Deklarasi Perang Shim Changmin

I Hate(Love) You!

I Hate(Love) You

Chapter 7 : Deklarasi Perang Shim Changmin

words : 3791

 

 


 

 

 

Membicarakan soal yang belum diketahui eomma? Sial, berarti mereka berdua sudah ketahuan! Ugh, mengapa Yunho begitu bod—

Tunggu, mama hanya tau soal mereka berpacaran, berarti mereka hanya membicarakan soal Changmin yang tidak memberitahukan bahwa ia ‘pacaran’ dengan Yunho. Menghela napas lega ia berusaha menyingkirkan lengan berat Yunho dengan perlahan, malas membangunkan si mesum ini walau eomma sudah menyuruhnya. Beruntung Yunho langsung membalikkan badan dan memeluk guling yang berada di samping kirinya.

Ia beranjak ke kamar mandi dalam diam. Sebuah suara yang terdengar seperti seseorang batuk membuat Changmin mematung, berdoa dalam hati bahwa Yunho belum terbangun dari tidur lelapnya. Sungguh, ia ogah meladeni seorang Jung Yunho pagi-pagi begini.

 Ketika ia menyadari bahwa Yuho masih pulas ia menghela napas lega dan bergegas masuk ke kamar mandi. Walau biasanya ia tidak mengunci pintu kamar mandi, saat ini ia langsung menguncinya, takut kalau-kalau si brengsek itu iseng dan tiba-tiba membuka pintu kamar mandi. Setelah yakin bahwa pintu itu tidak bisa dibuka dari luar, ia melepas seluruh pakaiannya dan menyalakan keran air.

Mandi merupakan salah satu agenda(?) dimana Changmin dapat dengan bebas mengekspresikan dirinya. Ia senang menyanyi, tetapi tidak pernah melakukannya di depan umum karena ia terlalu malu untuk melakukannya. Awalnya ia hanya menyenandungkan beberapa bagian dari lagu kesukaannya, namun setelah beberapa saat ia mulai menyanyikan bait pertama lagu dari band favoritenya, Nell - White Night.

Setelah selesai membilas seluruh busa di tubuhnya Changmin mengambil handuknya dan mengeringkan sekujur tubuhnya yang basah. (A/N : yaiyalah abis mandi ya basyaahhhhh~) Masih dengan bersenandung kecil ia membuka kunci pintu kamar mandi, bersiap untuk menendang Yunho jika ia berniat iseng untuk mengagetkan Changmin lagi.

Ketika ia melihat bahwa Yunho masih tertidur di atas kasur ia menghela napas lega sekaligus mendecakkan lidah.

Calon CEO macam apa Jung Yunho, jam segini masih belum bangun juga? Masa ia segitu pemalasnya sih? Masih dengan mengerutkan dahi Changmin membuka lemari pakaiannya, mengambil boxer kesayangannya dan kaus oblong serta celana basket yang sudah usang. 

Dengan cepat ia memakai seluruh pakaiannya, takut kalau-kalau si mesum mendadak terbangun dan menjahilinya lagi. Ia duduk di kasur untuk mengeringkan rambutnya, namun ia malah disambut oleh sepasang mata musang dan sebuah senyuman ngantuk dari seorang Jung Yunho.

“Pagi Changmin.” Suara rendah khas orang bangun tidur memasuki telinga Changmin, membuatnya ingin mendengus karena ini sudah jam 08.30 AM (ya, sudah termasuk siang untuk Changmin) tetapi tidak ia lakukan karena ia malas beradu mulut dengan Yunho saat ini.

 “Pagi Yunho.” Changmin membalas seramah yang ia bisa, ditambah sebuah senyuman kecil yang ia harap tidak terlihat terlalu terpaksa. Yunho menguap lebar dan ia bangun dari tempat tidur, membuat Changmin agak malu karena ia lupa kalau Yunho tidak memakai atasan apapun.

“Ugh, kamar mandi disitu ya?” Yunho bertanya sambil merenggangkan tubuhnya, membuat badannya yang eksotis berotot terpampang jelas di depan Changmin.

 

ASTAGA EOMMA PAGI-PAGI ANAKMU SUDAH DISUGUHI ROTI SOBEK!!

 

Changmin berpura-pura menunduk sambil mengeringkan rambutnya tetapi ia mengangguk untuk menjawab pertanyaan Yunho. Ketika ia merasa bahwa Yunho tidak juga beranjak dari hadapannya ia mendongak dan mendapati si tuan menyebalkan sedang menatapnya dengan senyuman kecil. Heran, ia menaikkan satu alisnya.

