Orangtua Jung Yunho

I Hate(Love) You!

 

I Hate(Love) You : Chapter 3

words : 3795

 


 

 

Changmin mengkerut di bawah tatapan menghakimi Cho Kyuhyun. Ia tahu bahwa sekarang sahabatnya itu sedang menganalisa apa yang sudah diceritakan olehnya dan Yunho.

 

 

 

“Em.....Kyuhyunnie?”

 

“Kau sedang menyembunyikan sesuatu.”

 

“Ha?”

 

“Kemungkinan besar ada sangkut pautnya dengan sandiwara kalian ini, tetapi karena suatu alasan kau tidak bisa menceritakannya kepadaku.”

 

 

 

 

Changmin menelan ludah dengan gugup. Ah, kadang-kadang ia ingin menukar kepintaran Kyuhyun dengan hal lain. Ia memainkan ujung kerahnya, kebiasaan jika ia sedang merasa malu atau tertekan. Sungguh, aura Kyuhyun jika ia sudah serius menganalisa seperti ini agak menyeramkan.

 

 

“Kau ingin memberitahuku tetapi tidak bisa. Hm...”

 

 

“Err, Kyu, bisakah kita bicarakan soal itu nanti saja? Sekarang aku dan Changmin butuh bantuan kalian.” Yunho berkata dengan nada bosan. Ia segera dihadiahi sebuah deathglare oleh Kyuhyun, tetapi ia membalasnya dengan sebuah senyum datar.

 

“Baiklah, jadi aku ingin kalian mengatakan bahwa kalian mempertemukan kami lewat double date bersama kalian. Oke? Siwon, tolong rekomendasikan salah satu tempat kepunyaan keluargamu yang bisa dipakai sebagai tempat double date itu, dan tolong kau atur supaya seakan-akan kita itu benar-benar pernah double date disana. Jika ada yang bertanya kepada kalian tentang bagaimana kami bisa bersama, tolong kau bilang jika aku sering curhat kepadamu soal perasaanku kepada Changmin. Untuk detail double datenya terserah kalian saja.” Kyuhyun mendengus ketika ia mendengar rencana Yunho.

 

“Lalu sisanya tinggal kami perankan dengan baik. Tolong ya.”

 

 

Changmin menatap jauh ke luar jendela. Apartemen tempat Yunho tinggal, menghadap ke pemandangan kota yang indah. Well, ini adalah kompleks apartemen mewah kepunyaan Jung Ent. jadi Changmin tidak terlalu heran. Desain interior kamar Yunho juga bagus sekali. Satu lantai ini adalah kepunyaan Yunho. Ditambah dengan tiga lantai dibawah lantai ini, yang berisi jacuzzi dan taman bunga kecil yang sebenarnya Changmin ingin sekali melihat. Sudah cukup ke-norakkannya saat ia terkagum-kagum memasuki kamar Yunho dan keingintahuannya pada Jacuzzi kepunyaan Yunho itu, dan ia tak ingin manusia sombong itu menertawakannya lagi. Sampai sekarang pun Changmin masih ingin menonjok tampang mencemooh Yunho saat itu.

 

“Hei, aku punya ide. Bagaimanapun, menjadikan tempat kepunyaan Siwon sebagai spot double date agak terlalu riskan. Orang-orangmu bisa mati-matian menginterogasi pegawai-pegawai disitu dan ada kemungkinan kalau mereka akan menceritakannya. Hm, lebih baik kalau spot double datenya di tempat kenalanku saja? Akan lebih sederhana dan tidak mencolok.” Kyuhyun menatap lurus-lurus Yunho dan Changmin. Yunho menganggukkan kepalanya.  “Kau benar. Baiklah, di tempat kenalanmu saja. Tolong diatur, malam ini aku harus membawa Changmin ke rumahku.”

Siwon yang sedari tadi diam saja hampir tersedak medengar perkataan Yunho. Kyuhyun menepuk-nepuk punggung pacarnya sambil melototi Yunho.

 

“Ke rumahmu? Bertemu dengan orangtuamu maksudnya? Gila kau Yunho!”

 

Yunho menghela napas. Ia memandang sahabatnya dengan wajah kalem. “Tenang saja, Siwon. Semua sudah kurencanakan.”

 

Changmin berusaha menahan ekspresi tak bersalahnya ketika Kyuhyun menatapnya dengan tatapan analisa itu lagi. Kemudian Kyuhyun menghela napas dan mengalihkan perhatiannya kepada Yunho.

“Barang-barangmu semua sudah ada di sudut sana, dan barang Changmin juga, Jika sudah tidak ada keperluan lagi maka aku dan Siwon ingin pergi dulu. Kami harus mengurus soal 'double date' itu.” Changmin menatap Kyuhyun dengan pandangan mengiba. Dia tidak mau ditinggal berdua dengan Jung ert ini! Apalagi di sebuah apartemen yang sepi.... ugh, tidak! Membayangkannya saja Changmin sudah merinding.

