Kenyataan

I Hate(Love) You!

 

I Hate Love You

words : 3915

 

 

 


 

 

 

 

Changmin menghela napas panjang. Ia sudah menunggu sekitar 20 menit tetapi si brengsek mesum itu belum datang juga. Padahal tadi pagi Yunho sendiri yang mengingatkan Changmin akan rencana mereka sore ini. Pake segala bilang kalau mereka  bakal nge-date pula! Huh, kalau bukan karena mama yang menyuruh Yunho mengantar Changmin untuk membeli jas dan segala macam tetek bengeknya juga ia malas pergi bersama Yunho.

Dijamin sih, si musang itu pasti sekarang sedang mengalami hangover berat, kalau ia semalam pergi ke bar dan pulangnya sampai membawa wanita segala. Dasar lelaki bodoh. Coba di sekitar bar yang ia datangi tadi malam ada semacam orang iseng yang ngefoto Yunho dengan wanita itu lalu dipost di internet? Bisa hancur rencana  yang sudah ia susun capek-capek dan pastinya, kerelaan Changmin untuk ikut main di sandiwara ini akan menjadi sia-sia.

Ia sekali lagi melihat jam tangannya. Ck, Yunho nyebelin emang. Lihat saja, lewat dari 30 menit Changmin akan mengirim pesan bahwa ia tidak jadi pergi dengan Yunho, Lebih baik ia pergi sendiri daripada ia harus menunggu jemputan begini. Memangnya Changmin itu ceweknya Yunho? Oke, oke, memang ia pacar palsunya tetapi kan tetap saja! Cemberut, Changmin meng-unlock hape barunya.

Bukan main memang ya keluarga Jung itu. Enggak tanggung-tanggung, dia langsung dibelikan Samsung Galaxy S8! Keluaran paling baru, warnanya juga warna kesukaan Changmin, hitam. Atau bahasa kerennya, matte black. Kemarin saat hapenya baru sampai (barangnya dikirim langsung ke rumahnya, atas perintah Nyonya Jung, kata si kurir) Changmin sampai  harus menelpon Kyuhyun dulu untuk belajar cara pakainya. Maklumlah, dia selama ini kan pakai blackberry Gemini keluaran pertama. Jadi agak sedikit kaku kalau disuruh pakai hape semacam android ini.

Layaknya hape baru, masih kosong dan belum terisi apa-apa, hanya saja di dalam kontaknya sudah tercantum nomor Yunho, Kyuhyun, Siwon, ibunya Yunho, eomma, bahkan sampai ayahnya Yunho juga ada disitu. Memang di gallerinya ada satu foto selfie manusia menyebalkan itu yang sedang berpose sok ganteng, tetapi sudah Changmin hapus jadi yah, sekarang sudah kosong lagi.

Dengan iseng ia membuka-buka music playernya dan—loh, ternyata sudah ada banyak lagu di-download disini. Semuanya album band kesukaan Changmin, mulai dari Coldplay sampai DBSK. Tau darimana si Yunho tentang lagu-lagu favorit Changmin? Ah sudahlah. Sekarang kan dia jadi punya sedikit kerjaan selama harus menunggu si mesum itu. Lagipula Yunho kemana sih?! Sudah 28 menit nih Changmin nungguin dia. Huh, calon CEO yang tidak tepat waktu seperti dia akan menghasilkan pegawai-pegawai yang tidak tepat waktu juga. Wong bosnya suka telat gitu kok.

 

 

 

 

“Hai nerd, udah lama nunggu ya?”

 

 

 

 

Changmin hampir saja menjatuhkan hapenya ketika suara baritone itu datang dari samping kirinya. Dengan cepat ia menengok untuk memelototi manusia ngaret ini, tambah lagi Yunho hanya tersenyum sok polos kepadanya. Ugh, ia merasa makin pengen menabok pacar palsunya itu. “Enggak, aku baru aja selesai nonton serial drama Emergency Couple, jadi kau gak lama-lama banget kok.” Changmin berkata dengan sarkasme level tinggi. Yunho hanya membalas dengan dengusan geli yang makin membuat Changmin kesal.

“Ayo, nanti kita kemalaman pulangnya. Sekarang sudah jam setengah 6 nih.” Changmin mendelik sebal mendengar perkataan Yunho. Dia juga tau kali, kalau sekarang itu sudah setengah 6. Kan yang menunggu selama 30 menit itu dia, bukan Yunho. Terus dia bilang takut kemalaman? Hah, siapa suruh ngaret banget datangnya!

