Ini Styleku, Mana Stylemu?
Omelan tentang Semua Hal Payah di Ceritamupertama aku minta maaf pada inD*O*m*i*e yang selogannya kutaruh di suatu tempat disini.
Oke, mungkin aku gak bakal ngeluarin chapter yang kusebutin di chap 21. /bricked. tapi for shorrrt, ini yang (semoga) lebih bermanfaat dan berguna (hiraukan dan jangn tanya apa bedanya), kalian mungkin udah ada yang tau soal ini, tapi kalo Frikkin. Writing. Style.
Setiap Author punya cara nulisnya sendiri-sendiri, secara pribadi aku pikir itu nyambung ke setiap kepribadian Author. Cara penulisanmu nge-reflect alam bawah sadarmu, apa yang kamu pikriin, latar belakangmu, bahkan. Dan emosi-emosimu. karna manusia dari awal emang makhluk yang hidup dengan secara sadar atau nggak sadar tingkah lakunya mencerminkan dirinya sendiri (Webtoon reader? Dr Frost, anyone?) tulisanmu, gimana kamu nge-judge orang, warna kesukaanmu, sikapmu pas kamu ngelakuin kegiatan tertentu (ex: orang yang bohong biasanya naruh tangannya di tempat yang dekat mulut, misal, bibir. DR. FROST THANK YOU.) oke, nggak buat mbahas psikologi disini, moving on.
Contoh, (yang lebih applicable ke tulis-menulis karna aku suka nge-blabber kemana mana OTL) kalo author mandang reader sebagai kumpulan orang yang butuh penjelasan detil biar ngeh ngerti, maka author itu bakal nulis pake bahasa dan perincian yang jelas, maksudnya supaya readers ngerti. Kalo author nganggep readers sebagai orang-orang yang bisa mereka-reka kata-kata sulit, uh- tipe pembaca penasaran semi-detektif? maka author itu bakal nulis banyak misteri dan kata-kata sulit.
Semudah itu.
Although aku nggak di posisi yang bisa bilang gimana seharusnya kamu mandang readersmu biar tulisanmu bagus. Kembali ke diri masing-masing aja, ok? (ato ini cuma aku berusaha ngehindarin pertanyaan sulit yang bakal muncul di komen lololol) oke. aku bercanda. seriusan yang nanya ini aku piiip . dan piiiiip.
ANYWAY. Kalo kalian masih gak paham apa yang aku maksudin, ini aku kasih beberapa contoh:
Ada sebuah cermin di rumahku. Letanya di belakang panel geser di koridor tangga. Faksi kami memberiku izin untuk berdiri di hadapan cermin itu pada hari kedua setiap tiga bulan. Hari ketika ibu memotong rambutku.
- Veronica Roth
Sebelum aku masukin komentarku disini, there we have second example:
Tak seorang pun sesungguhnya tercenggang ketika itu terjadi, tidak sesungguhnya, tidak pada tingkat bawah sadar di mana hal-hal liar tumbuh. Pada permukaan, semua gadis di kamar mandi terkejut, bergairah, malu, atau hanya gembira bahwa si jalang White sudah mendapat hukumannya lagi.
- Stephen King
Ini yang dinamain Writing Style, although ini kayak 2 dari 10000000000000000000000000000000000000 penulisan yang udah ditulis di dunia ini. Tapi yah, gini aja. Kalo kamu nge scroll up dan liat tulisan diatas kalian bisa inget lagi hubungan author dengan writing style-nya. Gaya penulisan Veronica lebih gampang sama mudah dimengerti. Kalo Steph lebih- uh- dilema? Jujur aku kadang perlu baca ulang ato terus baca biar ngerti haha. (Temen Trav setelah mbaca paragraf itu juga langsung ngasih aku tatapan kayak: 'wtf?')
Tapi hey, mbicarain soal psikologi. (lagi, seriusan, siapa yang gak suka psikologi disini kumasukin ke kuah berminyak. ups.seriusan tho, topik itu menarik af.) manusia suka kalo mereka 'memecahkan' hal yang baru, kalo misalnya kamu nulis tulisan biasa dan orang mereka tulisanmu seperti biasa maka mereka bakal punya efek 'ah, ini biasa, semua orang ngerti artinya ini,'* tapi kalau kamu pakai kata sulit lalu orang lain pasti bakal bingung sebentar (ato orang genius, (yang beda dari levelku, sadly T.T) lalu begitu mereka tau artinya maka mereka bakal kayak- 'AH INI AWESOMEEE'
Itu kayak kamu ngelakuin foreshadow (apa ini udah aku bahas? udah? belum?) lalu habis itu cerita itu cuma bisa nyambung kalo kamu sampe bagian akhir 9karna penjelasannya ada di akhir.) . Reader yang baca sampe tengah bakal cuma kayak 'ehhh? apa sih ni gajelas banget brbr bakar.' tapi readers yang baca sampe akhir bakal kayak, 'AH INI AWESOMEE.'
OKE. SERIUSAN AKU PERLU STOP HABISIN WAKTU. 3:57 DISINI. Jadi gimana cara aku nulis pake Writing Style yang bagus? Bahkan GIMANA writing style yang bagus itu? Nope. Karna opini orang-orang beda-beda kamu gak bisa cuma tanya ke aku (yang juga masih amatiran sendiri dalam hal nulis, haha.) Writing Style tiap orang di-kembangkan secara sendiri-sendiri. Kalo kamu suka suatu hal maka kamu cenderung ngikutin dan nyari banyak lagi, kayak anggep aja, 'cabang' dari hal yang kamu suka tersebut. (dan ternyata 'pohon' dari cabang itu adalah writing style tertentu.) Maka, apa jadinya?
Taukah kalian kata bijak:
'Kamu adalah apa yang kamu makan,' yang bisa di ganti huruf pake 'Kamu adalah apa yang kamu baca,' 'Kamu adalah apa yang kamu suka,'
Maka jadinya... bisa kalian tebak sendiri.
Kreatifitas sendiri, though, adalah BANYAK karya orang lain yang kamu colong.
Eh, gak terdengar kreatif? Ah, gimana kalo gini: 'Ngelihat SATU kerjaan orang itu namanya nyontek. Ngelihat BANYAK kerjaan orang itu namanya reserach.'
Eh? Itu beneran kok.
[OPINI] orang tentang pentingnya writing style.
a/n: okeeee. ini bukan exactly chapter buat belajar, mungkin buat sharing(???) tapi aku harap ini berguna though. terus semangat writers!
(bonus: yang bisa ngasih judul kedua buku dari contoh writing style diatas, topik yang dia suggest bakal kubahas di chapter selanjutnya. aku beneran. itu 2 buku popuuuuuler lagian. ayoo ayoo yang suka baca.)
(bonus bonus: setujukah kalian sama opini yang kukasih link itu? ya? nggak? lalu kenapa? (berasa soal ulangan lolok abaikan.))
Comments