Tetapi Kyuhyun hanya menatapnya dengan sedikit dingin, dan Changmin mempoutkan bibirnya.

“Kau sudah mau pergi, Kyuhyun?”  Ia bahkan kaget dengan suaranya sendiri. Ia terdengar sangat....memohon. Kyuhyun tersenyum padanya dan ia membisikkan sesuatu yang kemudian membuat wajah Changmin merah padam. Tertawa, Kyuhyun menarik Siwon pergi keluar dari situ sembari mengucapkan salam perpisahan.

 

 

“Kau merah sekali, nerd,”

 

“Di-diam kau!”

 

“Ha, aku rasanya tahu apa yang dibisikkan oleh sahabatmu itu.”

 

“Sudah kubilang, diam kau!”

 

“Pasti ia mengatakan sesuatu soal berhati-hati dan hm..... Mungkin pakailah pengaman saat melakukan......?”

 

 

 

Changmin langsung melempar bantal kursi yang sedang ia pegang dan ia beranjak dari kursi itu ke pojok ruangan dimana tas dan barang-barangnya berada. Sahabatnya memang menyebalkan. Bisa-bisanya ia berkata begitu?

 

 

“Hati-hati Changminnie. Kudengar ia agak brutal dalam urusan ranjang. Kau hanya berduaan dengan dia sekarang jadi sebisa mungkin jangan memancing dia!

 

 

Mengerang, Changmin menjedotkan kepalanya ke dinding di depannya. Kyuhyun sialan. Ia mendengar suara tawa Yunho dan ia melemparkan glare kepadanya.

 

“Hei, Changmin. Kemungkinan nanti Ayah dan Ibuku akan menanyakan banyak hal padamu jadi sebaiknya kita bicarakan dulu.”  Changmin menghela napas kesal. Setelah mengambil handphone dari dalam tasnya, ia duduk di hadapan Yunho.

 

“Nanti pasti mereka akan menanyakan soal keluargamu. Kau jawab saja dengan jujur dan yakin, Changmin.”

“Hmm.”

“Lalu nanti akan ditanyakan, kenapa kau mau menerimaku yang jelas-jelas tidak pernah mendekatimu. Kau mau jawab apa soal itu?”

“Hh, soal itu..... Nanti saja kupikirkan.”

“Oke baiklah. Dan jika nanti orangtuaku membahas soal pernikahan, biar aku menjawabnya.”

“Yaaa.”

 

Kemudian diam menyelimuti ruangan itu. Changmin tidak peduli, toh ia sedang sibuk membalas pesan Kyuhyun yang sedang menginterogasinya lebih lanjut soal sandiwaranya dengan Yunho. Ia ingin sekali menceritakan  ancaman Yunho tetapi ia tahu bahwa itu akan menyebabkan keributan yang lebih besar dan ia malas membuat keributan.

Changmin mempoutkan bibirnya ketika Kyuhyun masih saja menyinggung soal mereka yang hanya berdua di apartemen sepi ini. Sahabatnya memang menyebalkan!

 

 

 

 

 

 

“Berhenti melakukan itu.”

 

Changmin mengangkat kepalanya mendengar suara Yunho. Melakukan apa? Melihat hapenya terus-menerus?

 

“Bibirmu. Berhenti melakukannya, kau terlihat seperti seekor bebek.”

 

Mendelik, Changmin hanya mendecakkan lidahnya mendengar perkataan Yunho. Apa-apaan sih, si Yunho ini. “Bibirku, bukan bibirmu. Jadi terserah aku melakukan apapun. Toh, tubuhku ini.”

 

Sebuah smirk tampan hadir di wajah Yunho dan Changmin tahu bahwa manusia ini akan mengejek Changmin lagi atau paling tidak menyebutkan sesuatu yang ert.

 

“Ya, tetapi bibirmu itu kelihatan seperti minta dicium, Changmin.”

 

Tuhkan! Ia menatap Yunho dengan malas dan mengalihkan perhatiannya saat hapenya bergetar. Ia seketika cemberut ketika membaca pesan yang masuk. Pesannya dari Ibunya, yang mengatakan bahwa hari itu tidak pulang karena akan membantu temannya menyiapkan sesuatu dan bla bla bla. Ia membalas dengan cepat, dan ia tak sadar bahwa ia masih cemberut dan mempoutkan bibirnya sampai Yunho memajukan tubuhnya dan wajahnya sudah berasa di depan wajah Changmin.

Changmin otomatis memekik kaget,  dan ia sendiri malu karena suaranya tidak terdengar manly sama sekali.

 

 

 

“What the , Jung Yunho!  Apa-apaan sih kau ini?”

