FOUR

Lost In Love
Please Subscribe to read the full chapter
(Author POV)

  



 

Malam itu hujan turun sangat deras, rintik-rintiknya menyapu bening kaca dihadapannya. Jam telah menunjukkan pukul 11 malam, gadis itupun memilih untuk beranjak dari zona nyamannya di sudut cafe lalu berjalan keluar, diiringi bunyi denting lonceng pintu cafe yang menggema nyaring.

Udara malam kota Seoul yang semakin lama semakin dingin, membuat gadis itu kembali merapatkan jaket beludru merah jambu-nya . Sambil menyelipkan rambutnya di belakang telinga, ia mendongak menatap pekatnya malam yang dihiasi oleh rintikan hujan.

Sandara Park, sedang berdiri diam memeluk tubuhnya di depan sebuah cafe bernuansa Itali di kawasan Seogyo-Dong.
Malam itu, entah mengapa ia merasa sangat bosan dirumah sehingga memutuskan untuk berjalan-jalan. Tentu saja, Jaejoong sangat ngotot melarangnya untuk pergi sendiri.. namun Dara jauh lebih keras kepala dari yang ia pernah bayangkan sejak mereka lahir.

Dara melirik jam tangan berulang kali lalu mengutuk dirinya dalam hati karena nanti ia harus siap mendapat omelan panjang dari oppanya karena pulang terlalu malam.

"Ah.. aku tidak membawa payung. Eotokkhae? Oppa pasti marah.." Ia meraih tas kecilnya dan mencari handphone di dalamnya.

"Andwae.. aish. Baterainya habis!" Dara menghentak-hentakkan kakinya kesal setelah menatap layar ponselnya.

Kemudian ia mengamati sekitarnya, banyak pasangan yang sedang bermanja-manja menikmati keberamaan mereka -yah, tentu, ini menjelang tahun baru, dan sudah pasti suram bagi Dara untuk membayangkannya. Bahkan beberapa gadis dari pasangan-pasangan itu kini terlihat cekikikan dan bergelayut manja di lengan namjanya sambil sesekali berbisik-bisik -mungkin, menceritakan bagaimana ia menghabiskan waktu selama 2 jam lebih untuk berdandan, atau mengatakan bahwa "aku sangat bahagia,oppa!"

Aah, menggelikan.


 

Dara menghela nafas, sesaat ia kembali teringat kejadian beberapa hari lalu saat ia dan Jiyong berpelukan di taman belakang sekolah. Dan, ia hampir saja mengungkapkan perasaannya. Ia menunduk, bersyukur karena ia tidak melakukannya.

Jangan.
Tidak sekarang.

Ia milik Sulli, dan Dara menghargai mereka.

Rintik hujan perlahan menghilang, hujan sudah mereda sekarang. Senyuman kecil tersungging di bibir indahnya. Itu artinya, ia bisa berjalan pulang dengan perasaan lega walaupun dengan setengah tergesa.

........

 

Baru beberapa saat ia berjalan melewati barisan pertokoan di Seogyo-Dong yang cukup ramai, pandangannya terkunci pada sosok yang sangat dikenalnya dari kejauhan.

"Ji.." ucapnya spontan.

Laki-laki itu terlihat tengah berdiri di pinggiran jalan -bersandar pada besi pembatas, sambil menyesap minumannya yang ia genggam di tangan kanan, tangan kirinya dimasukkan ke dalam satu sisi saku mantelnya.

Dara mendekat, perasaannya bercampur aduk dan seulas senyum terlukis kembali di wajahnya.

Jiyong sedang menatap lurus ke seberang jalan tempat ia berdiri, mengamati beberapa boneka kelinci yang berjajar rapi. Sesekali ia tersenyum. Entah, apa yang sedang dipikirkannya.

"Hey, Ji." Ucap Dara yang kini telah berdiri disampingnya. Laki-laki itu sontak menoleh, namun langsu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
GGGRRR #1
Wah fanfic Indo, fighting authorim :D