“Iya, iya, kau gak usah ngomong juga aku udah bisa baca pikiranmu Shim Changmin. Maaf aku terlambat selama 30 menit. Tadi aku ketiduran. Kepalaku sakit gara-gara semalam. Dan ya, memang salahku sendiri karena aku pergi ke bar dan minum-minum lagi. Jadi simpan saja kata-kata teguranmu itu nerd. Aku tak mau omelanmu menambah sakit kepalaku. Tolong dikurangi sedikit kebawelanmu sore ini.” Yunho berjalan duluan kearah mobilnya yang diparkir tepat di depan pagar rumah Changmin.

“Lagipula kau kan sudah punya hape. Bisa saja kau mengirim sms kepadaku atau bahkan menelponku supaya aku bisa datang lebih cepat. Cobalah pakai sedikit kepintaranmu itu nerd.” Sialan. Sudah datangnya telat banget, dateng-dateng ngagetin orang, malah dia yang ngomel! Katanya kepalanya sakit, tetapi dia masih bisa ngoceh sebanyak itu. Changmin jadi ragu akan sakit kepala yang katanya sedang diderita Yunho. Lagipula sudah dari pagi ia beristirahat, masa iya sampai sekarang ia masih hangover? Minum apaan si brengsek ini tadi malam sampai efeknya gak hilang-hilang sampai sekarang?

Changmin hanya menggelengkan kepalanya dalam diam. Ia masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh Yunho (sungguh, Changmin bisa buka sendiri pintunya), langsung memakai seatbelt dan menyenderkan punggungnya ke jok mobil. Ia bertekad kalau ia tidak akan tidur sampai ke tempat tujuan mereka nanti, karena ia sadar bahwa hampir separuh peristiwa tak menguntungkan yang terjadi kepada dirinya itu dikarenakan ia suka tertidur di dalam mobil ert Jung ini.

Changmin juga malas meladeni orang yang sedang setengah hangover begini. Yunho yang sadar sepenuhnya saja sudah mesum bukan main, apalagi Yunho yang sedang berada di bawah pengaruh alkohol? Bisa gawat beneran buat Changmin nantinya. Jadi lebih baik ia terjaga sampai mereka berada di tukang jahit langganan keluarga Jung itu.

Changmin melempar pandangannya ke luar kaca jendela mobil. Wah, langitnya mendung sekali...Nanti malam pasti hujan deras. Duh, Changmin tidak bawa payung pula. Semoga si mesum ini bawa payung yang cukup lebar untuk mereka berdua. Ia sedikit menggigil ketika hembusan udara dingin dari AC mobil menerpa tubuhnya yang hanya memakai sehelai kaus. Memang sih, kaus yang ia pakai saat ini adalah kaus lengan panjang, tetapi kausnya tidak termasuk tebal juga. Celananya juga hanya selutut. Bisa dibilang, Changmin salah perhitungan ketika ia memilih baju tadi.

“Kau kedinginan ya?” Suara baritone itu lagi-lagi menyapa telinganya. Changmin hanya mengedikkan bahunya, merasa malas untuk menjawab pertanyaan retoris macam itu. “Please deh ya, Min, punya mulut kan? Dari tadi aku ngomong gak disahutin.” Changmin mengangkat alis mendengar nada suara Yunho yang sangat sinis, tambah lagi nama panggilan yang sedikit tidak biasa itu. “Min?” Changmin mengulangi nama panggilan itu dengan nada mencemooh. Seenaknya saja manusia ini menyingkat-nyingkat namanya seperti itu.

“Changmin itu kepanjangan. Kalau kupanggil Changminnie lebih panjang lagi. Disingkat Minnie, nanti kayak Minnie Mouse. Kupanggil Chwang, nanti kamu protes karena itu adalah nama panggilan orang-orang terdekatmu. Apalagi Chwangminnie. Itu nama panggilan dari Ibumu kan? Jadi ya kupanggil Min aja. Singkat, padat, jelas. Tidak terlalu intim, tetapi tidak terlalu formal juga. Memangnya kau mau kupanggil nerd terus setiap saat?” Yah, perkataan Yunho ada benarnya juga sih. Changmin juga ogah dipanggil nerd terus menerus.

“Terserah kau saja.” Yunho menoleh ketika Changmin akhirnya membuka mulutnya untuk membalas Yunho dengan 3 buah kata. Dari tadi ia hanya dihadiahi anggukan, gelengan, bahu yang naik turun, dan hm dengan bermacam-macam intonasi yang berbeda. Memang ia meminta Changmin untuk tidak cerewet tetapi yang seperti ini sih agak keterlaluan juga. Yunho merasa seperti ngomong sendiri tahu. Smirking, ia mengedipkan sebelah matanya kepada Changmin.