 

 

Yunho terkekeh pelan ketika ia melihat wajah kaget Changmin. “Ternyata kau ini kagetan ya. Dan bukankah sudah kubilang berhenti melakukan itu dengan bibirmu?” Dengan jengkel Changmin mendorong wajah Yunho menjauh dan ia berdiri, meninggalkan ruangan itu untuk mencari toilet.

Yunho menaikkan alis ketika ia melihat Changmin pergi begitu saja, tetapi ia tertawa ketika Changmin menyembulkan kepalanya dari balik pintu dengan wajah merah padam.  “Em, toiletnya dimana ya?” Changmin bertanya sambil menggaruk kepalanya.

“Lurus, lalu belok kiri. Toilet untuk tamu disitu, kecuali kau ingin ke toilet di dalam kamarku kau masuk ke pintu yang berada di sebelah—“ Changmin menutup pintu sebelum Yunho menyelesaikan kalimatnya. Suara tawa Yunho masih dapat terdengar dan ia merengut sebal. Huh, seaindainya ia tahu daerah sini. Pasti ia sudah kabur dari tadi.

Yunho tersenyum geli membayangkan wajah merah Changmin. Anak itu gampang dikerjai. Terkekeh pelan, ia mengeluarkan hape dari kantongnya dan membalas pesan-pesan yang masuk, terutama yang menanyakan soal 'hubungannya' dengan Changmin

 

Changmin membuka pintu dan hampir menjerit ketika berhadapan dengan si ert itu. Ia memegang dadanya, karena demi Tuhan jantungnya serasa mau copot. Changmin merengut ketika Yunho tersenyum, yang menurutnya adalah senyum meledek dan merendahkan Changmin karena reaksinya yang begitu 'manly'.

 

“Ah-ah, sebelum kau berisik aku ingin mengatakan sesuatu. Ibuku mengatakan bahwa dia tidak sabar bertemu dengan pacarku yang pintar, sopan, imut, dan baik hati ini.” Changmin dengan jijik menatap Yunho. Ew, geli rasanya mendengar kata-kata itu dari mulut Yunho.

 

“Hei, jangan membuat muka seperti itu. Ibu mengenal namamu dan ia malah antusias sekali ketika aku mengatakan namamu. Jadi ayo, ganti bajumu lalu kita pergi ke rumahku.”

“Tapi aku tidak membawa baju ganti, bodoh.”

“Siapa bilang ganti dengan bajumu? Akan kupinjamkan pakaianku, walau mungkin sedikit pendek karena tinggi badanmu yang tidak masuk akal kalau mengingat tenagamu yang lemah itu.”

Changmin cemberut mendengar tinggi dan tenaganya disebut-sebut sementara Yunho berjalan dan kemudian masuk ke salah satu pintu yang berada di sisi kiri mereka. Changmin ragu-ragu untuk mengikuti Yunho atau tidak, karena bagaimanapun juga itu kamar tidur....

 

“Hei nerd, cepatlah!”

 

Menggerutu pelan, ia memasuki kamar itu dan seketika itu juga disambut oleh sehelai t-shirt yang mendarat dengan akurat tepat di wajahnya. Ia dengan jengkel mengambil kaos itu dan memberikan death glare terbaiknya kepada Yunho yang sudah kembali sibuk dengan lemari pakaiannya. Manusia menyebalkan dasar.

 

“Ganti dengan itu, dan untuk celananya.......Hm....Ah, ini saja!”

 

Changmin menangkap sebuah jeans yang kelihatannya...agak ketat?

,

“Kau mau ganti dalaman-mu juga?” Smirking, Yunho menyaksikan wajah Changmin yang bersemu merah. Tanpa menghiraukan jawaban 'tidak' yang diucapkan oleh Changmin, ia mengobrak-abrik isi lemarinya. Ketika menemukan sebuah warna merah menyala (jangan tanya author itu punya siapa, karena Yunho itu terkenal akan ke-playboy-annya dia. 'Partner' nya dia banyak.) ia menahan tawa dan menyusul Changmin yang sudah menuju ke kamar mandi tadi.

 

“Hei, nona! Nih, aku menemukan sesuatu yang cocok untukmu.”

 

Yunho cepat-cepat kabur dan masuk ke dalam kamarnya sebelum Changmin bisa bereaksi.

 

 

“Apa-apaan ini-- YAH! MANUSIA ERT! DASAR JUNG YUNHO MESUM!”

 

 

Changmin mengangkat itu dengan jari telunjuk dan ibu jari kirinya. Rasa malu dan geram memenuhi hatinya, Sialan! Ia berderap menuju kamar Yunho dan membuka pintunya dengan bantingan keras. Tanpa berkata apa-apa ia melempar itu ke arah Yunho yang masih sibuk menahan tawanya. Ia berbalik dan meninggalkan kamar itu dengan langkah panjang-panjang.

