Akankah Bersatu?

I Hate(Love) You!

I Hate(Love) You : Chapter 6

words : 3419

 

 


 

 

“Kau lapar?” Yunho bertanya sambil menahan tawa ketika perut Changmin mendadak mengeluarkan bunyi khas pertanda perut sedang kosong. Wajah nerd itu langsung memerah malu, dan Yunho terkekeh saat ia sesekali melirik namja di sampingnya.

 

Cute.

 

“Hei, ditanya juga.” Yunho berkata hanya untuk melihat mata bambi itu melotot ke arahnya. Tapi di luar dugaan, Changmin malah benar-benar menjawab pertanyaannya itu, walau hanya dengan anggukan samar dan wajah menghadap keluar jendela. “Wah, kau pasti lapar sekali sehingga kau mau menjawab pertanyaanku dengan baik-baik.” Dengusan dari Changmin mengkonfirmasi dugaannya.

Ia menggelengkan kepala. Dasar nerd bergengsi tinggi.

 

Kruyukk...

 

Dengan cepat Yunho menatap Changmin dengan tak percaya, karena bunyi yang sangat kencang itu. “Apa lihat-lihat?! Sudah, fokus ke jalan sana! Aku tidak mau mati konyol, bodoh.” Changmin dengan muka yang jauh lebih merah dari sebelumnya mendelik sewot ketika Yunho menyemburkan tawa, yang langsung dihadiahi sebuah cubitan di pahanya.

Oowww, sakit tahu! Kamu itu cewek apa cowok sih, mainnya cubit-cubitan?” Changmin hanya memutar bola matanya mendengar sindiran Yunho. Ia segera memutar badannya, malas menghadapi si mesum bodoh ini. “Kalau sudah sampai, bangunkan.” Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutnya sebelum ia memilih untuk tidur saja, tidak menghiraukan Yunho yang sedang mendelik.

Dengan geram Yunho mengalihkan perhatiannya ke jalan, dalam hati bertekad untuk mengerjai si nerd ini nanti.

 

 

 

 

 

 

Hanya sekitar 15 menit ia mengemudi sebelum ia menepi di sebuah restoran yang kira-kira berbintang tiga. Ia sedang malas makan di tempat yang mewah, tambah lagi ia lupa membawa black credit card miliknya karena ia terburu-buru pergi mencari si nerd sialan ini. Memang masih cukup banyak uang yang berada di dompetnya sekarang, tapi ia tak ingin ambil resiko. Sudah cukup sering ia diajak Siwon untuk makan bertiga dengan Kyuhyun untuk mengetahui bahwa Changmin itu makannya banyak sekali ketika ia lapar.

“Hei, bangun.” Yunho dengan kencang mengguncang-guncang bahu Changmin, ingat bahwa si nerd ini tidak mempan dengan tepukan halus dan suara lembut mendayu-dayu. Terbukti, Changmin langsung bangun dengan wajah masam, memelototi Yunho ketika matanya menemukan sepasang mata musang yang bersinar jahil.

“Kau lapar kan? Ayo cepat turun, aku sedang tak ingin berlama-lama. Sudah cukup aku repot-repot mencarimu sepanjang siang tadi, aku ingin secepatnya berpisah dan mengantarmu pulang. Aku muak melihat mukamu.” Yunho berkata sambil memasang smirk di wajahnya, hampir tergoda untuk mendengus geli ketika Changmin melengos kesal dari hadapannya, bergegas membuka pintu mobil tanpa menunggu Yunho membuka kunci otomatisnya.

Menggelengkan kepala dan mengikuti langkah Changmin, Yunho membiarkan sebuah senyum kecil menghiasi bibirnya untuk sesaat yang langsung ia hapus ketika ia berbalik menghadap Changmin, menaikkan alisnya sebagai bentuk tantangan saat ia mendapati Changmin sedang menatap dirinya dengan tatapan tajam.

Tanpa menunggu Yunho si nerd itu dengan cepat membalik badan dan memasuki restoran, yang mungkin karena 1.) Changmin bete melihat muka Yunho atau 2.) Dia memang sudah lapar sekali, makanya ia dari tadi tidak bereaksi seperti biasanya.

Yunho mendengus.

