hanya baru kembali dari perpustakaan. Setelah ini kelasku kosong,oppa. Aku hanya ingin membaca semua ini." Jawabnya sambil tersenyum lebar.

Jiyong pun mengacak rambutnya pelan, "Eih. Kau sudah cukup pintar, Sulli. Jangan membuat dirimu terlalu cinta pada buku-buku itu."

Sulli tersenyum, memandang langsung tepat ke manik mata Jiyong

"Oppa."

"Hm?"

"Kau mencintaiku, kan?" tanya Sulli.

Jiyong terpaku. Namun segera menarik Sulli ke dalam pelukannya.

 

 

Dulu, sesuatu hal telah memaksanya untuk menyayangi gadis ini. Sulli adalah anak tunggal dari salah seorang kolega bisnis sekaligus sahabat ayahnya. Sulli adalah teman kecil Jiyong yang dahulu selalu ia jaga. Jiyong menyayanginya, namun sayang, perasaan itu..hanyalah sebatas perasaan sayang seorang oppa terhadap dongsaengnya.

 

Tidak bagi Sulli.
 

Jiyong pun tau, ia sudah lama tahu bahwa yeija itu telah mencintainya sejak kecil. Jiyong selalu bersikap wajar, berusaha untuk tidak memberikan harapan lebih.
Hingga..
 

Flashback

Sulli berusia 7 tahun saat itu, ketika ia dan keluarganya harus pindah ke New York karena urusan pekerjaan. Itulah terakhir kalinya Jiyong melihatnya. Dan seiring berjalannya waktu, Jiyong pikir bahwa suatu saat bila mereka bertemu lagi Sulli mungkin akan mengerti bahwa perasaannya itu bukanlah cinta.
 

Namun sekali lagi, tetap tidak bagi Sulli.
 

Suatu ketika, Jiyong dan keluarganya mendapat kabar bahwa Sulli mengidap leukimia. Yeoja itu bersikeras kembali ke Korea karena sangat merindukan Jiyong.
Di hari itulah, di Rumah Sakit itu, disaat Sulli tengah berbaring lemah dengan selang-selang infus yang menempel di tubuhnya. Ia berkata, "Oppa. Taengida.. Neoreul mannasseo." (syukurlah, aku bertemu denganmu)

Jiyong lantas duduk di samping ranjang dan meraih tangan lembutnya sembari tersenyum. "Geurae. Na yeogiisseo. Cepatlah sembuh, ng?"

"Oppa.." Air matanya pun bergulir turun.
Dengan cemas Jiyong segera mengusapnya.

"Wae? Eodi appa?" (kenapa? ada yang sakit?)

Sulli menggeleng. "Aku ingin sembuh."

"Kau pasti sembuh, Sulli. Kau gadis yang kuat, geji?" Jiyong tersenyum menenangkan.

"Saranghae. Saranghae, oppa. Geurigo..mianhae. A-apa aku begitu salah?"

Jiyong terkejut sesaat, ia tidak pernah menyangka bahwa pada akhirnya perasaan itu masih ada. Perasaan itu masih.. tertuju untuknya.

"Aniya..." Jiyong memejamkan mata.

"Oppa, maukah kau menjadi.. namjachinguku? Aku membutuhkanmu." Sulli kembali meneteskan air mata. "Jebal."

Flashback End


 

Sejak saat itulah, sejak peristiwa satu tahun yan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
GGGRRR #1
Wah fanfic Indo, fighting authorim :D