Ketika ia sudah di luar, ia mendengar tawa si mesum itu. Uh, Changmin malu sekali rasanya! Ia memasuki kamar mandi dan dengan segera mengunci pintunya. Changmin membuka kemeja lengan pendek yang dipakainya dan memakai kaos yang diberikan oleh Yunho. Ia menghela napas ketika menyadari bahwa kaosnya tidak sampai ke pahanya. Bahkan pas sekali di bawah perutnya sedikit. Jika ia mengangkat tangannya pasti akan memperlihatkan perutnya. Terkadang ia agak kurang suka dengan badannya yang semampai ini. Kemudian ia dengan cepat melepas celana jeansnya dan memakai celana pemberian Yunho. Ia memaki-maki Yunho ketika ia harus susah payah meloloskan kakinya ke dalam celana itu. Cih, sialan dasar si mesum itu.

Setelah berhasil memakai celana jeans super tight itu, Changmin yakin bahwa ia terlihat.....seksi. Hei, jangan menatapnya seperti itu! Changmin tahu bahwa ukuran, ehm, belakangnya itu termasuk besar untuk laki-laki. Itulah sebabnya ia malas memakai pakaian yang ketat karena ada saja manusia usil yang meledek soal..........bagian belakangnya itu. Ia menghela napas dan memutuskan untuk memakai celana jeans kepunyaannya saja.

 

Dan sekali lagi, hampir ia jantungan ketika membuka pintu kamar mandi dan menemukan wajah datar Jung Yunho yang menyelidikinya dari atas kebawah.

 

 

 

“Kau tidak memakai celana itu?”

“Tidak. Terlalu ketat.”

“Tapi kau akan terliha—“

“Dan aku tidak mau.”

 

 

 

Changmin bergegas mendorong tubuh Yunho ke samping dan melangkah cepat-cepat sebelum Yunho dapat mengatakan sesuatu. Yunho hanya mengedikkan bahu dan menyusul Changmin.

Tak lama kemudian mereka sudah berada di dalam mobil Yunho dengan Changmin tertidur lagi, serta Yunho yang berdoa dalam hati supaya rencananya dapat berjalan dengan lancar.

 

 

 

 

 

 

 

“Hei. Nerd. Bangun.”

 

Changmin mengerjapkan matanya ketika sebuah tepukan halus mendarat di pipinya. Ia merenggangkan badannya sebentar dan kemudian menepuk tangan Yunho yang masih betah bertengger di pipinya. Tanpa perlu melihat pun ia tahu bahwa Yunho sedang menggoda dirinya.

 

“Kau lebih baik kalau tidur dan tak dapat berkata apa-apa. Dibandingkan saat kau bangun seperti ini. aku lebih suka saat kau tidur. Lebih diam, lebih innocent, dan.................”

 

 

 

Changmin menaikkan alis ketika Yunho diam untuk memberikan efek lebaynya itu. Ia mendesah dan mengambil barang-barangnya dari jok belakang mobil, tetapi tertahan oleh sabuk pengaman yang ternyata masih dipakainya.

 

 

 

 

 

 

“Lebih gampang kuapa-apakan.”

 

 

 

Tangan Changmin yang sedang menggapai jok belakang terhenti dan mata bambinya menatap Yunho dengan horror. Yunho hanya menaik turunkan alisnya dan melompat keluar dari mobil, membuka pintu belakang mobil dan mengambil semua barang mereka.

 

“Ayo, Princess. Ayah dan Ibuku sudah pulang.”

 

Changmin mendelik mendengar kata 'Princess'. Dia kan laki-laki. LAKI-LAKI. Menggerutu pelan ia keluar dari mobil dan mengambil tasnya dengan kasar. Ia melotot ketika Yunho menggenggam tangannya.

 

“Lepas—“

“Kita ini pacaran di depan orangtuaku bodoh.”

“Tapi kan tidak harus—“

“Harus. Kau berperan sebagai pacar yang malu-malu karena tidak biasa seperti ini dan aku adalah pacarmu yang suka melakukan skinship karena ini adalah 'mimpi' ku selama ini . Kau yang mengusulkan ide itu jadi kau tidak bisa menolak.” Yunho melemparkan smirk nya yang membuat Changmin harus menahan hasrat untuk menampar si menyebalkan ini. Menghela napas, dengan pasrah ia membiarkan Yunho menarik tangannya masuk ke dalam rumah.

 

Seketika Changmin hampir benar-benar melongo ketika ia melihat betapa besar rumah Jung Yunho. Tempat tadi adalah parkiran yang agaknya berada di basement dan sekarang mereka sedang naik lift yang menuju lantai 2. Rumah apaan yang sampai menggunakan lift?! Dasar orang-orang kaya tidak punya kerjaan.