“Ada apa? Katanya mau pakai kamar mandi? Sana cepat mandi! Tadi Ibu kita datang dan menyuruh kita turun ke bawah untuk sarapan. Aku sudah siap tetapi mereka ingin kita datang berdua, jadi aku harus turun bersamamu. Cepatlah!” Changmin sedikit mengerutkan alisnya ketika Yunho tak bergeming dari tempatnya berdiri.

“Kau tahu, wajah tidurmu itu lucu sekali. Innocent, damai, manis. Ketika kau bangun kesan damai dan manismu hilang, tapi ketika kau mengeringkan rambutmu seperti itu kau terlihat seperti anak kecil. Lucu.” Yunho berkata, tanpa ada sedikitpun nada sinis atau mengejek di dalamnya. Tatapannya pun sama, tidak jahil dan nakal, tetapi malah memancarkan....fondness? Sedikit bingung, Changmin menelengkan kepalanya ke samping, kembali mengingatkan Yunho akan Juno, anjing peliharaannya dulu saat ia kecil.

Terkekeh pelan, Yunho menggelengkan kepala dan masuk ke kamar mandi, meninggalkan Changmin yang bingung nan heran karena tingkahnya yang sama sekali tidak biasa. Dengan cepat ia menyelesaikan urusannya di kamar mandi, dan ketika ia hendak mengeringkan badan barulah ia sadar bahwa ia tidak membawa handuk.

“Changmin! Pinjam handuk dong.” Dengan badan setengah tertutup pintu Yunho nyengir ketika Changmin memutar bola matanya. Setelah Changmin menyerahkan handuk, dengan iseng Yunho berusaha menarik tangannya, yang menyebabkan Changmin hampir saja terjungkal masuk ke dalam kamar mandi kalau bukan karena tangan satunya yang dengan cepat menyambar kusen pintu kamar mandi.

“YUNHO! Apa-apaan sih!” Changmin berteriak kesal, namun wajah merahnya yang berusaha tidak melihat badan telanjang Yunho membuatnya terlihat lucu. “Tsk, dasar anak perawan. Padahal itumu dan anuku sama bentuknya, kenapa kau malu banget sih?” Yunho tertawa ketika Changmin dengan cepat melepaskan tangannya dan membanting pintu kamar mandi.

Selesai mengeringkan badan, Yunho bergegas keluar kamar mandi. Ia berusaha menahan tawa ketika ia mendapati Changmin yang masih bermuka merah sedang menutup muka dengan kedua tangannya. “Biasa ajalah, nerd. Toh aku yang semalam melihat puluhan foto bayi telanjangmu biasa saja.” Ia melempar sebuah smirk ketika Changmin dengan cepat melotot ke arah dirinya.

“Ya itu kan beda urusan! Ugh, lagian kenapa kau ada disini sih? Kenapa kau tidak pulang ke apartemenmu?!” Changmin dengan sewot melempar  baju dan celana untuk Yunho pakai, yang direspons dengan seringaian khas ala Jung ing Yunho. “Memang kau tidak ingat? Kamulah penyebab aku tidak bisa pulang ke rumah.” Yunho mengedipkan sebelah matanya sambil memakai boxer dan celana yang dilempar Changmin tadi.

Dengan malas Changmin memutar bola matanya dan ia hampir menjerit ketika Yunho menubruk badannya sehingga ia jatuh telentang di kasur. Ia hanya menatap sengit kepada lelaki yang berada di atasnya saat ini. Dasar menyebalkan! Benar saja, Yunho sudah memulai aksi mari-kita-goda-Changmin pagi-pagi begini. (A/N : Tadi katanya udah siang, sekarang masih pagi. Yang bener yang mana Chwang?><)

“Kamu ngapain sih?” Changmin bertanya dengan nada yang ia buat agar terdengar sebosan mungkin. Yunho hanya merespons dengan seringaian, tangannya (yang ternyata kekar, namun tidak berlebihan) mengungkung kepala Changmin. Namja bermata bambi itu mengernyitkan hidungnya. “Awas. Aku mau turun.” Perintah meluncur dari bibir Changmin, namun sekali lagi Yunho mengabaikannya.

Ia menghela napas kesal. Hih, benar-benar manusia mesum satu ini.

“Yunho, minggir cepat. Aku mau turun dan sarapan. Lapar tau!” Changmin memerintah lagi dengan nada suara yang lebih sewot. Yunho hanya menaikkan kedua alisnya, seringaiannya hilang digantikan oleh senyuman yang sangat mencurigakan. “Changmin, apakah kau tahu mengapa aku bisa tidur bersamamu disini? Dengan bertelanjang dada pula.” Yunho bertanya sambil menaik turunkan kedua alisnya. Changmin hanya bisa membalas dengan erangan malas.