Ia baru tahu kalau jika seseorang itu lapar maka sifatnya akan berubah 180°. Oke, memang menurut iklan kalau sedang lapar maka seseorang akan menjadi rese, tetapi untuk Changmin kasusnya malah terbalik. Ia menjadi lebih pasif dan kecerewetannya berkurang 40%. Yunho jaauuuuh lebih menyukai Changmin versi ini.

Dengan langkah santai ia menyusul si nerd itu. Dasar, sepertinya memang benar julukan yang diberikan Kyuhyun kepada Changmin, yaitu ‘Monster Makanan’ dikarenakan appetite Changmin yang luar biasa besar. Sekarang, ia mungkin akan menyaksikan seberapa ‘monster’ kah si Changmin ketika ia lapar seperti ini.

Ia duduk di hadapan Changmin yang sudah duluan mengambil tempat di area VIP, entah sadar atau tidak ketika ia memilih tempat ini. Tak mungkin juga ia tak sadar, karena ruangan VIP ini terletak agak sedikit tertutup dengan sebuah pintu kaca dan dinding transparan yang dipasangi semacam gorden sehingga orang lain tidak bisa memandang ke dalam dan sebaliknya, mereka tak bisa memandang ke luar. Full AC, sudah pasti kawasan dilarang merokok, dan Yunho sebenarnya sedikit lega karena ia sedang tidak mau menghirup bau rokok atau berpanas-panasan.

“Ini semacam restoran pasta, kau mau makan apa?” Yunho berbaik hati menanyakan pilihan menu Changmin. “Aku ingin cheese and pepperoni pizza tapi yang rotinya tipis dan renyah, satu spaghetti oglio olio dengan double mushroom, lalu untuk minumnya hot chocolate dengan whipped cream.” Changmin berkata kepada pelayannya, jelas-jelas mengabaikan perkataan Yunho.

Hampir Yunho melotot tetapi ia teringat bahwa mereka adalah sepasang kekasih ketika mereka berada di depan umum, dan ia tak ingin mengambil resiko kalau-kalau nanti ada yang ingin menyelidiki keaslian mereka berdua. Sambil menghela napas seakan-akan ia merasa sedih, ia mengucapkan pesanannya, “Saya ingin spaghetti cream cheese and mushroom, satu porsi french fries dan blueberry mint tea.”

Ia lirik Changmin yang tidak ada reaksi sama sekali, tampaknya tidak menyadari akting Yunho tadi. Ia berdecak. Ini mulai tidak asik dan sedikit janggal. Changmin kelihatan out of it, raga ada disini tetapi jiwa dan pikirannya melayang entah kemana.

Hm, mungkin ini saatnya ia melakukan aksi balas dendamnya.

“Hey, baby, ada apa? Kau dari tadi bengong terus, apa kau merasa sakit?” Yunho bertanya dengan raut muka cemas (tentu saja palsu), tangannya bergerak dan menggenggam tangan Changmin yang berada di atas meja.

Hampir tidak ada reaksi, kecuali sebuah lirikan sinis dari Changmin. Tetapi dia tidak mengibaskan tangan Yunho seperti yang Yunho kira awalnya. walau Yunho dapat merasakan tangannya menegang dibawah sentuhannya. Sebuah seringaian singkat hinggap di bibir Yunho, yang kini yakin bahwa Changmin tidak berani berekasi karena ia mengerti akan situasi mereka.

“Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit trauma karena kena jambret tadi.” Changmin berkata, setengah mendengus dan memutar mata bambinya, Yunho terkekeh pelan, niatnya yang ingin membalas Changmin mulai terkikis dengan rasa keingintahuannya soal peristiwa kena jambret ini.

“Lagipula kamu ngapain sih, bee, sampai bisa kena jambret gitu? Untung kamu tidak apa-apa.” Yunho mengubah nada suaranya menjadi sedikit tegas, dengan sedikit sentuhan khawatir, seperti layaknya seorang pacar beneran. Changmin, tentu saja langsung memandangnya dengan wajah datar, walau jelas terlihat rasa kesal di matanya.

“Aku ga ngapa-ngapain kok! Orang lagi berdiri tenang terus tiba-tiba ada yang menarik tasku. Aku beruntung, kecuali buku-buku di dalam situ cuma ada hapeku. Sepertinya dompetku diambil sama Kyu. Dasar manusia menyebalkan.” Changmin malah menuturkan semuanya dengan nada bete dan wajah cemberut. Yunho menaikkan alis, agak sedikit kaget karena Changmin dengan mudahnya menceritakan hal ini.