“Akhirnya kau ngomong juga. Kenapa kau diam sekali? Oke, memang aku tadi meminta kau untuk tidak terlalu bawel tapi gak seperti ini juga kali. Aku berasa ngobrol sama patung.” Yunho berkata dengan santai. “Aku tidak mau menambah sakit kepalamu karena ocehanmu sendiri yang tiada habisnya itu, jadi aku diam saja.” Changmin membalas dengan sama santainya, tetapi Yunho masih bisa mendengar nada sewot khas seorang Shim Changmin. “Awww, apa kau khawatir kepadaku, Min-ah? Tenang saja, aku sudah tidak sakit kepala kok sejak engkau menuruti perintahku dengan baik untuk tidak cerewet. Kau patuh sekali hari ini. Good boy.”

Dan Yunho menyeringai penuh kemenangan ketika deathglare yang lagi-lagi khas seorang Shim Changmin ditujukan kepadanya. Benar-benar, jika seandainya deathglare itu bisa membunuh orang, mungkin saat ini Yunho sudah tercincang habis tak tersisa. Bukannya merasa takut, Yunho malah merasa semakin bersemangat untuk menggoda namja manis di sampingnya ini.

“Apakah kau sepatuh ini dalam urusan ranjang? Hm, berarti kau ini seorang submissive ya. Aku jadi penasaran...” Yunho menoleh tepat pada saat wajah Changmin berubah merah akibat perkataannya yang agak sedikit nyeleneh. Otomatis ia langsung mendengus geli ketika rona merah yang menghiasi wajah nerd ini menyebar sampai ke leher dan telinganya. “Isi otakmu memang tak pernah jauh dari hal seperti itu.” Usaha Changmin untuk terlihat cuek agak sedikit gagal karena wajahnya yang sedang blushing berat. “Aww, kau memang sangat mengerti aku.” Yunho menaikkan satu sudut bibirnya sambil fokus kembali ke jalanan.

Hening menyelimuti mobil itu, hanya terdengar lagu yang mengalun pelan dari stasiun radio yang dipilih Yunho. Changmin tahu betul lagu ini. Lagunya Martin Garix dan Dua Lipa itu memang merupakan salah satu lagu favorit Changmin akhir-akhir ini. Tanpa sadar kepalanya ikut naik turun ketika bagian chorusnya datang. Dan ia pun tidak sadar, bahwa ada sepasang mata musang yang sesekali menoleh kepadanya dengan sebuah senyum kecil yang tersungging di bibir tebal itu.

Yunho hanya bisa tersenyum kecut ketika ia menyadari bahwa sesuatu yang kecil itu, yang dari kemarin mengganggu pikirannya, yang ia yakini dengan sangat bahwa sesuatu itu akan hilang jika ia melakukan kebiasaan lamanya, masih ada dan semakin lama semakin membesar sedikit demi sedikit tiap kali ia berada di dekat si nerd jangkung ini. Dan parahnya lagi, ia tidak bisa menjauhi Changmin sepenuhnya karena rencananya yang belum berhasil itu. Konsekuensi rencana ini ternyata jauh lebih besar dari yang Yunho kira semula.

Setelah mereka sampai di tukang jahit, Changmin bergegas keluar dari dalam mobil yang suasananya awkward itu. Huh, serba salah juga dia kalau seperti ini. Dia tidur, nanti dia diganggu terus sama Yunho. Dia tidak tidur, dia harus tahan dengan kondisi suasana yang agak tidak nyaman selama perjalanan. Serius, entah Yunho sedang memikirkan apa tapi Changmin mulai sadar ketika mereka sudah setengah perjalanan tadi, bahwa si calon pewaris Jung Enterprise itu suka sekali menoleh ke arah Changmin.

Hal ini menyebabkan Changmin merasa canggung. Ia tidak tahu bagaimana ia harus bereaksi karena ia tahu jika ia menanyakan mengapa Yunho sering menengok ke arahnya maka suasana akan menjadi lebih awkward lagi. Oke, mungkin saja Yunho sedang ngeliatin spion samping kan? Walaupun agak sedikit keseringan dan arah pandangannya itu ke Changmin tapi...yah, mungkin saja kan? Menghela napas, Changmin menunggu Yunho untuk mematikan mesin dan mengunci mobilnya, lalu mengekor di belakang Yunho ketika memasuki butik yang lumayan besar ini.

Dari eksterior dan interior bangunannya, Changmin sudah tahu bahwa sang tukang jahit yang memiliki butik ini adalah orang yang sangat ahli dalam bidangnya, sehingga ia dapat mempunyai butik yang semegah ini. Sudah pasti pula bahwa harga jas dan segala macamnya disini akan melebihi gaji eommanya dalam sebulan. Heh, dasar orang-orang kaya  kurang kerjaan. Pakai baju saja harganya harus diatas jutaan. Nih, kaus dan celana Changmin ditambah saja tidak lebih dari 10.000 won kok.