“Itu tidak penting untukku sekarang. Minggirlah! Ck, pagi-pagi kau sudah menyebalkan.” Lelaki manis itu sekarang cemberut. Ia sudah cukup bete karena sudah dipermalukan oleh Yunho saat insiden kamar mandi tadi. Dan sekarang, si menyebalkan ini masih ingin membuatnya kesal? Cih, dasar brengsek! Ia melotot kepada Yunho, yang sialnya malah tertawa kecil melihatnya mati-matian berusaha keluar dari kungkungan tangannya.

“Yakin kau tidak mau tau? Padahal tadi malam cukup.....panas diantara kita.” Kata panas diucapkan sedemikian dekatnya ke telinga Changmin, menyebabkan ia bergidik antara takut dan....yah, kau taulah apa. “Wah, mukamu langsung merah! Memang apanya yang panas menurutmu Changmin? Orang maksudku selimutnya bikin panas kok!” Yunho terkekeh geli melihat Changmin membuang muka darinya. Lagi-lagi pipi yang agak sedikit chubby itu bersemburat merah, membuat Yunho ingin mencubit dan—

 

Oh . Fokus, Yunho!

 

“Aku tidak peduli apanya yang panas, yang penting cepat lepaskan aku! Ugh, apanya yang tidak kau mengerti dari kalimat ‘aku mau turun dan sarapan’ sih?!” Changmin mendorong dada (bidang) Yunho sekuat tenaga, tetapi manusia diatasnya ini tidak bergeming sama sekali. Malahan Yunho tertawa-tawa melihat tingkahnya dari tadi, seakan-akan Changmin adalah seorang bocah yang sedang mencoba untuk melawannya.

“Yunhooo!!” Changmin setengah merengek setengah berteriak kesal. Tidak tahukah Yunho bahwa perutnya ini adalah bagian tubuh Changmin yang paling tepat waktu? Ia sama sekali tidak suka kalau ia telat makan, karena ia paling benci jika penyakit maag-nya kambuh. Dengan geram ia mencubit lengan kanan atas Yunho.

“ADUH!” Yunho meringis kesakitan, tetapi ia masih kukuh menghalangi niat Changmin untuk sarapan.

“Kau ini ya, kebiasaan! Mainnya cubit-cubitan, kayak cewek saja.” Gerutu Yunho sambil menahan sakit. Pasalnya, Changmin belum melepas cubitan mautnya. “Makanya AWAS! IH! Ngeselin banget. Sana minta sama mantan-mantanmu kalau kau mau melakukan hal-hal dalam pacaran yang tidak sewajarnya. Kau lupa pada perjanjian kita hah?” Changmin merengut kesal.

Yunho menaikkan kedua alisnya. Anak ini sudah diantar dengan selamat sampai rumah, sudah membuat Yunho jantungan karena tiba-tiba di rumah nerd ini ada Ibunya, sudah bikin orang hujan-hujanan karena ia terpaksa berakting sebagai pacar yang baik dan benar di depan orangtua mereka, dan tanpa berdosanya tidak ada inisiatif untuk berterimakasih atau setidaknya bertanya mengapa ia bisa ada disini tanpa kekurangan suatu apapun.

“Yakin, si nona suci tanpa dosa tidak mau tahu bagaimana ia bisa sampai disini dengan aman sentosa? Bagaimana kalau Ibumu bertanya dan jawaban kita berbeda, karena kau tidur seperti beruang yang sedang berhibernasi tadi malam?” Yunho melempar smirk kemenangannya ketika Changmin memutar bola matanya, mengetahui bahwa Changmin sebenarnya sependapat dengannya. “Yasudah cepat cerita. Jangan lama-lama, nanti orangtua kita mengira yang tidak-tidak.” Jawab Changmin dengan masam.

Mendengus, Yunho menepis tangan Changmin yang masih mencubitnya, dan Changmin balas memukul lengan Yunho yang berada di samping mukanya. Ketika mereka berdua sudah duduk berhadap-hadapan, Yunho mengambil guling untuk pertahanannya. Aksinya tadi malam memang ada beberapa yang akan membuat Changmin marah, maka tidak ada salahnya ia berjaga-jaga terlebih dahulu.