 

Seperti cewek yang sedang mengadu manja ke cowoknya...

 

Terkejut, ia mengusir pikiran itu. Sial, dia sudah terlalu lama bersama si nerd ini sehingga otaknya sedikit korslet. Dia dan Changmin? Pacar beneran? Ih, ogah. Apalagi ini posisinya Changmin yang sedang ‘curhat’ kepada Yunho. Changmin versi cowok saja sudah bawel, bagaimana dengan yang versi cewek? Bisa mampus Yunho meladeni Changmin versi cewek yang sedang pms.

Menghela napas, ia mencibir, “Untung? Kehilangan hape itu termasuk untung? Dan kalau ternyata dompetmu tidak ada di Kyuhyun bagaimana? Ribet lagi ngurusin surat kehilangan dan segala macamnya.” Yunho menyenderkan bahu sepenuhnya ke kursi, melipat tangan dan menaikkan alis kepada Changmin.

Reaksi dari Changmin hanyalah memutar mata dan melipat tangannya di atas meja, kemudian menaruh kepala di atasnya. Yunho kira ia tak akan menghiraukan Yunho, tapi ternyata Changmin melanjutkan omongannya dengan posisi baru itu.

“Hape itu sudah butut. Aku memang berencana ganti baru, jadi ya bagus kalau hilang. Dan untuk dompet, aku tahu pasti kalau Kyuhyun yang mengambilnya karena ada sebuah note kecil di dalam kantung tasku yang berbunyi—” Changmin mendadak berhenti. Sebuah ekspresi aneh melintas di wajahnya sebelum ia menggelengkan kepala, dan menggumamkan sesuatu yang kira-kira berbunyi “bukan urusanmu.”

Yunho mendengus, “Biar kutebak...Pasti dia menulis hal aneh kan? Makanya kamu tidak bisa melanjutkan perkataanmu.” Ia tersenyum geli melihat Changmin mendelik sebal. Ide usil melintas di kepalanya dan Yunho memajukan badannya, secepat kilat menunduk sehingga wajahnya berhadapan dengan wajah Changmin. Dia menatap mata bambi yang melebar kaget itu, kembali merasa terkejut saat Changmin tidak langsung menampar wajahnya atau memundurkan badannya.

Hm, menarik...

“Apakah ia menulis soal ‘habiskan malam yang panas membara bersama tuan muda Jung Yunho’ hm?” Yunho menyeringai (mesum), dalam hati terbahak-bahak ketika mata itu berkilat dengan amarah. Namun Changmin sama sekali tidak bereaksi kasar, hanya ekspresi wajahnya yang mengindikasikan bahwa dia tidak suka Yunho berlaku seperti ini.

Yunho sedikit memiringkan kepalanya, matanya menelusuri wajah Changmin berusaha menemukan sesuatu, karena bagaimanapun juga ini sudah jauh melewati batas wajar kelakuan seorang Shim Changmin. Apakah ada sesuatu yang memaksa Changmin untuk bertindak seperti ini? Ia menjauhkan badannya dan berusaha memutar badan, hendak mengamati seisi restoran tetapi tangan Changmin menahannya.

“Ada yang mengamati kita. Aku tak tahu apakah dia adalah salah satu orang suruhan Ibumu atau tidak, tetapi dari tadi ia memandang ke arah sini terus. Bersikaplah wajar dan jangan terlalu mencolok dalam bergerak.” Gumaman pelan Changmin hampir tidak terdengar olehnya jika ia tidak mencondongkan badannya lagi ke arah Changmin. “Sekarang lakukan sesuatu supaya kita terlihat seperti orang yang sedang benar-benar pacaran.” Bahkan ketika ia hanya bergumam pelan seperti itu Yunho dapat mendengar sedikit nada sarkastik dalam ucapan Changmin. Mendengus, Yunho menepuk kepala Changmin, memainkan beberapa helai rambut lurus si nerd ini.