 

Ia menangkap pandangan Yunho yang terlihat geli melihat kekagumannya dan ia memberikan glare sebelum berusaha menetralkan wajahnya. Elevator itu menunjukkan angka 2 dan Changmin dengan cemas menggigit bibir bawahnya.

Changmin menatap punggung Yunho yang sudah berada di depannya, membimbing Changmin keluar dari elevator. Ia agak kaget ketika semua orang yang berada di ruangan itu langsung menghentikan aktifitasnya dan membungkuk hormat memberikan salam kepada mereka berdua.

 

 

 

“Selamat datang, Tuan muda.”

 

 

 

Yunho hanya menganggukkan kepala, sedangkan Changmin yang masih ditarik-tarik hanya bisa tersenyum dan setengah membungkukkan badannya. Ia terpana ketika ia menyadari bahwa ia berada di semacam hall mewah yang indah.

Tangannya kembali ditarik lagi ketika Changmin berhenti untuk mengagumi hall tempat mereka berada. Yunho dengan pasti membuka pintu besar di tengah-tengah ruangan, dan Changmin berdoa dalam hati supaya semuanya lancar. Ruangan di balik pintu itu semacam sebuah ruang tamu besar, dan di seberang ruangan itu terdapat sebuah pintu lagi. Yunho tampak berpikir sebelum ia melangkah menuju sebuah intercom di samping pintu.

 

“Ya, ada yang bisa saya bantu?”

“Apakah tuan besar Jung dan nyonya besar Jung sudah berada di rumah?”

“Ooh, tuan muda! Ya, mereka sudah pulang dan sekarang mereka berada di ruang makan.”

“Terimakasih, Junsu.”

 

Yunho kemudian berjalan ke arah kanan, menuju satu pintu yang Changmin tidak perhatikan.

 

“Baiklah, ini saatnya. Kau harus bisa meyakinkan mereka kalau kau ini adalah pacarku.” Changmin memutarkan bola matanya. Ia hanya mengangguk dengan malas dan Yunho membuka pintu itu. Mereka berjalan melewati lorong yang di kiri kanannya terdapat pintu-pintu lainnya.

Changmin menghela napas ketika ia berusaha mengingat jalan yang mereka lalui. Tadi sudah sekitar 4 atau lima kali mereka berbelok dan 3 diantaranya adalah persimpangan jalan. Kenapa sih, rumahnya sebegini besar? Semua di dalamnya itu serba luas dan megah. Changmin hampir menabrak punggung Yunho ketika pria itu berhenti dengan tiba-tiba di hadapannya.

 

“Ayah, Ibu, aku pulang.” Changmin terbelalak ketika mereka berada di sebuah ruangan luas, yang memiliki meja makan panjang. Di ujung meja makan itu terdapat seorang pria yang kelihatan seperti cetakan asli dari seorang Jung Yunho. Walau sudah mulai dipenuhi keriput, Changmin masih dapat melihat ketampanan yang ia turunkan kepada Yunho. Auranya begitu mengintimidasi sehingga Changmin tanpa sadar beringsut untuk bersembunyi di belakang Yunho.

 

“Selamat datang nak. Ah, inikah pacarmu yang kau bilang akan kau bawa itu?”

 

 

Changmin menoleh dan mendapati seorang wanita manis duduk di samping Ayah Yunho. Kebijaksanaan terpahat jelas di wajah cantik itu, matanya terlihat ceria dan Changmin tahu sekarang darimana Yunho mendapatkan mata musangnya itu. Ia tersentak ketika ia menyadari bahwa ia belum memberikan salam dan dalam hati menampar dirinya sendiri.

 

“Annyeonghaseo, nama saya Shim Changmin. Mm, senang bertemu anda berdua, uh-  Tuan besar Jung dan Nyonya besar Jung.”

 

Changmin membungkukkan badannya 90 derajat dan ia tersenyum manis (ia berusaha) kepada kedua orangtua itu. Keheningan menyambut salamnya dan ia dengan ciut berusaha bersembunyi di balik Yunho lagi.

 

“Kamu tahu kan bahwa kamu itu lebih tinggi sedikit daripada aku? Kamu sembunyi seperti itu juga mereka dapat melihatmu, baby.” Changmin hampir saja membalas perkataan itu dengan desisan tetapi ia dapat merasakan pandangan kedua orangtua Yunho. Ia menyemangati dirinya dalam hati dan mempoutkan bibirnya.

 

“Kamu kan bisa tidak menyebutkan hal itu.” Changmin melihat sudut bibir Yunho terangkat membentuk seringaian bodoh dan ia menahan diri untuk tidak menempeleng manusia ini.