“Jadi begini. Tadi malam itu, kau tertidur setelah mengatakan hal yang kira-kira berbunyi “Jangan mengantarku sampai rumah. Turunkan aku di depan gang rumahku saja.” Dan ketika sudah sampai di depan gang rumahmu, tiba-tiba hujan turun. Deras banget pula. Tadinya aku mau bangunin kamu tetapi Ibuku menelpon, menanyakan aku berada di mana, karena ia sudah berada di rumahmu dan ternyata kau belum pulang.” Yunho memperhatikan wajah Changmin yang berubah sedikit kusut.

“Dan karena itu aku terpaksa mengatakan bahwa aku sudah di depan gang rumahmu. Karena jika aku menyuruhmu berjalan sampai ke rumahmu sendirian, dan tanpa payung pula, bisa-bisa uang bulananku dipotong. Belom lagi ada si pengawas kita barusan, aku yakin dia sudah melapor kepada mama bahwa aku pergi makan dulu bersamamu. Jadi yah, begitulah. Tetapi masalah muncul ketika aku sampai di depan rumahmu. Ibu kita sudah menunggu di depan pintu, jadi tak mungkin aku membangunkanmu yang sedang pulas jika kita ingin menampilkan pasangan kekasih yang baru saja jadian dua hari lalu. Aku terpaksa menggendongmu lagi.” Yunho mendengus ketika ia ingat pengorbanannya tadi malam.

Entah memang ia sial atau bagaimana, di rumah Changmin tidak ada payung lain selain yang dipakai dua ibu-ibu itu. Lagian untuk apa pula mereka berdiri di depan pintu seperti itu kalau mereka tidak mau memayungi Yunho dan Changmin?

“Kau tahu, aku harus berhujan-hujan hanya untuk memindahkanmu dari dalam mobil ke dalam rumahmu, ditambah aku harus sedikit berlari-lari supaya kau tidak ikut basah juga.” Yunho berkata dengan ketus. “Walaupun kau sedikit basah setidaknya kau tidak seperti aku. Setelah menaruhmu di kamar, aku harus lari lagi ke luar dan mengambil barang-barang kita, sementara Ibuku dan eomma-mu sibuk mengurus dirimu yang masih tidur, payungnya entah mereka taruh dimana.” Yunho mendengus lagi. Changmin hanya bisa diam mendengarkan, dalam hati merasa kesal karena ia merepotkan manusia menyebalkan dan berhutang budi lagi kepada si mata musang ini.

“Selesai memindahkan barang-barang kita dari dalam mobil, aku hanya bisa berdiri layaknya orang cengo di samping sofa. Sudah bajuku basah, udaranya dingin, tak ada baju ganti pula. Ibuku seakan lupa kalo dia punya anak kandung yang kehujanan juga, dia sibuk mengurusi kau disini. Yang turun malah eomma-mu, sambil membawa handuk kering dan baju ganti untukku. Dan ya ampun Changmin, ukuran tubuhmu itu apa sih? Kaus dan celana mu ketat banget untukku! Apalagi di bagian lengan dan dadaku. Makanya aku tidak pakai baju saat tidur. Terlalu sesak! Tadinya aku mau buka celana juga, cuma aku takut, karena aku tidurnya lasak dan suka sembarang peluk. Nanti kalau morning woodku datang dan secara tak sengaja menggesek pantatmu kan bisa gawat.” Yunho menaik turunkan alisnya dan nyengir mesum, membuat Changmin mendelik kesal.

“Kau tidur seenaknya saja ya, main peluk-peluk segala. Untung tadi aku tidak teriak, kalau tidak ibu kita bisa mengira yang tidak-tidak! Lagian kenapa tidur di kamarku sih? Setahuku sofa di ruang tamu bisa disulap jadi kasur kecil. Kan bisa kamu mengelak dengan alasan tidak mau sekamar sebelum menikah atau apa gitu!” Dengan sewot  Changmin mengutarakan kekesalannya karena tadi pagi ia hampir jantungan ketika Yunho yang topless memeluk dirinya dari samping. Yang membuatnya tambah kesal adalah tampang sok tidak bersalah Yunho, Changmin ingin sekali menabok wajah sok innocent itu.

Yunho hanya mengedikkan bahunya dengan singkat, tidak menghiraukan Changmin yang sibuk ngedumel, membuatnya ingin menyumpal mulut si nerd satu ini dengan sapu tangan atau handuk kecil. Setelah Changmin berhenti ngomel, ia menaikkan satu alis untuk bertanya apakah Changmin sudah selesai atau belum, dan ketika Changmin cemberut ia mendengus. “Dengar ya cantik, apakah menurutmu ibu kandungku akan percaya dengan alasan macam itu? Dia yang paling tahu akan kelakuanku selama ini jadi kurasa dia akan merasa sangat janggal jika tiba-tiba aku menolak untuk tidur sekasur dengan pacar official ku! Okelah dia bisa menganggap bahwa aku berubah tetapi kita baru bersama selama dua hari. Akan sangat-sangat aneh jika aku meminta tidur di ruang tamu jika ada kasur beneran plus pacarku yang manis sedang tidur diatasnya.” Yunho memainkan alisnya.