“Kamu tidak enak badan bee?” Ia bertanya dengan volume pelan, tidak ingin terlihat aneh jika volume suaranya terlalu kencang. Anggukan kecil dari Changmin yang masih saja mengistirahatkan kepalanya di atas tangannya menjawab pertanyaan Yunho. “Habis makan mau langsung pulang saja?” Tangannya tetap mengelus pelan kepala Changmin. Sekali lagi Changmin mengangguk, diiringi sebuah helaan napas puas ketika Yunho mengelus daerah di dekat telinga kirinya.

Changmin yang seperti ini mengingatkan Yunho akan Juno, anjing peliharaannya dulu saat ia masih kecil. Tanpa sadar sebuah senyum mengembang di bibirnya, lembut dan terkesan hangat, benar-benar seperti seorang pacar yang sedang mengagumi sosok kekasih hatinya. Hal ini tidak luput dari pengamatan si orang misterius yang mengikuti mereka, yang dengan senyum kecil pergi dari tempat yang ia duduki, meninggalkan dua helai uang seratus rupiah di atas meja.

Dua orang pria yang berjarak tiga meja dari pria misterius tadi bahkan tidak menyadari kepergian pria itu, yang satu terlalu sibuk melakukan tugasnya sebagai pacar yang sedang memanjakan sang terkasih, sedangkan yang dimanja sibuk menikmati perlakuan lembut yang tadinya ia terima dengan terpaksa.

 

 

 

 

 

 

Atmosfir nyaman di antara mereka terpecah ketika seorang pelayan membawa makanan dengan wajah bersalah, tampaknya tak ingin menganggu momen manis diantara dua pria ini.

“Maaf tuan, ini pesanan anda...” Suara pelayan seperti menyadarkan Yunho dan Changmin, yang langsung menegakkan badan dan menarik tangan ke pangkuan masing-masing. Peralatan makan yang diletakkan di atas meja menyita perhatian mereka, seakan-akan garpu sendok dan kawan-kawannya adalah hal paling menarik di muka bumi. Pelayan tersebut dengan cepat menyelesaikan tugasnya, pamit pergi dari meja makan mereka dan meninggalkan mereka berdua dalam keheningan yang tidak biasa.

Changmin, berusaha cuek seakan ia tidak hampir tertidur beberapa saat lalu karena terlalu menikmati usapan Yunho di kepalanya mengambil sepotong pizza tipis, mengumpat ketika pizza itu hampir membakar tangannya, sedikit melempar pizza itu kembali ke piringnya. Ini tentu memancing tawa Yunho,yang mendengus geli dan menggelengkan kepalanya.

“Masih panas, bodoh. Hati-hati.” Yunho mengambil sepotong pizza menggunakan garpunya. Tanpa pikir panjang ia menaruh pizza itu di atas piring Changmin, tersadar ketika Changmin menatapnya dengan aneh. Ia hanya mengedikkan bahunya dan mengambil sepotong lagi untuk dirinya. Tanpa menghiraukan tatapan Changmin ia mulai memotong pizza itu, meniup-niup dengan lembut dan menyodorkannya kepada Changmin.

“Ahh...” Yunho bersuara layaknya seorang Ibu berusaha menyuapi anaknya. Changmin yang masih setengah ngantuk pun hanya menggerutu sebal, namun tetap membuka mulutnya untuk potongan pizza itu. “Kau kelihatan ngantuk sekali jadi biar aku yang menyuapi mu.” Ujar Yunho, berusaha terdengar jahil dan meledek tetapi malah keluar jauh lebih halus dari apa yang ia rencanakan semula. Changmin mengernyitkan dahinya, namun ekspresi itu segera hilang dan digantikan oleh ekspresi datar.

Dengan pasrah ia menerima suap demi suap dari Yunho, pizza yang ada di atas piringnya sendiri tidak tersentuh. Sesekali ia menganggukkan kepala ke arah saus tomat, menginginkan agar pizza tipis itu dicelupkan setengahnya di saus itu. Dengan lahap ia memakan potongan-potongan yang disodorkan Yunho, agaknya melupakan rasa sebalnya karena ia disuapi oleh si playboy brengsek menyebalkan itu.

