06 - Sugar-Night Talks
More Money No HappinessHarus Aerim akui bahwa pikirannya tidak berada di auditorium selama acara berlangsung. Bahkan dia tidak mengerti setengah dari acara tersebut. Yang bisa ia ingat, acaranya mewah, riuh, dan seperti asyik. Karena setelah keluar dari auditorium ia bisa mendengar bagaimana anak-anak lain membicarakan semua club yang tampil. Ada band sekolah yang ternyata sangat terkenal dan menang di beberapa acara televisi, kemudian club radio yang ternyata salah satu DJnya adalah Irene-sunbae, dan ada juga grup tari yang ia lihat di awal acara tadi, dan masih banyak lagi. Seulgi terus menerus menggerutu karena tidak mendapatkan door prize yang disediakan pihak sekolah. Dan Luhan, pria itu berhasil menjawab sebuah kuis dan sekarang dia sudah menenteng notebook yang sialnya merupakan produksi perusahaannya sendiri. Kau bisa melihat kekecewaan dibalik wajahnya dan semua orang di gedung tertawa. Lucu sekali. Pria itu sepertinya lupa bahwa baru saja dia diberitakan besar-besaran oleh media.
Bagi sebagian anak, sekolah mulai terasa tidak seasing kemarin. Setelah acara pembukaan, sebagian membuat kelompok sendiri. Sebagian juga sudah menemukan teman sendiri yang cocok untuk mereka. Ada juga beberapa anak terlihat begitu sombong dan gengsi untuk berbaur dengan yang lain. Beberapa juga mencoba mendekati Aerim, Seulgi, Luhan, Baekhyun, Xiumin, Chanyeol dan Sehun--mencari perhatian mereka.
Aerim juga tidak tahu kenapa dirinya begitu nyaman dengan Seulgi. Gadis itu berisik, cerewet, sedikit angkuh dan kadang-kadang juga menyebalkan. Tapi tidak masalah baginya. Seulgi adalah orang yang menyenangkan, ditambah lagi gadis itu ingin berteman dengannya bahkan sebelum mengetahui bahwa Aerim adalah anak dari salah satu chaebol paling sukses di Korea. Kalian bisa lihat setelah acara pembukaan selesai dan berita itu keluar di banyak media Korea, beberapa siswa--Aerim tidak tahu itu siapa--kadang menyempil di antara dirinya dan Seulgi. Mayoritas dari mereka bertanya begini: "Sudah makan siang?"
Berdua memang terlalu sepi, tapi jika kalian tiba-tiba makan siang dengan seseorang yang tidak kalian kenal mungkin sedikit canggung, ya kan? Jadi sepertinya takdir selalu mempertemukan mereka berdua kepada Luhan cs. Para lelaki itu, walaupun bertanya hal yang sama: "Dua gadis cantik, sudah makan siang?" ajakan itu tidak pernah ditolak oleh dirinya dan Seulgi. Mungkin karena mereka membuat Aerim nyaman (tidak untuk Luhan) dan dia rasa mereka juga sudah sangat akrab dengan Seulgi dari awal (walaupun gadis itu selalu bertingkah menyebalkan kepada mereka). Mungkin itu menjawab pertanyaan kenapa mereka selalu bersama. Memang tidak bisa dibilang 'selalu' juga, tapi setiap ada kesempatan mereka bertujuh bagai kelompok pertemanan yang diidam-idamkan sebagian besar siswa Baeksang.
Tapi sialnya, teman-temannya sadar bahwa Aerim dan Luhan terlihat begitu canggung satu sama lain. Ada saat dimana Aerim tidak mau duduk di sebelah Luhan ketika makan malam hari itu dan lelaki itu juga tidak bisa menyalahkannya. Dan bagi Aerim juga tidak ada yang salah dalam masalah kali ini. Orang tua mereka lah yang harus bertanggung jawab dan Aerim sampai sekarang sama sekali tidak mendapatkan informasi dan telepon dari ayahnya, dia bahkan tidak datang ke acara pembukaan, sungguh.
Satu-satunya informasi yang bisa dia dapatkan adalah dari Luhan. Lelaki itu menjanjikan penjelasan di atap asrama. Dan disinilah mereka, duduk di dalam sebuah gazebo kecil di antara tanaman-tanaman cantik yang ditemani cahaya bulan. Beberapa titik dihiasi lampu taman dan di setiap pagarnya digantung sebuah lampion-lampion berwarna hijau, kuning, ungu dan merah. Untungnya, hanya mereka berdua disana.
Luhan memakai hoodie hitam dan celana pendek army green selutut. Sangat sederhana dan benar-benar pakaian tidur. Rambut cokelatnya ia biarkan tidak rapi, dan matanya sangat sayu. Sehingga membuat Aerim tersenyum geli karena Luhan terlihat 'sedikit' menggemaskan. Berada tepat di hadapan lelaki itu membuat Aerim bisa mencium aroma khasnya yang sekarang sangat ia kenali sejak insiden di lift kemarin sore. Citrus dan mint. Natural, benar-benar cocok untuk Luhan. Entah kenapa dia merasa suatu bergejolak di dadanya.
Entah itu apa tapi dia ingin membenci itu.
Klik! Luhan menjentikkan jarinya tepat di depannya. Aerim mengerjap. Lelaki itu tertawa.
"Sudah selesai melamunnya, tuan putri?" godanya. Bibir Aerim mengerucut, sebal.
"Aku tidak melamun, tuan muda Lu." Aerim tersenyum hormat dan menunduk sedikit. Ingin membalas godaan lelaki itu.
"Wah, apa kau menjadi pelayanku di rumah? Aku akan senang mendapatkan pelayan cantik sepertimu," godanya lagi. Aerim berusaha keras agar wajahnya tidak memerah. Entah karena apa oh-dia-tidak-mengerti. Dia juga kaget kenapa mereka menjadi tidak secanggung tadi sore.
"Kau tahu Luhan, kau sangat pandai memikat hati wanita dengan kata-katamu," puji Aerim disertai dengan jempol tangannya ke lelaki itu.
Luhan menyeringai. "Aku tahu." Lelaki itu mendekati tubuhnya, Aerim menggeser kebelakang pelan-pelan, takut.
"Apa itu artinya kau terpikat olehku?" Ia memiringkan wajahnya, seringai itu masih ada di wajahnya. Sesuatu di dalam dada Aerim kembali bergejolak.
Gadis itu cepat-cepat tersadar. "Tcih, dalam mimpimu mungkin..Tuan Lu?" ejeknya.
"Hm?" Suara itu sangat lembut menggelitik telinganya. Aerim jadi merinding sendiri. "Kau yakin?"
"Ber
Comments