Changmin menyipitkan matanya curiga sebelum ia memutar mata bambinya. “Aku merasa bahwa kau tidak mau tidur di sofa karena kau tidak biasa tidur di tempat sempit seperti itu.” Yunho memasang wajah yang meminta belas kasihan. “Ah, sudahlah Changmin. Lagipula ruang tamu itu sangat dingin tadi malam, apalagi jendela disitu tidak bisa ditutup rapat! Tambah lagi aku habis kehujanan, kau mau aku—” Ia terdiam ketika ia menyadari bahwa ada langkah kaki yang menuju ke kamar ini. Tampaknya Changmin juga mendengarnya, dan ia segera bergeser menjauh dari Yunho, memilih untuk berdiri di ujung kasur.

Tak lama pintu terbuka dengan perlahan, menampakkan wajah ibu Changmin yang langsung berseri melihat mereka berdua sudah bangun. “Pagi Yunho! Ayo turun sarapan, nanti makanannya keburu dingin.” Nada suaranya yang lembut dan keibuan secara tak sadar memunculkan senyum kecil di bibir Yunho. “Iya, tan. Aku baru saja mau turun dengan Changmin.” Ia menjawabnya sambil turun dari kasur, bergegas menarik Changmin yang hanya berdiri diam sambil pouting karena eommanya nyuekin anaknya sendiri.

“Ah, kuharap kau tidak alergi nanas? Ada satu makanan yang menggunakan nanas di dalamnya.” Ibu Changmin bertanya. “Tidak, tan. Aku cuma alergi kepada kelengkeng dan durian.” Yunho menjawab dengan suara ringan. “Wah, kalau Changmin malah suka sekali makan durian. Dia paling doyan sama pancake durian. Dalam 2 menit bisa habis 5 potong!” Yunho tertawa ketika ia melihat Changmin memerah malu. “Eomma!”

Ketika mereka sampai di meja makan, Yunho menghirup dalam-dalam bau masakan yang terhidang. Ada ayam panggang, bakso, nasi goreng kimchi, salad dan puding buah, serta seteko penuh jus jeruk. Changmin pun membelalakkan matanya ketika ia melihat hidangan penuh diatas meja. “Eomma yang memasak semua ini dengan mama?” Ia bertanya dengan suara takjub, memandang ibunya dengan pandangan tak percaya. “Tidak juga, ibu beli bakso itu kemarin, tinggal dihangatkan tadi.” Ibunya nyengir ketika ia mengambil piring.

“Tetapi Ibunya Yunho masak ayam panggangnya loh! Bumbunya mantap sekali. Kamu suka pedas kan, Chwang? Nah tadi Nyonya Jung menambahkan 2 cabai pyeonggang khusus untukmu.” Kini giliran ibunya Yunho yang menerima pandangan tak percaya dari Changmin. Terkekeh, Mrs. Jung mengusap pelan kepala Changmin. “Makan yang banyak nak. Kapan lagi kamu bakal dimasakin sama calon mertuamu?” Ia menaik turunkan alisnya lalu ia tersenyum lembut ketika Changmin dengan semangat menganggukkan kepalanya.

Dalam sekejap piringnya sudah penuh dengan nasi goreng, 4 potong bakso, 2 potong ayam, masing-masing dada dan paha, ditambah dengan satu piring kecil salad buah, serta satu gelas besar jus jeruk dengan es batu. Ia duduk bersebrangan dengan ibunya Yunho, dan setelah berdoa ia menepuk kedua tangannya dengan ceria. “Selamat makan!”

Yang lain hanya tertawa kecil melihat kelakuan pemuda itu, tak terkecuali sang “pacar” yang menggelengkan kepala sebelum ia melahap makanannya.

“Wah, bu, ini enak banget ayamnya!” Changmin berseru ketika ia sudah menelan suapan pertamanya. Yunho mengangguk setuju, agak terkejut karena ternyata ibunya bisa memasak seenak ini. Ibunya jarang memasak, kadang untuk makan bersama saja sulit. Memang juru masak di rumah itu professional dan masakannya sekelas dengan restoran bintang lima, tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan rasa masakan seorang ibu. Ibunya hanya tersenyum lebar dan menyuruh mereka untuk tambah.