Hampir ia tersedak ketika seorang pelayan menghampiri meja mereka dan meletakkan spaghetti pesanan mereka. Pipinya memerah malu, karena sang pelayan jelas-jelas tersenyum lebar menyaksikan aksi mesra mereka berdua. Yunho yang menyadari hal ini tertawa kecil dalam hati, memutuskan untuk bertindak ‘lebih’.

“Bee, ada saus di bibirmu.” Yunho berkata dengan senyum lembut. Changmin yang masih merasa malu spontan melotot, jelas-jelas memperingatkan Yunho untuk tidak melakukan hal-hal ‘romantis’. Dengan gerakan cepat ia mengelap bibirnya, dan untungnya (untuk Yunho tentu) ia meleset, menyisakan ujung kiri bibirnya berhiaskan saus tomat. Dari ekor matanya ia dapat melihat sang pelayan berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara, gerakan tangannya melambat saat ia menyusun piring makanan di atas meja mereka.

“Kamu meleset tahu. Sini, biar aku saja.” Secepat kilat Yunho menjulurkan tangannya, mengelap ujung bibir Changmin dengan ibu jarinya, dan kemudian menjilatnya. Ia terkekeh ketika sang pelayan menahan napasnya, kelihatan sedikit kecewa karena tugasnya sudah selesai. Dengan sopan ia membungkukkan badan dan berlalu dari meja mereka. Senyum hangat Yunho berubah menjadi seringaian jahil yang membuat Changmin ingin menonjok wajah tuan muda ini.

“Makan sendiri ya sayang, spaghetti ku sudah datang. Tidak enak kalau dimakan saat dingin.” Sebuah kedipan dari Yunho dan Changmin sekuat tenaga menginjak kaki Yunho. Pekikan kesakitan Yunho membuat Changmin mendengus geli, tetapi ia dengan cepat memusatkan perhatian kepada spaghetti di hadapannya. Tidak ia hiraukan decakan kesal Yunho, pura-pura sibuk mengelap sendok yang akan ia pakai.

“Kau bodoh? Bagaimana jika orang tersebut curiga akan kelakuan kita hah? Tadi romantis, sekarang kita terlihat seperti sepasang musuh yang dipaksa untuk duduk makan bersama tau!” Yunho mendesis marah. Changmin memutar bola mata, sebenarnya merasa malas untuk meladeni Yunho tetapi ia juga tidak ingin mendengar omelan si brengsek ini.

“Dia sudah pergi sejak sekitar 5 menit lalu tau. Dan bukankah kita memang sepasang musuh yang dipaksa untuk duduk makan bersama? Memang sejak kapan status kita berubah menjadi sepasang kekasih? Atau sepasang sahabat? Atau mungkin, sepasang kakak adik? Tidak pernah kan? Sepertinya kau mulai lupa kalau ini hanyalah sandiwara, ‘Yang Terhormat Tuan Muda Jung Yunho’. Padahal ini baru hari kedua. Hati-hati, mungkin kaulah yang akan duluan merasa bahwa hubungan kita bukanlah hubungan kontrak.” Tangan Changmin membentuk tanda kutip di udara. Ia tersenyum manis, tetapi langsung ia ubah dengan wajah datar. Dengan tenang ia mulai memakan spaghettinya, cuek akan Yunho yang melotot marah kepadanya.

 

Nerd sialan! Akan kubalas dia nanti. Lihat saja. Dasar brengsek.

 

Yunho menarik napas dalam-dalam, berusaha menekan keinginannya untuk menyeret si nerd ini ke tempat sepi dan memberikan pelajaran kepadanya. Kalau saja ia bukan seorang yang ingat kalau ia punya moral, dari kemarin Changmin sudah habis di tangannya. Entah itu ia hajar, atau hal-hal “lainnya” yang akan membuat nerd ini makin membenci dirinya. Untung saja ia pandai mengatur emosinya. Kalau tidak, bisa saja Changmin kehilangan keperaw—

 

Yunho dengan horror berdiri dari tempat duduknya. Ia bergegas pergi ke toilet restoran, dengan seksama memperhatikan wajahnya yang agak pias di cermin. Hell, yang benar saja, barusan ia membayangkan akan membalas Changmin dengan cara yang....Argh! Tidak. Konsentrasi. Dengan cepat ia mencuci wajahnya di wastafel, mengatur nafasnya yang sempat memburu karena rasa marah yang tiba-tiba naik.  