“Aku tahu bahwa kau tidak pernah datang ke butik elit seperti ini tetapi tolong jaga ekspresimu. Kau terlihat sangat bodoh dan norak.” Lagi-lagi, suara Yunho menyela pikiran Changmin yang sedang sibuk ngejduge gaya hidup para orang-orang kaya ini. “Maaf, aku hanya sibuk berpikir mengapa orang sepertimu bisa menyembunyikan segala macam kebodohan itu dibalik jas-jas mahal ini.” Sebuah senyum manis muncul di bibirnya untuk beberapa detik, sebelum ia menghilangkannya dan memutar bola matanya dengan bosan. Geraman singkat dari Yunho menyatakan bahwa ia berhasil melaksanakan usahanya untuk merendahkan Yunho.

“Baiklah, tunggu pembalasanku, Min-ah.” Yunho menyeringai kecil sebelum ia meraih tangan ramping milik si nerd, memberikan kecupan di punggung tangannya dan menyelipkan jari-jarinya di antara jari-jari panjang nan indah itu. Ia dari tadi menyadari bahwa sang pemilik butik sedang memperhatikan mereka dari dalam butik, dan karena Jaekyung noona adalah teman baik ibunya, maka ia harus menambahkan sedikit romantisme dalam kegiatannya mengganggu Changmin. Sekarang saja lelaki tinggi ini sedang mengerjapkan matanya dengan bingung, tetapi setidaknya mengerti bahwa seseorang sedang mengawasi mereka berdua. Dengan langkah bergegas ia membuka pintu butik sambil menarik tangan Changmin.

“Selamat datang, Yunho. Ibumu tadi sudah menelepon. Dan, ah, apakah ini pacar barumu? Yang katanya berhasil meluluhkan hatimu yang berupa batu es itu?” Sahabat baik Ibunya ini menyambut mereka dengan ramah, walau Yunho dapat merasakan tatapan menyelidik yang sedang ia tujukan kepada nerd di sampingnya. “Halo, Jaekyung noona. Lama tak bertemu.” Yunho berkata dengan sopan. Dia memang agak tidak suka dengan wanita ini, yang sebaya dengan ibunya tetapi masih sangat berjiwa muda. Dia bahkan diminta untuk memanggilnya dengan sebutan noona! Ck, kalau bukan teman baik ibunya juga Yunho ogah melakukannya.

“Annyeonghaseo, Shim Changmin imnida. Senang bertemu anda, erm, Jaekyung-san...?” Suara Changmin yang pelan dan takut-takut membuatnya menolehkan kepala. Sebuah senyum yang agak kaku menghiasi bibir tipis nerdnya ini, pertanda bahwa ia juga merasakan tatapan menghakimi Jaekyung noona. “Halo, Changmin-ssi. Wah, kau manis sekali ya. Ternyata tipe Yunho yang seperti ini.” Jaekyung tertawa kecil sambil menjabat tangan Changmin yang tidak digenggam Yunho. Ugh, ia tidak suka cara Jaekhyung noona mengatakan “tipe Yunho seperti ini”. Kesannya sangat...merendahkan Changmin.

“Baiklah, Changmin-ssi. Ayo kita ukur badanmu dulu. Kata Nyonya Jung jas dan kemejamu harus pas di badan.” Yunho dengan sedikit tidak rela melepas genggaman tangannya ketika Changmin pergi mengikuti Jaekyung noona ke ruangan lain. Huh, memangnya kenapa sih kalau Changmin diukur disini? Kan Changmin tidak akan buka baju juga. Kalaupun memang harus buka baju yasudah. Toh Yunho berstatus sebagai pacarnya. Yah, walaupun hanya sebagai pacar palsu. Menghela napas ia segera duduk di sofa yang berada di ujung ruangan. Semoga saja tidak makan waktu lama, pengukuran badan si nerd itu. Ia malas jika ia harus menunggu seorang diri begini.

Yunho mengeluarkan hapenya dari dalam saku. Seketika sebuah notification baru muncul di layarnya, dengan “Horse Face” tertera sebagai nama pengirimnya.

 

 

Horse Face

Yunho-ah, apakah kau sedang bersama dengan Changmin?

 

 

Me

Ya, ada perlu apa kau dengannya?