Setelah selesai makan, Yunho memotong puding buah untuk mereka berempat. Sambil memakan puding ternyata ibu mereka memutuskan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan soal hubungan mereka. Hampir Changmin tersedak ketika sang eomma menanyakan pertanyaan yang paling ia takuti untuk saat ini.

“Changmin, kenapa kau tidak bilang kalau kau pacaran dengan Yunho kepada eomma, nak?” Nada pertanyaannya memang lembut dan tidak memaksa tetapi Changmin merasakan takut yang mencengkeram karena perkataan Yunho tiga hari lalu. Kalau mereka ketahuan, maka matilah Changmin.

Eommanya adalah orang yang paling penting untuknya di dunia ini. Dia tidak punya siapa-siapa lagi selain sang eomma. Memang ada saudara sepupunya, tapi ia tidak pernah dekat dengan kerabat-kerabatnya. Tangan Yunho meremas pahanya, seakan mengingatkan perjanjian soal hubungan mereka ini. Menghela napas panjang ia membuka mulutnya. Well, semoga alasannya ini bisa diterima oleh eomma.

“Uhm, jadi eomma, aku bukannya tidak ingin memberi tahu eomma soal ini...Tetapi,aku merasa bahwa belum saatnya saja. Kita baru berpacaran 3 hari eomma, dan aku belum yakin apakah Yunho-lah yang akan menerima tanganku di altar nanti. Lagipula, dia itu anak boss eomma. Kalau aku buka mulut soal hubunganku dengan Yunho, aku takut rekan kerja eomma akan berpikiran yang tidak-tidak. Aku benci jika eomma harus diperlakukan macam-macam hanya karena aku pacaran dengan anak boss.” Changmin hanya memainkan tangan di pangkuannya, menghiraukan usaha Yunho untuk terlihat sebagai pacar perhatian.  

“Oh, Chwangdola, kamu tau bahwa eomma tidak pernah peduli dengan omongan orang! Dan tidak apa-apa mengenalkan pacarmu kepada eomma, itu bukan berarti kau harus langgeng sampai menikah. Eomma kan juga ingin tahu siapa yang akhirnya berhasil meluluhkan hati kutu buku tercinta eomma ini. Lagipula, bukankah jika calon besan eomma bos perusahaan maka tidak akan ada yang berani berkomentar?” Sang eomma terkekeh geli melihat Changmin yang sangat gugup menjawab pertanyaannya, mengira bahwa kegugupan itu karena kepolosan anaknya yang takut kalau hubungannya harus tahan sampai pernikahan nanti.

Ia tidak tahu bahwa sekarang Changmin sibuk mengutuki dirinya yang dengan bodoh menyetujui perjanjian ini dengan begitu mudahnya. Kalau saja ia tidak emosi dan berpikir jernih waktu itu, pada saat ini mungkin ia tidak harus berbohong kepada eomma-nya, keluarga satu-satunya yang ia punya.

Atau paling tidak, ia bisa negosiasi dengan si brengsek di sampingnya ini, menuntut bahwa ibunya langsung naik jabatan dan menerima fasilitas yang nyaman. Entah itu rumah dinas kek, atau mobil dinas, yang penting ibunya tidak usah tinggal di dalam rumah kecil nan sumpek dan harus naik transportasi umum yang rawan kejahatan tiap hari.

 

“Lagipula Chwang, Yunho benar-benar serius pacaran denganmu sepertinya. Tadi malam saat kau tidur pulas, ia mengutarakan niat untuk bertunangan denganmu setelah kalian lulus. Jadi, kau sepertinya tidak perlu khawatir jika engkau takut hubunganmu tidak akan sampai ke jenjang pernikahan.” Eomma-nya mengedipkan sebelah mata, sama sekali tidak menyadari kekagetan dan kemarahan yang tiba-tiba muncul di dalam mata bambi anaknya.

Changmin hanya bisa diam terpaku di tempat, tangannya mengepal sedemikan rupa sehingga keduanya memutih dan kuku-kuku jarinya menancap di permukaan tangannya. Jung Yunho, si manusia tidak tahu malu dan tidak tahu diri ini dengan seenaknya memutuskan sesuatu tanpa menanyakan persetujuan dia! Hal besar seperti pertunangan tidak ada dalam perjanjian mereka kemarin, yang ada hanya Changmin berpura-pura jadi pacar si bajingan ini sampai tujuannya tercapai, dan mereka tidak akan melibatkan ibunya dalam hal apapun!

Tangan Yunho meremas pahanya lagi (ia bahkan lupa bahwa ada tangan Yunho disitu), hampir membuat ia meloncat kaget dari kursi yang ia duduki tetapi ia melempar senyuman gugup kepada ibunya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil pura-pura memasang wajah senang tapi cemas.