Sialan! Ini pasti efek sudah terlalu lama tidak punya pacar wanita. Sepertinya ia butuh sedikit kebiasaan lamanya. Ck, baru dua hari ia bersama Changmin, tetapi si nerd itu berhasil membuatnya merasa lepas kendali dari hidupnya. Dari kemarin ia selalu melakukan hal-hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, dan semuanya itu terpaksa ia lakukan karena Changmin. Benar-benar nerd merepotkan!

Ia menghela napas, berusaha menenangkan emosinya yang masih terasa tidak stabil. Gawat kalau ia kembali ke meja dengan wajah menyeramkan begini. Bukan tidak mungkin orang dari perusahaannya masih ada di dekat mereka. Bisa-bisa kedoknya terbongkar sekarang jika ia tidak hati-hati.

 

Shim Changmin. Memang tidak salah ia memilih nerd sialan itu. Tetapi sepertinya ia harus bisa lebih berhati-hati dalam menghadapi Changmin. Kalau tidak bisa-bisa ia lepas kendali atas emosinya. Hh, dasar menyebalkan. Tadi ia hampir yakin bahwa Changmin sudah mulai mau bekerja sama tanpa paksaan, tetapi ternyata ia salah.

 

 

 

 

 

 

Ketika Yunho merasa bahwa amarahnya mulai reda ia keluar dari kamar mandi, menampilkan wajah paling biasa yang bisa ia tampilkan saat Changmin menaikkan alis kepadanya. Tanpa menghiraukan namja yang lebih muda itu Yunho duduk di tempatnya, melanjutkan makan yang sempat tertunda.

Ia dapat merasakan tatapan penasaran Changmin yang mengikuti setiap gerakannya tetapi ia mengacuhkan hal itu. Yunho terus berakting seakan tidak terjadi apa-apa sampai suara Changmin memasuki telinganya.

“Kau kenapa, boo?” Lembut memang, tetapi tetap saja Yunho merasa janggal mendengar Changmin memakai petname untuknya. Kini gentian Yunho menaikkan alis kepada Changmin, dalam diam menanyakan apakah orang perusahaan yang tadi kembali atau ada hal lain yang membuat Changmin harus memakai nama panggilan sayang tersebut.

Sebuah lirikan cepat dan samar dari Changmin sudah cukup untuk menjawab pertanyaannya. Ternyata gara-gara kepergiannya yang tiba-tiba dari meja makan seorang pelayan sekarang sibuk memandang ke arah mereka. Ck, heran, kayaknya mereka itu sama seperti sirkus dari tadi. Kenapa orang-orang senang sekali mengamati mereka berdua?

Belum sempat Yunho menjawab pertanyaan Changmin, si nerd itu sudah melanjutkan kalimatnya.

“Kalau kau marah akan hal yang ku katakan tadi, aku minta maaf. Tetapi memang ada benarnya kan? Sudahlah, jangan dipikirkan lagi.” Kilatan jahil di mata Changmin membuat emosi Yunho menggelegak naik, ditambah remasan lembut di tangannya, seakan-akan Changmin sedang menghibur Yunho karena masalah tadi. Yunho mendengus pelan, dalam hati mengutuk nerd sialan ini.

“Iya, bee. Aku maafkan. Tidak apa-apa, kita lanjutkan obrolan yang tadi di rumah saja. Sekarang ayo, habiskan makanmu. Tadi saat aku ke toilet Ibu menelponku, menanyakan kapan calon menantu nya akan pulang.” Yunho membalas remasan Changmin di tangannya dengan 3x lipat lebih kencang, menyebabkan Changmin menatap tajam kepadanya walau hanya sebentar.

Setelah Yunho selesai membayar makanan, mereka bergegas ke parkiran. Yunho membuka kunci pintu otomatis  dan Changmin langsung masuk ke dalam. Memutar bola matanya, ia juga masuk di kursi pengemudi dan menghidupkan mesin mobil.

“Kau jangan mengantarku sampai rumah. Kita belum menyusun rencana soal bagaimana kita menceritakan tentang hubungan ini kepada eomma ku. Bisa gawat kalau cerita ngarang kita tidak terdengar real.” Changmin berkata. “Dan jangan bawa aku ke apartemenmu lagi, oke? Bisa tambah ribet urusannya nanti.” Ia menambahkan dengan nada sewot, membuat Yunho mendengus kesal. Geer juga si nerd ini. Yunho juga sudah kapok kali, membawa dia ke apartemen pribadi miliknya.