 

 

Horse Face

Dengarkan aku baik-baik, musang bodoh. Baru saja aku mendengar rencana jahat Chaeyoung untuk menyakiti Changmin. Mulai sekarang jaga baik-baik anak itu, oke? Jangan sampai dia lepas dari pengawasanmu. Kalau perlu suruh ia dan ibunya pindah ke apartemenmu. Kau tahu sendiri bagaimana gilanya Chaewon kan? Jangan ambil resiko.

 

 

DEG.

 

 

Yunho hampir saja mengumpat keras ketika ia membaca pesan dari Siwon itu. Sial. Belum ada seminggu dan Chaeyoung sudah merencanakan sesuatu. Terlebih Siwon sampai menyuruhnya untuk mengawasi Changmin secara ketat. Itu berarti Chaeyoung tidak main-main. Dan lagi, Siwon menyuruhnya untuk memindahkan Changmin dan eommanya pindah ke apartemennya, berarti rencana Chaeyoung akan melibatkan nyonya Shim. Brengsek!

 

 

Me

Rencana apa? Kau dengar darimana?

 

 

Horse Face

Nanti ku ceritakan. Kapan bisa bertemu? Ajak Changmin sekalian.

 

 

Me

Besok bisa sih sebenarnya. Tapi akan kutanyakan dulu kepada Min-ah.

 

 

Horse Face

Ok. Dan ingat, jaga dia baik-baik, Yunho.

 

 

Me

Iya, horse face. Thanks for telling me that.

 

 

Horse Face

Don’t call me horse face, idiot. Aku serius.

 

 

Yunho memutar bola matanya ketika ia membaca pesan terakhir itu. Kalau ada orang yang membaca pesan mereka dari tadi, maka kemungkinan besar orang itu akan bertanya-tanya, sebenarnya yang berstatus sebagai pacar Changmin itu siapa sih? Huh, memangnya Siwon ada hubungan apa dengan Changmin, sehingga ia terdengar sangat kuatir sekali dalam semua pesan singkatnya tadi. Menggelengkan kepala, Yunho berusaha menyingkirkan pikiran itu dari dalam pikirannya. Ya, ia tahu, ia barusan terdengar sebagai pacar over protektif yang cemburu buta kan?

 

“Nah, Yunho, pacarmu sudah selesai diukur. Harus kuakui untuk seorang lelaki ukuran pinggangnya sangatlah...ramping. Apalagi dia setinggi ini. Traktir ia makan sebanyak mungkin, Yun. Supaya dia menambahkan sedikit lemak dan otot di badannya ini.” Jaekyung noona mengedipkan sebelah matanya sambil mendorong Changmin ke arahnya dengan pelan. Yunho menaikkan alisnya ketika ia menyadari bahwa Changmin sedang blushing berat, rona merah wajahnya bahkan menyebar sampai ke dekat tulang belikatnya, dan mungkin sekali menyebar sampai ke dadanya jika saja tidak tertutup t-shirt yang sedang dipakai si nerd itu.

“Dia ini memang gampang merasa malu ya? Tadi aku hanya menyinggung sedikit soal bagaimana pria melakukan seks dengan sesama pria dan ia masih merah sampai sekarang!” Tawa kecil Jaekyung noona tampaknya makin membuat Changmin malu, karena nerd itu buru-buru menyembunyikan wajah di balik telapak tangannya sambil mengeluarkan erangan kecil. “Ah, baiklah, aku akan berhenti menggoda pacarmu. Maafkan noona ya, noona hanya bercanda. Nah, Yunho, semuanya akan jadi sekitar sebulan lagi. Dp 50% sudah dikirim Ibumu tadi. Jadi ada baiknya jika kau sekarang pergi kencan dengan pacarmu. Baru jam 7 kok.”

Yunho mau tak mau tersenyum geli ketika Changmin lagi-lagi mengeluarkan suara kecil dari balik telapak tangannnya.

 

Cute. Ugh, sial. Mulai lagi kan kau, pikiran bodoh.

 

“Baiklah kalau begitu. Kami permisi dulu ya, noona.” Yunho sebisa mungkin menahan intonasi suaranya agar terdengar tidak geli. “Changmin, ayo.” Ia menarik lengan si nerd itu yang ternyata masih sempat untuk membungkuk serta memberi salam kepada Jaekyung noona, meskipun jelas terlihat bahwa ia masih malu. “Kamu tak apa-apa baby? Mukamu merah sekali.” Gampang bagi Yunho untuk memainkan peran sebagi pacar perhatian ketika Changmin sedang dalam kondisi begini. Sebuah erangan membalas pertanyaannya dan ia terkekeh pelan.