“Wah eomma, benarkah? Aduh, aku bahkan belum tahu soal itu. Bukannya aku tidak mau...Tetapi bukankah agak terlalu cepat? Kelulusan dan wisuda tinggal 3 bulan lagi. Dan kita baru pacaran selama tiga hari.” Tak lupa ia menggigit bibir bawahnya, kebiasaan yang ia lakukan ketika ia merasa cemas atau tidak yakin. Kalau memang Yunho mau cara bermain yang seperti ini, yasudah! Akan Changmin ladeni dengan senang hati. Ia tahu bahwa Yunho ingin dirinya 100% mengikuti kemauan si brengsek itu tetapi dia tidak sudi tunduk kepada Yunho.

Memangnya Yunho itu siapa? Toh hanya anak bos eomma-nya. Dan sekarang sang boss yang sangat disegani Changmin dan eomma-nya sedang sibuk terkekeh-kekeh bersama eomma-nya. Mama sepertinya sangat senang dengan Changmin, kalau ia meminta untuk pindah rumah ke salah satu apartemen mewah milik Jung Enterprise mungkin juga akan langsung disetujui. Semua malah berpihak kepada Changmin, untuk saat ini. Jadi tidak mungkin Changmin hanya akan berdiam diri dan menyetujui rencana Yunho. Apalagi untuk sesuatu yang se-serius pertunangan.

Ia hendak membuka mulutnya lagi tetapi sebuah remasan kencang dari Yunho menghentikan niatnya. Changmin menoleh untuk memberikan glare terbaiknya kepada “pacar”nya itu tetapi ternyata Yunho sudah duluan memasang wajah galaknya. Hampir saja Changmin melayangkan tamparan khas dirinya, kalau-kalau Yunho tidak memalingkan wajahnya duluan dan berdeham.

“Aku memang sebenarnya tidak ingin memberitahu kalian dulu...Rencana ini pure dari aku, belum aku ada omongan dengan Changminnie. Tadinya aku mau bilang ke Changmin soal rencana pertunangan ini nanti sore, tetapi aku keceplosan tadi malam. Habis, ada calon mertuaku, mulutku jadi gatal untuk memberitahukan niatku untuk mengikat Changmin dalam hubungan yang lebih serius.” Yunho berhenti sebentar untuk tersenyum kepada Changmin, tangannya yang tadinya berada di paha namja manis itu pindah ke tangan kanan Changmin yang sedang sibuk mengepal erat.

“Tante, memang aku baru tiga hari pacaran dengan Changmin tetapi aku benar-benar serius dengannya. Dia itu seperti...seperti malaikat kiriman Tuhan yang menjadi pencerahan bagiku di saat-saat tergelapku. Jujur, aku dulu tidak peduli akan menikah dengan siapa jika memang itu syarat orangtuaku untuk mengangkatku sebagai CEO. Tetapi saat aku bertemu Changmin waktu itu, aku hanya bisa membayangkan diriku melangkah ke altar dengan dirinya, maka itu...Kumohon.” Ia mengangkat tangan Changmin dan mengecup singkat punggung tangannya. “Kita jalani saja dulu hubungan ini ya? Sebulan sebelum wisuda baru kau tentukan, apakah kau mau bertunangan denganku atau tidak. Bagaimana?”

Kemudian ia menatap Changmin dengan penuh ancaman selama tiga detik, meremas tangan yang berada di dalam genggamannya dengan tidak ber-keperikemanusiaan dan Changmin tahu bahwa Yunho sedang tidak main-main. Dengan berat hati ia mengangguk, sekuat tenaga menahan senyumnya agar tidak luntur dari bibir tipisnya. “Baiklah.”

 

Sekarang Changmin sadar, bahwa apapun atau siapapun yang berada di pihak Changmin, tidak akan menjadi masalah besar bagi Yunho, karena eomma-nya sendiri sedang berkaca-kaca memandang si serigala berbulu domba ini, kemungkinan besar terharu dan sudah merasa sayang jika Changmin tidak setuju untuk bertunangan dengan Yunho.

Sialan. Yunho sekarang sudah memegang kelemahan Changmin tanpa perlu melaksanakan ancamannya tiga hari lalu, dan Changmin tahu bahwa Yunho akan bertingkah super baik di depan sang eomma mulai sekarang. Brengsek memang! Dengan kesal ia balas meremas tangan bantet si jerk sialan ini, melemparkan senyum yang menyatakan kalau ia, Shim Changmin, mahasiswa terpintar di universitas nomer satu Korea, tidak akan segampang itu menyerah kalah di bawah kaki Jung-ing-Yunho.

