FIVE

Lost In Love
Please Subscribe to read the full chapter

(AUTHOR POV)

 

Kini mereka duduk saling berhadapan di balkon lantai 3 rumah Dara di kawasan elite Mapo-gu. Jiyong nampak resah dan ragu ditempatnya, sesekali matanya melirik Dara di hadapannya, mencari waktu yang tepat untuk benar-benar menceritakannya.

Terdengar suara Dara yang sejak tadi mendengus pelan, menunggu suara Jiyong yang masih memilih diam dan menunduk.. memainkan ujung jarinya dengan gelisah.

"Ji? Jadi apakah yang akan kau ceritakan?" ucap Dara memecah keheningan di antara mereka.

Jiyong mendongak, lalu menghembuskan nafas, "Ini tentang aku dan Sulli, Dara."

"Apa yang terjadi, Ji?" kini Dara duduk sedikit lebih tegak dan meraih tangan kiri Jiyong.

"Sulli mengidap leukemia, sejak kira-kira 1-2 tahun yang lalu."

Dara menutup mulutnya, terkejut. "Astaga, Ji! Lalu apa yang kau lakukan di jalanan tadi bila Sulli kini sedang membutuhkanmu disisinya?"

"Dara-ya, aku sudah bilang padamu bahwa aku tadi bersamanya. Aku menemaninya di rumah sakit. Lalu aku ingin mencari udara segar diluar, itu saja." Balas Jiyong,kini dengan ekspresi lelah. Dara meluluh,

"Ji.."

Jiyong tetap diam memandang manik mata Dara.

"Kau pasti sangat menyayanginya.." ucap Dara lirih, namun cukup keras untuk Jiyong mendengar kalimat itu. Ia tersenyum getir.

"Entahlah, Dara-ya.."

"Apa maksudmu?"

"Kau ingat? Satu tahun yang lalu saat aku bercerita padamu tentang kehadirannya dalam hidupku?"

Dara diam, diam karena ia masih bisa mengingat kejadian itu dengan jelas, saat dimana awal patah hatinya itu terjadi. Dan itu sakit. Sangat menyakitkan.

"...Kau tau kan, Dara? Sulli adalah anak tunggul tuan Choi, sahabat appaku. Sulli juga adalah teman kecilku yang dulu pindah ke New York. Aku.. aku tidak pernah menganggapnya lebih dari seorang dongsaeng, Dara.." lanjut Jiyong menatapnya. Dara mengerutkan kening tidak mengerti.

"Aku dan keluargaku mendapat kabar tentang kepulangan Sulli kembali ke Korea saat itu, namun ia dalam keadaan sakit. Seperti sekarang. Eomma Sulli bilang padaku bahwa Sulli sudah mengidap penyakit itu seja satu tahun belakangan ini, dan dia bilang dia menginginkanku. Itulah sebabnya ia ingin kembali ke Korea. Untukku."

Dara merasakan sakit di hatinya. Lagi. Namun ia tetp tegar menatap pria di hadapannya ini, melihat ekpresi yang tidak ia mengerti. Ekpresi Jiyong adalah ekspresi seseorang yang memilki banyak beban di hatinya.

Beban yang sangat ingin ia lepaskan.

Namun Dara belum memahami apa yang ada dalam hati Jiyong, dan ia sangat ingin meringankan beban pria itu. Memeluknya, menenangkannya walaupun hanya dengan satu kalimat, 'semuanya akan baik-baik saja.' Ya. Dara sangat ingin Jiyong mengerti bagaimana ia mencintainya sebesar dan sesederhana itu.

"Ji.. Sulli sangat mencintaimu, angeurae?" senyum tipis terbentuk di bibir Dara. "Kau harus menjaganya, lihat? Dia kembali untukmu, Jiyong-ah. Kau, kau harus membantunya untuk segera sembuh."

 

Hening

 

"...Aku memang menyayanginya, Dara."

Dara memaksakan seulas senyum.

"Tapi aku tidak mencintainya. Aku..mencintai orang lain."

Jawaban Jiyong membuatnya membeku dalam satu detik. Dara terpana, tidak mengerti bagaimana harus bersikap dan menanggapi. Entah. Entah apa maksud sebenarnya dari ucapan JIyong barusan.

Tapi.. tatapan itu. Manik mata itu, seolah meyakinkan Dara bahwa ucapan Jiyong ditujukan untuknya. Sama seperti saat ia mengatakan kalimat yang serupa di tempat rahasia mereka.

Mereka sama-sama terdiam, menatap satu sama lain dalam keheningan..seolah hanya keheninganlah yang memberi dua orang itu jarak untuk saling meraih, memahami, menerobos dinding kasat mata mereka dan mengubah keadaan agar perasaan mereka dapat tersampaikan.

***

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
GGGRRR #1
Wah fanfic Indo, fighting authorim :D