“Aduh, Min-ah, dasar anak perawan. Masa begitu saja kamu sampai seperti ini. Kamu mau latihan denganku, supaya lain kali kamu tidak merasa overwhelmed seperti ini?” Yunho menyeringai jahil ketika kedua mata bambi itu muncul dari balik telapak tangan Changmin, memberikan deathglare yang malah terlihat imut karena semburat merah yang menghiasi pipi nerd itu plus bibir tipis yang membentuk pout kecil, kemungkinan besar tidak disadari oleh pemiliknya bahwa ia sedang pouting dengan begitu lucunya.

“Berisik. Ayo cepatlah, aku ingin segera pulang. Aku malas berada disini.” Changmin cemberut sambil mengibaskan tangan Yunho yang masih memegangi lengannya, membuat Yunho mengedikkan bahu dan bergegas membuka kunci mobil. “Kata siapa kita akan pulang, Min-ah? Kau tadi kan dengar sendiri kata Jaekyung noona. Ini baru jam 7, bukankah lebih baik kita pergi kencan dulu?” Yunho berkata ketika Changmin sudah memakai seatbelt, menaik turunkan alisnya ketika wajah Changmin langsung berubah keruh.

“Apa-apaan sih? Tidak, aku tidak mau pergi kencan. Antar aku pulang. Tolong.” Nada suara Changmin mengindikasikan bahwa dia sedang tidak mood untuk bermain-main, tetapi Yunho dengan santai menghidupkan mesin mobilnya, tak menghiraukan seruan protes Changmin ketika ia tidak belok ke arah mereka pulang. “Sebentar saja temani aku makan ya? Lagipula kau pasti belum makan sore. Segera setelah kamu berhenti merona merah kulitmu menjadi agak pucat. Jadi diamlah dan ikut aku makan. Jangan banyak protes. Bukankah Ibu akan curiga jika aku tidak mengajak pacarku yang manis ini untuk pergi menghabiskan waktu berdua walau hanya untuk makan?”

Yunho tersenyum penuh kemenangan ketika Changmin mengeraskan rahangnya, kemungkinan berusaha keras untuk menahan rasa marah yang mulai membara. “Terserah. Tapi kita hanya makan, dan bangunkan aku jika aku tertidur nanti. Aku benar-benar malas jika harus mengalami kejadian seperti kemarin-kemarin. Salahku memang karena aku gampang tertidur di dalam mobil, tetapi setidaknya kau bisa menjadi seorang manusia sekali saja dan tidak mengerjaiku.” Begitu sewotnya nada bicara si nerd  ini, Yunho tidak bisa menahan untuk memutar bola matanya.

“Baiklah. Ada lagi yang bisa saya kerjakan, princess?” Hanya dengan satu kalimat itu Yunho sudah bisa membuat Changmin merasa tambah kesal, tetapi tidak ada balasan dari namja jutek itu. Ia melirik ke arah Changmin yang wajahnya menghadap ke jendela, menyadari bahwa si nerd keras kepala ini agak sedikit...menggigil pelan. Wah, jangan-jangan dia sedang sakit? Yunho memfokuskan kembali pandangannya ke jalanan tetapi ia sama sekali tidak bisa melepaskan pikirannya dari ide bahwa Changmin sedang sakit.

Menggeram pelan, ia menginjak remnya secara tiba-tiba. Pekikan kaget dari sampingnya  mengisyaratkan dia untuk bersiap menghadapi umpatan dari si nerd dan ia membuka mulutnya duluan. “Kau sakit? Tubuhmu menggigil.” Ucapannya terbukti mampu membuat diam Changmin yang malah melongo. “Lihat, tanganmu pucat sekali. Wajahmu juga. Kalau kau memang sakit, bilang padaku. Aku memang seorang yang berhati dingin tetapi aku masih manusia. Sepenting-pentingnya rencana ku lebih penting lagi untuk membuat kau tetap hidup.” Dengan serius ia menyibak poni tipis di dahi Changmin dan meletakkan tangannya. Hm, tidak panas...

“Aku...baik-baik saja kok. Hanya sedikit kedinginan...” Jawaban lirih dari si nerd membuatnya menghela napas lega, menghilangkan segala prasangka buruk yang tanpa sadar terbentuk di dalam pikirannya. “Kedinginan? Kenapa tidak bilang dari tadi sih? Kan kamu bisa minta kecilkan AC-nya kepadaku. Berbahaya tahu. Apalagi kamu sampai pucat begini. Lagipula masa kamu bisa kedinginan hanya karena AC mobil? Badanmu memang sedang kurang sehat sepertinya, Min-ah.” Yunho dengan tegas menegur manusia terpintar di kampusnya ini.