 

 

 


 

 

A/N :

*pundung*

apa ini?:’) Maafkan jari2ku, mereka yang membuat endingnya jadi seperti itu:’) Yah, semoga kalian masih suka ya. Terus, kalo ga salah aku bilang kelulusannya tinggal sebulan ya di awal cerita? Nah sekarang kuubah soalnya kecepetan klo sebulan doang wkwkwk.

Maapkeun daku yang ngilang selama 6 bulan, tpi malah ngapdet cerita lainT^T entah kenapa klo untuk cerita ini lebih sering mampet idenya dibanding yang lain. Aku juga sempet lupa buat nulis ending untuk chapter ini karena aku sibuk sama fic aku yg lain, pdhl wktu itu bener2 udah 90% dan tinggal post doang.

Yah, berilah daku sekedar komen, krn aku agak ragu sama chapter ini. Makasih loh ya yg bener2 nungguin fic ini, sampe komen di wall ku:’) Ku syg klian:* DOAKAN AJA GA SAMPE 6 BULAN LAGI YAW:3

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dearBabySky
#1
Baru nemuin fanfic ini dan langsung maraton baca. Manis bgt. Berharap cpt dpt kelanjutan ceritanya.. Huhu
rinonori #2
Chapter 9: Errrr...... kira2 kapan ya bisa diapdet lagi?? penasaran banget soalnya ;) ditunggu yaaaa.... tengkyu <3
Tika_choi
#3
Chapter 9: Gak nyangka Changmin itu gaptek, hahaha XD kebanyakan "ngelahap" buku kali yaa XD Kyuhyun pasti ngakak berat pas di telpon Changmin untuk ngajarin dia make Android XD
Hayo loh Yun, kamu suka Changmin kan?? Ngaku aja udah XD tapi kayaknya perasaan Changmin masih biasa aja ya ke Yunho??
Ugh... Akhirnya sang pengganggu datang --"

Thanks udah update kakak ^^ waiting for next chapter, fighto ^^b
LMS_239
#4
Chapter 9: Astajim changmin bisa gaptek jg ternyata
Hahahaha
Chaeyoung si evil duh -..-

Masih kurang seminggu udah bisa buat hati n pikiran yunho jungkir balik Ya XD
Ahh itu hoodie ntr pasti disinggahi aroma changmin XD
Gezzzzzz si chaeyoung bener2 mengganggu diner ny homin -..-
Zheeda #5
Chapter 9: Chapter 9: changmin,mahasiswa terpintar yg gaptek^^..paling kyuhyun ngakak waktu diminta ngajarin gmn pake hp baru..
Yunho..pepatah mengatakan,witing trisno jalaran soko kulino...kmu kebiasaan menggoda min ah mu..nah kualat deh...semoga changmin segera ada rasa juga untukmu...
Bigeast88 #6
Chapter 9: Yun...lamban bgt sih km... msh ragukah kl km suka ke chami?? XDD hawwwwww kpn jadiaaan wkwkkwkw
Semangat thor kuliahnya!
Anashim #7
Chapter 9: ciee yunho udh mulai suka changmin.. tp sepertinya changmin nya masih cuek..haha.
yunho, kau perhatian ma changmin bukan krn kamu masih manusiawi tp krn udh mulai suka changmin..haha.

semoga kuliahnya lancar thor jd apdet nya juga lancar wkwkwkwkwk..
apalagy yunho n changmin nge date mulu pasti banyak dong inspirasinya..hihi.
Tika_choi
#8
Chapter 8: Hayo loh Yun, kepikiran Changmin kan?? Changmin biar nerd gitu tapi ngangenin loh XD
Btw Yunho itu udah suka Changmin belum sih kak?? I'm Curious....
Bad boy Yunho minta ditabok ni, ngeselin bgt!! Kasihan tuh cewek, habis manis sepah dibuang --
Next chapternya klo bisa cepat juga ya kak *maunya* Fighto ^^b
Tika_choi
#9
Chapter 7: Yeay.... Yunho dan Changmin mau tunangan ^^ gak sabar nunggu pertunangan mereka, jgn lupa undang aku ya kak XD
Changmin gak usah takut maag-nya kambuh, kan udah dikasih roti sobek XD
Btw aku udah ketinggalan dua chapter aja, setelah gak update sekian lama, sekalinya update langsung double gini, kak author daebak ^^
upiek8288 #10
Chapter 8: bad boy will always be bad boy,
cnt wait for chami to tame him,
luv ur story