“Tenang saja, aku hanya berencana untuk menurunkanmu di depan komplek rumahmu.” Dengan ketus Yunho membalas perkataan Changmin, sedikit merasa puas ketika Changmin menatapnya tajam. “Jangan tidur oke? Aku benar-benar malas membangunkanmu. Jangan salahkan aku kalau kau tidur dan nanti terbangun di keset pintu rumahmu. Aku sedang malas berbaik hati sekarang.” Yunho menginjak gas, memutar balik mobilnya dan pergi dari restoran itu.

Awkward silence menyelimuti mereka berdua. Yunho fokus mengemudi sedangkan Changmin... Yah, dia fokus untuk tidak tertidur. Selama lima menit pertama Changmin masih terjaga. Setelah 7 menit perlahan-lahan matanya mulai berat. 10 menit, dan kepalanya mulai terantuk-antuk, pertanda bahwa rasa ngantuk mulai menguasainya.

Yunho yang sesekali melirik ke arah pemuda tinggi nan kurus itu tanpa sadar tersenyum geli. Changmin ini memang galak dan berlidah tajam, tetapi kadang-kadang ia bertindak seperti anak kecil. Lihat saja, dari kemarin ia selalu tertidur ketika ia berada di dalam mobil, tidak peduli apakah Yunho membawa ngebut mobilnya dengan ugal-ugalan atau pelan dan mengikuti rambu-rambu yang ada. Ia sama sekali tidak terpengaruh, tidurnya tetap nyenyak.

Menggelengkan kepala, ia fokus kembali ke jalanan, tetap dengan senyum kecil mengembang di bibirnya.

 

 

 

 

 

 

Changmin membuka matanya perlahan. Ah, benar-benar tidur yang nikmat. Dengan lega ia menyadari bahwa yang ia pandangi sekarang adalah langit-langit kamarnya, dan bukan langit-langit kamar apartemen si brengsek itu. Ia menggeliat pelan, tetapi niatnya terhalang oleh sebuah tangan berat yang melintang di atas perutnya.

Mengernyit bingung, ia dengan cepat menelusuri tangan itu ke pemiliknya, dan hampir menjerit ketika ia menemukan Jung ing Yunho tertidur pulas dengan keadaan tidak memakai baju, bagian pinggang ke bawah tertutup oleh selimut yang juga dipakai olehnya, wajahnya damai dan tak berdosa, yang malah makin membuat Changmin ingin menendang jatuh manusia kurang ajar ini.

Baru saja ia ingin melaksanakan niatnya untuk menendang Yunho, pintu kamarnya terbuka secara perlahan, dan muncullah dua kepala ibu-ibu paruh baya yang segera bertemu mata dengannya, menyebabkan mereka menahan seruan girang untuk alasan yang Changmin tidak ketahui.

“Pagi Changmin. Maaf, mama menyuruh Yunho untuk tidak membangunkanmu semalam, karena kau tidur pulas sekali. Dannn, mama sudah bertemu ibumu, kami juga sudah membicarakan soal hal yang belum kau beritahu kepada ibumu. Untuk sekarang, kau santai saja. Mau tidur lagi juga boleh, kalian tidak ada kegiatan kan di kampus hari ini?” Mrs.Jung berkata dengan ceria, diikuti oleh anggukan semangat sang eomma yang kelihatan bahagia sekali, entah kenapa.

“Iya nak. Mengapa kau menyembunyikan hal ini kepada eomma? Yasudah, sekarang kami mau buat sarapan dulu. Nanti akan kami beritahu kalau sudah matang. Bangunkan Yunho juga, biar kita semua sarapan bersama. Oke?” Dan dengan sebuah kedipan berjuta makna keduanya menghilang kembali dari balik pintu, meninggalkan Changmin yang terbengong-bengong mendengarkan perkataan dua ibu-ibu tersebut.

