Screwed Up Subject
Omelan tentang Semua Hal Payah di Ceritamuaku apdet lagi buat kalian karna aku udah pergi lama(?) be happy peeeeps.
rated M karna mbahas topik yang mungkin sensitif buat beberapa audience.
Oke. Aku mungkin nggak pernah mengalami ( jangan sampe, tuhan. Jangan sampe. Naudzubillah. ) hal-hal yang bakal ku bahas di bawah tapi aku pernah mbaca ( atau sering, entah kenapa aku berakhir mbaca banyak depressing fic OTL ) hal-hal yang seharusnya lebih di tanggepin secara 'sensitif' sama author.
Kita, sebagai author. walaupun, sekali lagi. Menulis buat diri kita sendiri, sadar atu nggak reader sekalian belajar dari tulisan yang kamu bikin atau nggak dan itu nge-affect reader atau sekali lagi, nggak. Dan kamu might or might not bertanggung jawab sama hal yang dipelajari reader-mu.
Kita, sebagai author. Bebas buat nge-tackle down topik yang bakal kita pake buat bahan fanfic kita, sure. Nggak ada yang mberhentiin kamu buat nulis fanfic karna Asianfanfic itu basically free for everyone. Nggak ada yang mberhentiin aku buat nulis sesul kecuali koneksi internet nggak ada ato laptopku disita ato ada ujian besok.
Tapi please, be considerate about your writing. Perhatikan apa yang bakal kamu ciptakan dan apa nanti efeknya.
Topik ini sering dikeluhkan sama banyak pembaca ( makasih, AFFConfession ) dan sejujurnya- aku mikir ini agak sick. Aku tau ini dunia fanfiksi tapi, fanfiksi itu based on real world ( kecuali kalo itu fantasi, yah )
Jatuh cinta sama.
Orang yang.
/maaf/ Memperkosa kamu.
/istighfar sebentar. People, let me tell you. That's freaking messed up. Orang-orang yang kamu tulis- bukan cuma tulisan sekedar 'Choi Jinri' atau 'Lee Hanim'. Mereka karakter dengan perasaan dan based on real life ( kalo manusia itu gak ada. Kamu gak bakal nulis soal manusia, kan? Kita dapet ide cerita dari ciptaan yang sudah ada, lagian, contoh, dari hidupmu sendiri. ) jangan buat mereka super bodoh dan naif yang kebangetan- ( kecuali kamu nge-set karaktermu kayak- IQ di bawah 45 or sort of ) sampe mereka gak bisa bereaksi seperti orang normal seharusnya.
Ini salah satu karakter cerita yang kubenci, kamu 'maksa' biar ceritamu jalan sesuai yang kamu mau. Nggak meduliin fakta dan rasionalitas sama efek-efeknya kalo itu bener-bener terjadi.
Bayangkan, dia masih inosen. Sure, dia punya percaya diri yang rendah dan dia miskin serta pathetic ( aku hampir nggak tahan baca fic ini dan hampir berhenti di tengah sumpah. ) dan dia suka sama cowok- YANG BASICALLY NGE-BULLY DIA. Dan habis itu dia /maaf/ memerkosa dia.
AND SHE STILL IS IN FRIKKIN LOVE WITH HIM.
WTF.
WHAT IS WRONG WITH YOU PEOPLE.
KALO KAMU NEMPATIN DIRIMU KE KARAKTER ITU.
MASIHKAH KAMU JATUH CINTA SAMA ORANG ITU?
Nggak. Aku yakin nggak. Cinta itu- walaupun aku nggak terlalu banyak soal itu, kecuali dari fanfic dan film hehe- pasti minta rasa aman, kamu aman kalo kamu ada di sekitar orang itu, kamu suka sama orang itu dan kamu nggak meduliin dunia kalo kamu cuma sama dia. Karna kamu yakin dia sayang sama kamu dan kalian saling percaya.
TAPI WTF. ORANG YANG PERNAH NGE-HARASS KAMU. APA ITU BISA DISEBUT AMAN? CINTA? BASICALLY MAUKAH KAMU HIDUP SATU RUMAH DENGAN ORANG YANG PERNAH NYAKITIN KAMU? APA KAMU BAHKAN PERCAYA SAMA ORANG ITU?
. Abuse. Bully. Semua itu topik sensitif yang perlu kamu tulis dengan hati-hati. Nggak ada yang romantis dari itu, apalagi kamu mbuat karaktermu jatuh cinta sama orang itu sendiri. Reaksi logis ku : kalo si karakter itu mengalami 'shocking' event, seharusnya karakter itu melakukan sesuatu. Karakter yang nggak ngelakuin sesuatu di tengah-tengah conflict bakal stuck disitu-situ aja. Di bully ya di bully terus.
Misalnya- dia bisa lapor ke orang yang lebih tua, guru, polisi even. Do you forget in your fanfiction police exist too. Orang A nggak bakal percaya sama orang yang nyakitin dia. Yang nggunain dia untuk menuhin nafsu mereka TANPA oang itu sendiri rela.Orang A bakal mandang rendah dia. Orang A pengen jauh-jauh dan berharap dia menghilang. Orang A pengen goes straight ke dia dan bilang- 'I hope you go to hell and burn there forever'
Tapi aku pikir- di fanfiksi, ada semacam 'pola berpikir' yang di strap di otak para reader.
- Di fanfiksi SeSul ( SehunxSulli ), misalnya. Kamu punya pikiran -karna kamu shippernya /MISALNYA- kalo mereka cocok bersama dan harusnya end up together. Mbuat kamu mikir itu FINE buat si Sehun buat nge-merkosa tokoh perempuan ini yang basically super weak dan vicitim bully( bonus, Sehun juga yang bully dia ). Dan FINE buat Sulli buat masih jatuh cinta sama dia karna di pikiranmu kamu pikir setiap fanfiksi SeSul harusnya bersama. end up with happy ending.
Sekarang bayangkan SeSul itu Ship lain yang kamu ship yang kamu sebut OTP-mu.
Sekarang ganti bayangan OTP mu jadi bayangan keduanya OC. OC girl and OC boy.
Sekarang bayangkan itu terjadi di dunia nyata.
Screwed up much?
( Aku sadar aku malu aku pernah suka fanfiksi ini. Dan habis itu aku ngebayangin kalo itu terjadi di dunia nyata. Pandanganku ke author itu lalu berubah kemudian. )
Kita, sebagai author. walaupun, sekali lagi. Menulis buat diri kita sendiri, sadar atu nggak reader sekalian belajar dari tulisan yang kamu bikin atau nggak dan itu nge-affect reader atau sekali lagi, nggak. Dan kamu might or might not bertanggung jawab sama hal yang dipelajari reader-mu.
Kamu nulis kayak gitu ngajarin kalo itu perfectly fine buat orang pertama jatuh cinta sama orang yang memerkosa dia?
Excuse me?
Don't- write the thing that sane reader would yell- 'THAT'S SCREWED UP!' Sekali lagi hati-hati, tanganmu yang kamu buat ngetik itu harimau-mu. Research, aku udah bilang di chapter sebelumnya kalo research itu 101% penting. Jadilah sensitif dan untuk sejenak- sigh. abaikan soal OTP SHALL END UP TOGETHAAA- thingy dan fokus ke real problem di fanfik itu.
Jangan nambahin tumpukan 'screwed up fanfic' yang sudah ada di Asianfanfics.
( Aku yakin kalian nggak bakal. )
p.s should i tackle down the other sensitive subject? what do you think about this chapter?
Comments