“Maaf ya, tetapi keadaan badanku tidak ada hubungannya denganmu. Kita hanya dua orang asing yang saling membenci tetapi harus bekerja sama satu sama lain karena kau pikir ini adalah rencana hebat, untuk berpura-pura sebagai pacar palsu! Jadi tolong, jangan bersikap seakan-akan kau peduli kepadaku, Jung Yunho. Aku paling benci manusia yang bermuka dua sepertimu.” Nada keras dari Changmin sama sekali tidak diprediksi oleh Yunho, yang merasa seperti ditampar ketika kalimat itu kembali dikatakan di hadapannya.

Changmin benar, mereka memang hanya dua orang asing yang saling membenci tetapi harus bekerja sama satu sama lain. Sial, sudah dua kali ia melakukan sesuatu yang bodoh seperti ini. Waktu itu saat di restoran juga. Bodoh. Jung Yunho bodoh! Dengan membisu ia melepaskan hoodienya dan melemparkannya ke Changmin. “Pakailah. Aku tahu kau melihatku sebagai orang brengsek yang tidak punya hati, tetapi seperti yang kukatakan tadi, aku masih manusia. Dan ya, kau benar, kita hanya orang asing yang terpaksa bekerja sama. Terimakasih sudah mengingatkanku, Shim Changmin.”

Tanpa memastikan Changmin sudah memakai hoodienya atau belum, Yunho menginjak gas dan memfokuskan seluruh perhatiannya ke jalan. Sudah kepalang tanggung jika ia ingin memutar balik, lagipula si nerd ini butuh menghangatkan dirinya. Dengan menggertakkan gigi, Yunho menancap gas lebih dalam lagi, menginginkan agar mereka cepat sampai ke tujuan. Tersenyum kecut, ia melirik namja manis di sampingnya ini, dalam hati mulai menyesali pilihannya dalam mengkasting pemeran utama lainnya untuk rencananya itu.

Baru sekitar empat hari yang lalu ia berpikir bahwa Changmin adalah orang yang tepat untuk “membantunya” melakukan rencana besarnya itu, tetapi sekarang ia sudah mengutuk keputusannya sendiri. Entah apa yang dilakukan nerd ini kepadanya. Kurang dari seminggu dan Changmin sudah bisa membuatnya kehilangan kontrol akan perasaannya. Bukankah ini miris? Sang pewaris tunggal Jung Enterprise yang terkenal akan ketampanan dan kemampuannya dalam ranjang sedang merasa bimbang karena seorang pria yang membencinya.

Ia melirik sekali lagi ke arah Changmin. Well, setidaknya namja itu mau memakai hoodienya Yunho. Lihat kan, ini berarti Changmin memang benar-benar merasa kedinginan. Kalau tidak mana mungkin ia mau memakai barang Yunho yang diberikan kepadanya ketika mereka sedang berargumen seperti ini? Dasar nerd bodoh. Jika ia tiba-tiba pingsan kan Yunho juga yang repot. Ia memelankan mobil ketika warung yang ia tuju mulai terlihat di belokan jalan. Tempatnya memang tidak memungkinkan untuk memarkir mobil, jadi mereka harus parkir di supermarket terdekat dan melanjutkan dengan jalan kaki.

Changmin kelihatan bingung ketika ia memarkirkan mobil, walau ia mengikuti Yunho keluar dari mobil tanpa bertanya-tanya. Yunho tidak melewatkan bagaimana tubuh Changmin menggigil di udara malam walaupun sudah memakai hoodienya. Menggeleng pelan, Yunho meraih tangan Changmin dan menekuk alisnya ketika ia merasakan bahwa keduanya sedingin es. Ia mendecakkan lidah ketika Changmin langsung berusaha menarik tangannya dari genggaman Yunho, memberikan tatapan yang menyatakan peringatan dalam diam.

Dengan satu tangan ia mengeluarkan hotpack dari dalam sweaternya. “Pegang ini. Jangan banyak protes, atau kucium kau. Nah, ayo jalan. Sebentar lagi kau akan makan makanan yang bisa menghangatkan tubuh jadi bersabarlah dan usahakan jangan pingsan.” Yunho langsung menggenggam tangan Changmin yang tidak sedang memegang hotpack darinya itu, bergegas menyusuri jalan hingga sampai ke warung di dekat tikungan itu. “Ini warung fishcake terenak di seluruh Korea Selatan, asal kau tahu.” Ia menoleh ke Changmin untuk mempersilakan dia masuk. “Makan yang banyak. Minum kuahnya sampai tandas. Kita tak akan pulang sampai suhu badanmu kembali ke normal.” Changmin hanya menggerutu pelan ketika ia didorong masuk ke dalam tenda pedagang kaki lima ini.