“Aku—“

 

“Awww, kalian ini lucu sekali sih! Ayo sini, kita makan malam! Changmin, ayo nak. Kau duduk di sebelahku.” Tiba-tiba Nyonya Jung sudah berada di samping Changmin dan menarik tangan kanan Changmin, membuat Changmin harus mengikuti langkah-langkah tegas milik Ibu Yunho.

 

Yunho hanya memutar bola matanya melihat sang Ibu yang berlebihan semangatnya. Ia menarik kursi di seberang Changmin dan menghempaskan badannya. Melirik Ayahnya yang masih bungkam, Yunho mendapati tatapan menyelidik sang Ayah kepada Changmin yang hebatnya masih tersenyum dan sesekali tertawa kepada Ibunya.

 

“Changmin, selesai makan bisakah kau menceritakan bagaimana kau bisa berpacaran dengan Yunho?” Suara berat Ayahnya membuat Changmin terlonjak dari tempatnya duduk, sebelum ia tersenyum malu-malu kepada sang Ayah.

“Baik, Tuan besar Jung,”

“Ahh, kau bisa memanggil kami Mama dan Papa saja.”

 

 

Dan Yunho terpana melihat sang Ayah tersenyum lembut kepada Changmin. Wah, hebat juga si Changmin. Dapat langsung disukai oleh kedua orangtuanya. Ia menatap Changmin yang agak kaget tetapi dengan cepat tersenyum riang kepada Ayahnya,

 

“Baiklah, Pa.”

 

 

 

Changmin bersyukur bahwa mereka berdua menyukai dirinya. Ugh, hampir ia pingsan di tempat ketika suara berat itu menyebut namanya. Changmin dapat merasa bahwa mereka bukanlah orang-orang jahat. If you know what i mean, karena biasanya orang kaya itu memiliki sifat seperti Jung Yunho (seenggaknya di ffxD). Ia heran sendiri melihat perbedaan sifat antara orangtua dan anak ini.

 

“Nah, Changmin. Makanlah sebanyaknya! Aku harap kau tidak alergi dengan seafood.”

 

Changmin membuka mulut ketika deretan pelayan membawakan berbagai macam makanan dan meletakkannya di hadapan mereka. Ah, seafood? Cemas ia menatap makanan itu dan menemukan satu yang tidak bisa ia makan. Bagaimana ini? Apa ia bilang saja? Apakah nanti ia terlihat tidak sopan? Masa iya dia dijamu dengan murah hati begini lalu ia menolak salah satunya?

 

Yunho mengawasi Changmin yang seketika terlihat gugup. Mata Changmin tertuju pada satu makanan dan wajahnya terlihat cemas. Yunho tertawa dalam hati. Anak bodoh. Bukannya bilang kepada Yunho kalau ia tidak bisa makan udang.

 

“Changmin tidak bisa makan udang Bu.”

 

Yunho mengedipkan sebelah matanya kepada Changmin yang melongo.

 

“Oh, dear. Harusnya kau bilang! Untung saja Yunho memberitahuku. Alergi itu berbahaya jika parah intensitasnya.”

 

Changmin tersenyum kikuk sebelum ia mulai mengambil makanan di hadapannya. Hm, lobster, kepiting, cumi-cumi, ikan tuna, ikan salmon, dan.....masih banyak lagi yang Changmin tidak tahu namanya. Ia mendengar suara tawa tertahan dan ia melempar glare singkat kepada Yunho ketika orangtua Yunho tidak melihat. Huh, dasar menyebalkan.

Setengah jam kemudian mereka sudah berada di ruang tamu besar tadi, dan Changmin duduk dengan canggung di samping Yunho. Si brengsek itu sedang sibuk mengirim sesuatu di hapenya, sedangkan orangtua Yunho sedang sibuk tersenyum kepada Changmin. Ia balas tersenyum dan ia mencubit paha Yunho.

 

“Aw! Ouch, baby, kenapa kau mencubitku?”

 

Changmin mendelik sesaat sebelum ia memberi sinyal samar ke arah orangtua Yunho dan ia mengutuk Yunho ketika sebuah smirk terpahat di wajah itu walau hanya sebentar. Kenapa sih, dia ini suka sekali dengan situasi begini? Tadi dengan Chaeyoung, sekarang dengan orangtuanya.

 

 

‘Ah, baiklah, Ayah dan Ibu. Sebenarnya kami baru resmi pacaran tadi pagi.....”

 

 

Kening orangtua Yunho langsung berkerut tetapi Yunho hanya tersenyum........lembut dan ia melempar pandangan ke arah Changmin.

 

“Jujur selama ini aku takut untuk mengungkapkan perasaan kepada Changmin. Aku tidak tahu bahwa sebenarnya aku ini gay, tetapi hari itu....” Yunho menghela napas pelan dan ia memandang Changmin.

