04 - What Da Fuzz!

More Money No Happiness
Please Subscribe to read the full chapter

Aerim menjatuhkan diri di tempat tidur, lalu menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal. Dia tidak menangis, tapi dia cukup pusing setengah mati dengan beberapa kejadian yang hari ini terjadi.

Eugh!

Bodoh.

Iya. Dia bodoh.

Betapa malunya Aerim ketika dia mengingat kejadian barusan. Bagaimana bisa dia menangis dan memeluk lelaki itu. YES, SHE HUGGED HIM. WTF-- Apa yang dipikirkannya sehingga dia bisa melakukan itu. Ayolah, kenapa kau begitu bodoh, Song Aerim?

Aerim menenggelamkan wajahnya semakin dalam. Lalu menepuk-nepuk kepalanya dengan liar, berharap dia seharusnya terkena amnesia dan jika dia tidak ingat apapun maka tidak akan terjadi kecanggungan antara dirinya dan Luhan ketika mereka bertemu nanti. Atau jika dia tidak bisa amnesia sekarang, mungkin dia harus berpura-pura, ya dia harus berpura-pura.

Eugh!

Dia kembali menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal. Merutuki otaknya yang tak bisa encer ketika masalah seperti ini datang. Otak ini, benar-benar tidak bisa memberinya jalan keluar.

Masalah sepertinya sangat menyukai Song Aerim. Sialnya, dia bisa menemukan dua hal besar seharian ini. Dia bertemu Kim Hyuna. Dia memeluk Luhan.

Eugh! Bodoh

Berpikirlah, mungkin ada jalan keluar dari semua ini. Ada, tapi apa? Otaknya bahkan tidak bisa diajak bekerja sama. Malah selalu membawa ingatan kejadian tadi pada semua inderanya. Bagaimana pelukan itu bisa membawanya hanyut dan terasa sangat nyaman ketika berada di dalamnya. Bagaimana sampai sekarang dia bisa mencium percampuran aroma citrus dan mint dari parfum yang dipakai Luhan, aroma yang sangat khas dan natural. Benar-benar seperti--

EUGH! Berhentilah, Song Aerim!

Ketukan di daun pintu kamarnya terdengar setelah ia merutuki diri selama lima menit. Aerim diam saja, tak berniat sama sekali untuk menerima tamu.

"Petugas asrama!" Suara wanita serak terdengar dibalik pintunya. Aerim berjengit lalu berusaha setengah mati melepaskan diri dari kasurnya, merasa malas untuk melakukan apapun. Dengan gontai ia menyeret kakinya untuk mencapai pintu dan membukanya.

Dia melihat seorang wanita gemuk dengan seragam petugas sekolah berwarna marun dan putih yang sudah dilihatnya dari beberapa petugas yang berlalu lalang membersihkan sekolah ketika ia berjalan-jalan tadi.  Wanita itu sudah tua, tapi masih terlihat terlalu bugar di umurnya yang mungkin sudah lebih dari setengah abad. Rambutnya keriting tipis sebahu dan Aerim bisa melihat sedikit uban dibalik rambutnya yang tak rapi dicat blonde.

"Aigoo.. lihat anak-anak manja ini. Tidur dengan pulas tanpa ada beban apapun," desisnya.

Aerim mengerjap, tak tau harus mengatakan apapun. Dia tidak tahu masalah apa dan kenapa wanita ini berkunjung ke kamarnya.

"Maaf, tapi ada yang bisa aku bantu?" tanyanya hati-hati.

"Ya... Ya... Jangan berlagak seperti orang baik. Cih, nanti kau akan datang kepadaku setelah lulus nanti dan memintaku menjadi kepala bersih-bersih di kantormu," gerutunya pelan.

Aerim sungguh ingin mengubur dirinya dalam-dalam. Jelas wanita tua ini tak menyukai orang-orang sepertinya.

Lalu wanita ini menyodorkan dua kotak yang dibawanya di dalam troli dan beberapa pakaian. "Ini beberapa pasang seragammu, di dalamnya ada blazer, kemeja, rompi, dan ada topi untuk kegiatan luar, lalu ada baju olah raga dan renang," jelasnya. Aerim menyimak dengan tenang dan menerima pakaian-pakaian yang tergantung layaknya sehabis di laundry itu.

Dia melanjutkan dan nadanya masih seperti celaan layaknya dia tidak suka melakukan ini, "Dua kotak ini berisi buku-buku pelajaran dan barang-barang praktikum. Akan lebih bagus jika kau tidak berniat menghilangkan karena aku tidak akan mengantarkannya lagi ke kamar kecilmu ini, Nona Besar."

Wanita tua itu mendorong trolinya tanpa menunggu terima kasih dari Aerim. Dia masih terdengar sedang menggerutu dan berhenti di depan pintu sebelah kamar Aerim. Melakukan hal yang sama.

"PETUGAS ASRAMA!"