Setelah menyapa bibi pemilik warung, Yunho mengambil tempat duduk di samping Changmin yang sedang menatap sekitarnya dengan tatapan penasaran. Baru saja ia akan membuka mulutnya untuk mengomentari wajah-anak-hilang yang Changmin tunjukkan, sebuah suara menginterupsi keinginannya itu.

“Wah, oppa, kebetulan sekali kita bertemu disini!” Yunho segera menengok ke asal suara yang terdengar familiar itu.

 

.

 

Ia dapat merasakan bagaimana Changmin menegang di sampingnya, dan dengan insting meraih tangan Changmin yang berada di bawah meja. Sial, ia tidak memikirkan kemungkinan kalau mereka akan bertemu dengan si evil witch ini. Susah payah ia berusaha menunjukkan wajahnya yang masih bisa dikategorikan dalam kata “ramah”.

 

“Hei, Chaeyoung-ah. Sedang apa kau disini?”

 

 

 


 

 

 

A/N : wahaha hai semuah:* Aku agak ragu sama chapter ini karena  jujur aku nulis setengahnya pas aku dalam kondisi hampir ketiduran:””)) Maafkan daku. Tapi kuliah emang sangat amat menyita waktuku:” Harap dimaklumi. Tidak bisa ku berkata banyak selain berilah author-mu ini sedikit sedekah dan kasih sayang di kolom komentar. Sampai jumpa nanti~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dearBabySky
#1
Baru nemuin fanfic ini dan langsung maraton baca. Manis bgt. Berharap cpt dpt kelanjutan ceritanya.. Huhu
rinonori #2
Chapter 9: Errrr...... kira2 kapan ya bisa diapdet lagi?? penasaran banget soalnya ;) ditunggu yaaaa.... tengkyu <3
Tika_choi
#3
Chapter 9: Gak nyangka Changmin itu gaptek, hahaha XD kebanyakan "ngelahap" buku kali yaa XD Kyuhyun pasti ngakak berat pas di telpon Changmin untuk ngajarin dia make Android XD
Hayo loh Yun, kamu suka Changmin kan?? Ngaku aja udah XD tapi kayaknya perasaan Changmin masih biasa aja ya ke Yunho??
Ugh... Akhirnya sang pengganggu datang --"

Thanks udah update kakak ^^ waiting for next chapter, fighto ^^b
LMS_239
#4
Chapter 9: Astajim changmin bisa gaptek jg ternyata
Hahahaha
Chaeyoung si evil duh -..-

Masih kurang seminggu udah bisa buat hati n pikiran yunho jungkir balik Ya XD
Ahh itu hoodie ntr pasti disinggahi aroma changmin XD
Gezzzzzz si chaeyoung bener2 mengganggu diner ny homin -..-
Zheeda #5
Chapter 9: Chapter 9: changmin,mahasiswa terpintar yg gaptek^^..paling kyuhyun ngakak waktu diminta ngajarin gmn pake hp baru..
Yunho..pepatah mengatakan,witing trisno jalaran soko kulino...kmu kebiasaan menggoda min ah mu..nah kualat deh...semoga changmin segera ada rasa juga untukmu...
Bigeast88 #6
Chapter 9: Yun...lamban bgt sih km... msh ragukah kl km suka ke chami?? XDD hawwwwww kpn jadiaaan wkwkkwkw
Semangat thor kuliahnya!
Anashim #7
Chapter 9: ciee yunho udh mulai suka changmin.. tp sepertinya changmin nya masih cuek..haha.
yunho, kau perhatian ma changmin bukan krn kamu masih manusiawi tp krn udh mulai suka changmin..haha.

semoga kuliahnya lancar thor jd apdet nya juga lancar wkwkwkwkwk..
apalagy yunho n changmin nge date mulu pasti banyak dong inspirasinya..hihi.
Tika_choi
#8
Chapter 8: Hayo loh Yun, kepikiran Changmin kan?? Changmin biar nerd gitu tapi ngangenin loh XD
Btw Yunho itu udah suka Changmin belum sih kak?? I'm Curious....
Bad boy Yunho minta ditabok ni, ngeselin bgt!! Kasihan tuh cewek, habis manis sepah dibuang --
Next chapternya klo bisa cepat juga ya kak *maunya* Fighto ^^b
Tika_choi
#9
Chapter 7: Yeay.... Yunho dan Changmin mau tunangan ^^ gak sabar nunggu pertunangan mereka, jgn lupa undang aku ya kak XD
Changmin gak usah takut maag-nya kambuh, kan udah dikasih roti sobek XD
Btw aku udah ketinggalan dua chapter aja, setelah gak update sekian lama, sekalinya update langsung double gini, kak author daebak ^^
upiek8288 #10
Chapter 8: bad boy will always be bad boy,
cnt wait for chami to tame him,
luv ur story