 

“Hari itu temanku, Ayah dan Ibu tahu kan, si Choi Siwon?Waktu itu ia masih dalam tahap awal hubungan dengan pacarnya jadi ia memintaku untuk menemaninya. Aku tentu saja menolak, tetapi ia memohon terus menerus dan aku tidak tahan jadi aku menyetujuinya. Aku cemas karena jujur aku tidak pernah melihat pasangan gay nge-date, tetapi ternyata pacarnya Siwon membawa sahabatnya,”

 

“Ketika aku melihat Changmin, wah, aku tidak bisa mengatakannya Yah, Bu.” Yunho tersenyum kecil. “Ia terlihat.... hm, bagaimana ya? Tampan tetapi cantik dalam waktu bersamaan. Terlihat gagah tetapi imut. Elegan tetapi terlihat kekanakan. Seksi tetapi innocent.” Ia melemparkan sebuah smirk jahil kepada Changmin yang menundukkan kepalanya mendengar kata-kata Yunho. Ia dapat merasakan pipinya memanas ketika Ayah dan Ibu Yunho tertawa kecil.

 

Yunho tertawa pelan melihat Changmin yang diam tak berkutik. Oh, ternyata ini menyenangkan! Ia bisa meledek nerd ini sesuka hati karena Changmin tidak akan bisa membalasnya. Ia meraih pipi Changmin dan mencubitnya, berusaha terlihat seperti seorang pacar yang gemas akan kelakuan pacarnya. Yunho menyeringai jahil ketika Changmin menatapnya dengan kaget, dan tertawa puas dalam hati saat kedua mata bambi itu memancarkan amarah.

 

“aww, kau lucu sekali. Hm, sampai mana tadi? Ah, ya. Jadi, sesaat ketika mataku bertemu mata Changmin, i fell in love. Sesudah date itu, aku berusaha mencari keberadaan Changmin, dan baru bertemu dia sekitar seminggu setelahnya.”

 

Changmin mengangkat wajahnya dan menemukan bahwa tiga pasang mata sedang memperhatikannya, Dua pasang mata yang memancarkan.........kekaguman? Dan satu pasang yang dipenuhi 'nikmat diatas penderitaan orang lain'.

 

“Tetapi aku takut untuk mendekatinya, Yah, Bu. Changmin ini adalah salah satu mahasiswa terpintar di angkatan kami dan ada rumor kalau ia membenci playboy sepertiku. Ia terlihat jauh sekali dari jangkauanku. Sampai sekitar 3 atau 4 hari lalu aku melihatnya digoda oleh seseorang baru aku bisa memantapkan hati untuk berbicara dengannya. Aku mengawasi dia terus selama 3 hari belakangan dan dari situlah aku tau bahwa seseorang akan menyatakan perasaannya kepada Changmin juga.” Jari-jari Yunho menelusup masuk di antara jari-jari Changmin, menautkan kesepuluh jari itu bersama. Yunho mengangkat tangan mereka yang terhubung dan mencium buku jari Changmin.

“Aku takut aku akan terlambat, maka aku memutuskan untuk menyatakan cintaku kepada Changmin tadi pagi. Untunglah orang itu belum menyatakan cintanya kepada Changmin. Dan untung juga Changmin mau menerimaku dan memberi kesempatan kepadaku untuk menjadi pacarnya. Dan, oh ya. Ayah, Ibu, kumohon untuk menjauhkan Park Chaeyoung dariku. Ah, dari kami berdua lebih tepatnya. Ia mengancam akan merebutku dari Changmin dan kalian tahu bahwa Chaeyoung bisa sedikit gila dan aku tak ingin ia melakukan sesuatu kepada Changmin.”

 

Changmin terpana mendengar Yunho berbohong dengan begitu lancarnya. Hebat!(sarkasme disini)   Tch, pasti ia sudah sering membohongi orang lain sehingga bisa begitu lancar ia berkata seperti itu. Changmin mendengus dalam hati. Lihatlah orangtua Yunho yang memandang Changmin dengan penuh rasa sayang dan....... terimakasih?

 

 

 

Bruk!

 

 

 

 

“Terimakasih Changmin! Yunho ini adalah manusia yang hampir kami cap sebagai 'tak berhati'. Ia dingin, tidak perduli kepada perasaan orang lain. Kau mengubahnya! Terimakasih karena kau mau menerimanya menjadi pacarmu!”

 

Changmin tercengang ketika Nyonya Jung memeluknya dengan begitu erat. Ditambah ketika Tuan Jung menepuk-nepuk bahunya, dengan sebuah senyuman di wajahnya. Seberapa brengsek kah Jung Yunho sehingga orangtuanya sebahagia ini mengetahui anaknya mempunyai pacar? (Walau mereka tidak tahu bahwa ini hanya bohongan.)