Seorang gadis mungil dengan rambut blonde keluar dengan wajah gusar, tubuh rampingnya terdapat pakaian dan aksesoris dari brand fashion ternama

Tidur indahnya mungkin terganggu, sehingga Aerim bisa melihat bagamana dia membuka mulutnya untuk menyemprot wanita tua itu. "YA! BISAKAH--"

"AIGOO AIGOO! LIHAT SI PESOLEK INI. KALAU KAU TAK MAU AKU MENGGANGGU SORE INDAHMU, AKAN LEBIH BAIK KAU MENGAMBIL BARANG-BARANG MAHALMU INI DI KANTOR ASRAMA SEBELUM MEREKA MENYURUHKU MENGANTARKAN INI PADAMU. ASTAGA.. KALIAN BENAR-BENAR ANAK-ANAK MANJA." Dia melemparkan barang-barang (yang sama seperti punya Aerim) dari trolinya yang bisa ditangkap dengan sigap oleh si gadis blonde. Lalu kembali mendorong troli ke kamar selanjutnnya, meninggalkan si gadis blonde yang sedang mematung syok. Merasa tak percaya bahwa baru saja dia dicerca oleh petugas asrama.

"PETUGAS ASRAMA!" teriaknya. Dia sekarang sedang mengetuk pintu kamar selanjutnya berkali-kali dan tidak ada tanda untuk tebuka. "AKU TAHU KAU ADA DI DALAM, JANGAN SEMBUNYI DARIKU, ORANG KAYA!"

Aerim sedang geli menahan tawa pada pemandangan di hadapannya. Pintu itu masih belum terbuka dan wanita tua itu sekarang sudah meneriaki hal-hal tak jelas yang membuat beberapa orang yang berlalu lalang menjauh, takut.

"Ahjumma itu benar-benar lucu, kan?"

Aerim hampir saja mengangguk menyetujui jika dia tidak melihat siapa yang sedang berada di sampingnya sekarang. Oh tidak, Luhan.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Aerim. Luhan hanya tersenyum, alisnya terangkat. Aerim tahu lelaki ini menggodanya.

Kemudian lelaki itu mengalihkan pandangannya, menatap wanita tua si petugas asrama. Tak mengindahkan pertanyaan Aerim, dia tak heran bahwa lelaki ini sering tak menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

"Melihat dia," jawabnya. Menunjuk si petugas tua.

Aerim mengernyit. Gila, pikirnya. Dia benar-benar tak mengerti orang ini. Sepertinya dia tertarik pada orang yang salah. Ya, dia salah.

"Kau tahu petugas itu namanya Kim Yeong-ok ahjumma. Dia sudah bekerja disini lebih dari setengah umurnya. Gosip-gosip mengatakan bahwa dia gila. Tapi menurutku tidak. Dia membenci chaebol karena mereka mungkin memperlakukan Yeong-ok ahjumma dengan hal yang salah selama dia bekerja disini. Kau setuju?"

Aerim hanya diam seraya menatap lelaki di hadapannya. Tidak tahu harus mengatakan apa. Seharian ini yang sangat mengganggunya adalah Luhan. Lelaki itu seperti berada di sekitarnya dan Aerim sangat risih tentang hal itu. Bagaimana sepertinya Luhan bertindak sangat peduli dan Aerim tidak bisa menyalahkan jika dia ingin berteman dengannya. Tapi seharian ini justru membuatnya jengkel setengah mati. Dan mengingat bahwa lima belas menit yang lalu mereka berpelukan... itu adalah tambahan poin mengapa Aerim ingin menjauhi lelaki ini.

"Uh... kau melanggar peraturan. Laki-laki tidak boleh berada di area perempuan." Itu adalah cara bodohnya yang ia harapkan agar Luhan bisa pergi.

"Memang benar." Luhan mengangguk setuju. "Tapi, kurasa tak masalah kan? Kau lihat Jessica Jung di sebelah kamarmu membawa laki-laki ke dalam kamarnya. Bagaimana menurutmu?"

Luhan berjalan mendekat dan Aerim merasa hal itu tidak baik. Buru-buru dia mendorong lelaki itu dan tak sengaja membuatnya bertabrakan dengan beberapa gadis yang sedang bergosip ria di tengah koridor. Mereka tampak kesal pada awalnya, tapi kemudian berubah ketika yang mereka lihat adalah Luhan. Huh, lelaki ini benar-benar ajaib.

"Hey, santai saja. Tak perlu menggunakan kekuatan fisik." Luhan menyeringai.

Aerim mendesah berat, kemudian tanpa pikir panjang dia berlari memasuki kamarnya, tak lupa menutup daun pintu dan menguncinya.

"Gila."

Dia hanya berharap hari pertama sekolah tidak akan seburuk ini.

Sementara di luar daun pintunya, sebuah seringai tercetak di wajah Luhan. Dia tahu betul bahwa saat seperti ini tidak boleh terlewatkan bahkan tidak boleh terlihat cela apapun. Song Aerim boleh menganggapnya gila, tapi ini tentang apa yang ayahnya bicarakan kemarin dan Luhan sudah mengikuti alurnya. Mungkin dengan sempurna.

"Sudah siap?" Seulgi menepuk punggungnya disaat Aerim berdiri di balkon kamarnya, melihat pemandangan dimana menunjukan keadaan auditorium.