 

 

 

 

 


 

A/N : JENG JENG JENG JEENNGGGG. Hehe apa kabar kalian semuaa? Masih ingatkan kepada diriku? Sekali lagi aku minta maaf. Aku sudah masuk kuliah, dan ternyata benar-benar ga ada waktu untuk mengetikT^T Aku janji, cerita bakal tetap lanjut, cuma mungkin akan lebih pendek per chapter, dan updatenya akan jadi luamaaa sekali:’)  DAN OHMAIGAT YUNHO KAMU ERT SEKALI SIH! CHANGMIN MAU KAMU APAINNNN?! *brb kelonin Changmin* *digeplak Yunho* *Changmin melototin Yunho* *cie Yunho sulking*
Dan akhirnya kedua ibu-ibu itu bertemu...Biasalah, kalian tahu kan kalau ibu-ibu sudah ngobrol?xD Terus Yunho gapake baju, ngelonin Chwang:3 Hehehe  yasudah guys, kita bertemu lagi di chapter depannn~~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dearBabySky
#1
Baru nemuin fanfic ini dan langsung maraton baca. Manis bgt. Berharap cpt dpt kelanjutan ceritanya.. Huhu
rinonori #2
Chapter 9: Errrr...... kira2 kapan ya bisa diapdet lagi?? penasaran banget soalnya ;) ditunggu yaaaa.... tengkyu <3
Tika_choi
#3
Chapter 9: Gak nyangka Changmin itu gaptek, hahaha XD kebanyakan "ngelahap" buku kali yaa XD Kyuhyun pasti ngakak berat pas di telpon Changmin untuk ngajarin dia make Android XD
Hayo loh Yun, kamu suka Changmin kan?? Ngaku aja udah XD tapi kayaknya perasaan Changmin masih biasa aja ya ke Yunho??
Ugh... Akhirnya sang pengganggu datang --"

Thanks udah update kakak ^^ waiting for next chapter, fighto ^^b
LMS_239
#4
Chapter 9: Astajim changmin bisa gaptek jg ternyata
Hahahaha
Chaeyoung si evil duh -..-

Masih kurang seminggu udah bisa buat hati n pikiran yunho jungkir balik Ya XD
Ahh itu hoodie ntr pasti disinggahi aroma changmin XD
Gezzzzzz si chaeyoung bener2 mengganggu diner ny homin -..-
Zheeda #5
Chapter 9: Chapter 9: changmin,mahasiswa terpintar yg gaptek^^..paling kyuhyun ngakak waktu diminta ngajarin gmn pake hp baru..
Yunho..pepatah mengatakan,witing trisno jalaran soko kulino...kmu kebiasaan menggoda min ah mu..nah kualat deh...semoga changmin segera ada rasa juga untukmu...
Bigeast88 #6
Chapter 9: Yun...lamban bgt sih km... msh ragukah kl km suka ke chami?? XDD hawwwwww kpn jadiaaan wkwkkwkw
Semangat thor kuliahnya!
Anashim #7
Chapter 9: ciee yunho udh mulai suka changmin.. tp sepertinya changmin nya masih cuek..haha.
yunho, kau perhatian ma changmin bukan krn kamu masih manusiawi tp krn udh mulai suka changmin..haha.

semoga kuliahnya lancar thor jd apdet nya juga lancar wkwkwkwkwk..
apalagy yunho n changmin nge date mulu pasti banyak dong inspirasinya..hihi.
Tika_choi
#8
Chapter 8: Hayo loh Yun, kepikiran Changmin kan?? Changmin biar nerd gitu tapi ngangenin loh XD
Btw Yunho itu udah suka Changmin belum sih kak?? I'm Curious....
Bad boy Yunho minta ditabok ni, ngeselin bgt!! Kasihan tuh cewek, habis manis sepah dibuang --
Next chapternya klo bisa cepat juga ya kak *maunya* Fighto ^^b
Tika_choi
#9
Chapter 7: Yeay.... Yunho dan Changmin mau tunangan ^^ gak sabar nunggu pertunangan mereka, jgn lupa undang aku ya kak XD
Changmin gak usah takut maag-nya kambuh, kan udah dikasih roti sobek XD
Btw aku udah ketinggalan dua chapter aja, setelah gak update sekian lama, sekalinya update langsung double gini, kak author daebak ^^
upiek8288 #10
Chapter 8: bad boy will always be bad boy,
cnt wait for chami to tame him,
luv ur story