ONE

Lost In Love
Please Subscribe to read the full chapter

AUTHOR POV

 

 

"Selamat pagi !"

"Ah, selamat pagi Dara" balas Jaejoong yang sedang sibuk dengan penggorengannya.

"Kenapa kau bangun terlambat? Apa kau lupa menyalakan alarm lagi?"

"Ne, oppa. Ah, cham! kenapa kau bangun sepagi ini? Kau tidak biasa bangun pagi!" kata Dara mengerucutkan bibirnya.
Jaejoong tersenyum sambil mengangkat pancinya lalu meletakkan omelet di atas piring Dara.

"Habiskan makananmu. Aku tidak ingin terlambat lagi. Dan... ya. Aku hanya sedang ingin bangun pagi saja hari ini , hanya untuk memastikan bagaimana keadaan yeodongsaeng-ku setelah melupakan mimpi buruknya tentang Jiyong." Jaejoong menaikkan alisnya, memungut apel di atas meja lalu beranjak pergi,meninggalkan Dara yang hanya bisa membuka mulutnya dengan ekspresi tak tercaya.

"Ku tunggu kau di mobil."

"Ya! Park Jaejoong! Kau saudara kembar yang buruk dalam menghibur! Dan juga cerewet!" Dara sedikit berteriak, namun Jaejoong sudah terlanjur menghilang di balik pintu.

Ia mendengus pelan, mengiris omeletnya lalu memasukkannya ke mulut.
Tiba-tiba ingatannya menerawang, kembali pada 3 tahun silam dimana ia bertemu dengan Jiyong untuk pertama kalinya..

 

Flashback

'YG Seoul Art & Music' High School.
Sekolah menengah atas spesialis seni dan music, adalah sekolah elite di Seoul dan hanya menjadi tujuan orang-orang tertentu. Disitulah ia dan Jaejoong bersekolah. Park Sandara dan Park Jaejoong, keduanya merupakan cucu pemilik perusahaan besar YG Corporation, Yang Hyun Seok.

Dara pandai bernyanyi, pandai menari, dan juga pandai memainkan piano dengan sangat baik hingga membuat banyak laki-laki jatuh cinta pada pesonanya, - pada cantiknya paras yang dimilikinya, karismanya, dan semua tentangnya.

Dara hanyalah gadis biasa.
Dia bukanlah gadis yang supel dan memiliki banyak teman, meskipun banyak yeoja di sekolah yang mengaguminya. Dara juga bukan gadis yang suka berbicara banyak bahkan hanya untuk sekedar bergosip tentang pria. Bukan juga gadis yang suka memamerkan harta dan aksesoris seperti banyak gadis lainnya. Dara hanya berbeda, dan dia sudah seperti itu sejak ia kecil. Sejak kedua orang tuanya, Park Yoo Jin dan Yang Mi rae meninggal dalam kecelakaan pesawat saat perjalanan ke Amerika untuk urusan bisnis, well.. call it "traumatic".

Semenjak itulah, keadaan mengharuskannya dan Jaejoong untuk hidup di bawah pengasuhan Kakek mereka.

Dara rapuh, dan penyendiri. Jaejoong lah letak kekuatannya, kapanpun ia merasa sakit, kapanpun ia merasa sedih. Jaejoong selalu ada disisinya. Ia saudara kembarnya yang berati juga belahan jiwanya. Hingga hari itu datang seorang pria bernama Kwon Jiyong yang perlahan memberikan warna dalam hidupnya.

Musim Gugur, 2010.


Setiap jam istirahat, Dara selalu menghabiskan waktunya di taman belakang sekolah. Dimana hamparan rumput hijau membentang di hadapannya, memberinya ketenangan. Duduk di bawah pohon rindang yang besar dan teduh, mendengarkan lagu melalui ipod kesayangannya. Selalu.

"Hei" Dara mengerjap-ngerjapkan matanya, memandang ke sekitarnya untuk mencari si pemilik suara.

"Jeogi.. apa kau juga sering datang kemari?Sandara-ssi?" Dara menemukannya.


Ia mendongak untuk melihat wajah sang pemilik suara, si pemilik suara yang indah itu. Dara tak menyangka, akan ada orang lain yang mengetahui tempat ini selain dia dan Jaejoong.

"Hm, nuguseyo? Maaf apa aku mengenalmu?" kata Dara masih dengan memegang salah satu sisi earphone-nya.

"Ani, aku yang tahu siapa kau. Sandara Park, siapa yang tidak tahu?! Kau cucu pemilik sekolah, geraechi? [terkekeh pelan, lalu duduk di samping Dara] Kwon Jiyong-ieyo. Bangapda.." balas Jiyong dengan senyuman lebar hingga kedua matanya tenggelam, sambil mengangkat tangan menunggu Dara membalasnya.

Waktu serasa berhenti.
Dara mengamatinya, namja dengan rambut putih silver dan berponi tipis, tersenyum dengan sangat manis seperti anak kecil dihadapannya.

Tampan.


Aroma tubuhnya yang lembut dan maskulin menghipnotisnya sesaat. Membuat oksigen terasa tercekat di tenggorokannya. 

"Ne, bangapda.." balas Dara dengan suara pelan, mengulurkan tangannya.

Keheningan kini menyelimuti mereka selama beberapa waktu.

"Kurasa ini takdir." Kata Jiyong memecah keheningan.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
GGGRRR #1
Wah fanfic Indo, fighting authorim :D