Aerim mengangguk walaupun sedikit ragu, dia parno sendiri setelah melihat belasan kamera sudah terpasang rapi di depan pintu masuk layaknya sebuah red carpet yang biasa ia lihat di tv-tv.

Hari ini adalah pembukaan dan perayaan semester baru dimulai. Sudah menjadi tradisi dimana para pencari berita mendatangi Baeksang High untuk meliput dan tidak melewatkan perayaan hari pertama, dimana kau bisa melihat anak chaebol mana yang melangkahkan kakinya memasuki sekolah ini. Siapa tahu adalah salah satu favoritmu.

Dulu Aerim adalah salah satu dari sekian banyak anak yang menunggu siaran langsung perayaan semester baru Baeksang High. Well, itu dulu. Sekarang Aerim mengerti rasanya, bagaimana ia mempersiapkan diri untuk bergaya di depan kamera saat melintasi pintu. Dan dia sangat kaku, Seulgi terus saja menggerutu bagaimana akibat Aerim yang selama tidak pernah tampil di muka publik dan membuatnya rugi sendiri disaat seperti ini. Tapi dengan sedikit ajaran sihir(?) dari gadis itu, setidaknya Aerim sudah bisa berjalan dengan senyum yang cerah saat dia melewati pintu nanti.

Saat ini mereka sudah berada di lift dan Seulgi terus menerus berputar di tempat, membuat rok seragamnya mengembang kesana kesini.

"Kau yakin aku tidak terlihat gendut seperti ini?" tanyanya seraya melihat pantulian dirinya di cermin lift.

"Kau sudah bertanya dua puluh kali dan jawabanku masih sama, tidak." jawab Aerim. Dia tahu betul bahwa Seulgi tidak akan mengindahkan jawabannya, gadis itu masih berdebat dengan dirinya sendiri.

"Tidak, kau tidak mengerti Aerim. Rompi ini tidak seharusnya bermotif kotak-kotak, ini membuat kita semua terlihat gendut dan plus dasi berbentuk pita ini memang cantik, tapi membuat leherku terlihat pendek. Ugh, padahal aku menyukai seragam Baeksang sejak lama, dan ternyata ini terlihat jelek padaku," celotehnya. Masih dengan raut masam yang menunjukkan kekecawaannya pada penampilannya, yang malah menurut Aerim sudah sempurna. Seulgi terlihat sangat imut dengan seragam Baeksang berwarna biru langit itu.

Butuh waktu lama untuk Aerim menyeret gadis itu keluar dari lift dengan penuh kepercayaan dan meyakinkannya bahwa dia terlihat baik-baik saja. Para siswa sudah bersiap dengan hiasan mereka. Seragam biru langit dengan corak unik Baeksang ternyata belum cukup membuat beberapa orang terlihat sama. Jessica Jung misalnya,

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sulistiana29 #1
Ini kelihatan keren. Makasih yang sudah merekomendasikan :-D
kwonshicha #2
Chapter 7: Next dong plissssss, oh iya kim hyuna itu siapa sih? Ko masih belum dijelasin karakternya sama apa hubungannya sama aerim.
kwonshicha #3
Chapter 4: Daebak!! Ff nya keren banget..
alfinaanaila #4
Next kak ditungguin lanjutannya ceritanya seru aku penasaran sama lanjutan dari kisah antara hubungan luhan cs dan dua anak baru itu semangat ya kak lanjutinnya
Salam aku readers baru ;)
Riaa_Osehhlovu #5
Chapter 7: luhan tu sebenernya punya rasa ga sih sama aerim? kan kalo aerim sendiri udah suka walaupun suka gengsi2an..
trus penasaran banget sama konfilknya luhan cs vs KJI&LTM
Riaa_Osehhlovu #6
Chapter 6: aku ria dr gunugkidul hha..
gak tau kamu tau apa enggak kabupaten itu hhe
salam kenal authornim, ngomong2 nama.panggilan kamu siapa?
keyhobbs
#7
Chapter 7: Arrange marriage nya tetep d lanjut?siip! Hehe^^ awalnya ku kira Aerim sama Luhan itu bkalan nentang habis2 an tentang perjodohan itu, tpi enggak hehe mereka malah ngomong baik2 d atap, terus lee taemin sama kim jongin itu musuh masa lalunya luhan cs kah?atau gmana? Susah nebaknya-_-
anmade #8
Chapter 7: Hello! Maaf baru komen, baru selesai baca hehe aku suka karakternya Aerim :) oh! Penasaran juga, ada apa antara Aerim sm Hyuna?

Semangat buat proposalnya :)
Deapertiwi #9
Chapter 7: weleh LTM dan KJI to yang di cari waktu itu kirain aku hyuna cs.
apa mereka pernah membuat onar dengan luhan cs atau mereka dulunya temen cs dan ada konflik di persahabatannya? ah molla yang jelas aku suka banget ini fanfic.
Deapertiwi #10
Chapter 6: ya ampun posisi ke duanya begitu rumit but aku seneng banget luhan bilang “Kau punya aku, dan kita bisa bahagia.” berasa seneng dan senyum2 sendiri sweet banget kamu lu. :D