 

“Ah, tidak apa-apa, Nyonya Jung, Tuan Jung. Em, aku yakin bahwa sebenarnya Yunho itu mempunyai hati yang baik. Aku tahu bahwa ia mengawasiku sejak ia diam-diam memberi pelajaran kepada orang yang menggodaku itu, Dan lagi, ia mengumumkan kepada seluruh orang di kampus bahwa ia mencintaiku. Aku merasa agak tersanjung karenanya.”

“Kukira kita sudah setuju bahwa kau akan memanggil kami Mama dan Papa?”

 

 

 

Changmin tertawa gugup. Sial, ini lebih  merepotkan dari apa yang ia bayangkan. Sekarang orangtua Yunho memandangnya sebagai 'Lelaki hebat yang mengubah anak kami menjadi lebih baik.' Ck, Changmin ingin cepat-cepat pulang dari sini.

 

 

 

“Baiklah Ma, Pa.”

 

 

 

 

 


 

 

 

 

A/N : Hai semuaa. *lambai-lambai pake merah* *abaikan*  Diapdet lebih cepat dari rencana karena aku bakal sibuk untuk 2 minggu ke depan:'D  Nah, apa yang kalian pikir soal chapter ini? Yunho aktingnya bagus ya? Maklum, playboy berkualitas/? :v

Okey, minna-san. Sampe chapter selanjutnya!x3

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dearBabySky
#1
Baru nemuin fanfic ini dan langsung maraton baca. Manis bgt. Berharap cpt dpt kelanjutan ceritanya.. Huhu
rinonori #2
Chapter 9: Errrr...... kira2 kapan ya bisa diapdet lagi?? penasaran banget soalnya ;) ditunggu yaaaa.... tengkyu <3
Tika_choi
#3
Chapter 9: Gak nyangka Changmin itu gaptek, hahaha XD kebanyakan "ngelahap" buku kali yaa XD Kyuhyun pasti ngakak berat pas di telpon Changmin untuk ngajarin dia make Android XD
Hayo loh Yun, kamu suka Changmin kan?? Ngaku aja udah XD tapi kayaknya perasaan Changmin masih biasa aja ya ke Yunho??
Ugh... Akhirnya sang pengganggu datang --"

Thanks udah update kakak ^^ waiting for next chapter, fighto ^^b
LMS_239
#4
Chapter 9: Astajim changmin bisa gaptek jg ternyata
Hahahaha
Chaeyoung si evil duh -..-

Masih kurang seminggu udah bisa buat hati n pikiran yunho jungkir balik Ya XD
Ahh itu hoodie ntr pasti disinggahi aroma changmin XD
Gezzzzzz si chaeyoung bener2 mengganggu diner ny homin -..-
Zheeda #5
Chapter 9: Chapter 9: changmin,mahasiswa terpintar yg gaptek^^..paling kyuhyun ngakak waktu diminta ngajarin gmn pake hp baru..
Yunho..pepatah mengatakan,witing trisno jalaran soko kulino...kmu kebiasaan menggoda min ah mu..nah kualat deh...semoga changmin segera ada rasa juga untukmu...
Bigeast88 #6
Chapter 9: Yun...lamban bgt sih km... msh ragukah kl km suka ke chami?? XDD hawwwwww kpn jadiaaan wkwkkwkw
Semangat thor kuliahnya!
Anashim #7
Chapter 9: ciee yunho udh mulai suka changmin.. tp sepertinya changmin nya masih cuek..haha.
yunho, kau perhatian ma changmin bukan krn kamu masih manusiawi tp krn udh mulai suka changmin..haha.

semoga kuliahnya lancar thor jd apdet nya juga lancar wkwkwkwkwk..
apalagy yunho n changmin nge date mulu pasti banyak dong inspirasinya..hihi.
Tika_choi
#8
Chapter 8: Hayo loh Yun, kepikiran Changmin kan?? Changmin biar nerd gitu tapi ngangenin loh XD
Btw Yunho itu udah suka Changmin belum sih kak?? I'm Curious....
Bad boy Yunho minta ditabok ni, ngeselin bgt!! Kasihan tuh cewek, habis manis sepah dibuang --
Next chapternya klo bisa cepat juga ya kak *maunya* Fighto ^^b
Tika_choi
#9
Chapter 7: Yeay.... Yunho dan Changmin mau tunangan ^^ gak sabar nunggu pertunangan mereka, jgn lupa undang aku ya kak XD
Changmin gak usah takut maag-nya kambuh, kan udah dikasih roti sobek XD
Btw aku udah ketinggalan dua chapter aja, setelah gak update sekian lama, sekalinya update langsung double gini, kak author daebak ^^
upiek8288 #10
Chapter 8: bad boy will always be bad boy,
cnt wait for chami to tame him,
luv ur story