Aku Google! Temenmu!

Omelan tentang Semua Hal Payah di Ceritamu

Aku nulis ini karena beberapa cerita yang dihasilin dan kuliat jauh dari kata 'masuk akal'.
Nggak, tentu aja aku nggak mbicarain tentang cerita fantasi, kita semua cukup dewasa buat tahu kalo gak ada yang bisa terbang pake sapu, atau kamu ucapin mantra tertentu, acungin tongkat lalu benda itu terbang. Bahkan faktanya fiksi fantasi beberapa ada yang apik, nangkap perhatianku lalu mbuat aku terus mbaca. Dan nggak, aku nggak mbicarain soal genre lain yang gak bisa dipraktekkan di hidup kita. Heck, fiksi itu bahkan bukan cerita nyata. Tapi kenapa kita masih perlu logika disitu?

 

Fiksi adalah sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah karya fiksi tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.[1]

 

Huh, makasih banyak Wiki. Dan, there, aku garis bawahi poinku disitu.
Kalo kamu nulis tentang cerita dimana karakternya hidup di kehidupan sehari-hari, di atas bumi, yang di atas kepalanya ada langit biru, sama kayak para readermu. Jangan melenceng dari fakta yang udah ada!  Kayak rant ku tentang karakter sebelumnya, hidup itu susah. Jadi jangan buat 'hidup' di ceritamu tiba-tiba jadi super mudah, dan kamu mbelokin fakta biar ceritanya bisa terus jalan. No, just, no.

Aku yakin walau kalian suka nulis tapi pasti gak ada yang mau jadi bad writers, kan? Orang-orang suka cerita yang ditulis dengan baik. Jadi walau kamu bilang 'aku nulis ini buat aku sendiri dan aku gak peduli kalo tulisanku jelek!' oke, kamu salah nge artiin advice ku di chapter I.
Kita tumbuh semakin dewasa seiring waktu, dan yah, kalau kamu mau nulis cerita apik. Pake sistem yang bagus, niat kalo mau bikin cerita, jangan cuma nulis cerita buat mbunuh rasa bosenmu lalu pengen feedback dari readers.

Apa sistem yang bagus?
Research.

Percaya aku, google itu temenmu, kamu, gurl, or bois, disitu lagi baca rant ini. Kamu buka tab baru barangkali langsung kebuka tab google, dan waw, gugel itu temen yang berguna. Dia bisa mbantu ceritamu tertulis bagus. Gugel bisa njawab banyak pertanyaanmu,  dan nambah info ke otak merahmu.
Jangan nulis cerita yang di tag 'medical' kalo kamu gak tau apa-apa soal dokter atau cuma tau penyakt ringan kayak batuk ato pilek, Jangan nulis genre yang sensitif kayak 'bunuh diri' ato 'depresi' kalo kamu gak tau banyak soal itu (Kecuali kalo kamu mau dicap ignorant sama beberapa readers.)

Dan yah, walaupun kamu nulis cerita fantasi, logis berjalan juga. Cewek yang ketemu werewolf di hutan lalu diserang dan setelah ceweknya sadar dia amnesia cuma sama namanya lalu mereka pergi ke mall bareng? [Trav nggak ngada-ada plot ini ada di suatu fanfiksi di AFF ;;) 
Cewek yang liat orang ditembak di toko lalu diancem sama pembunuhnya tapi setelah dia denger penjemputnya, pembunuhnya pergi lalu dia cuma pulang kayak gak terjadi apa-apa? gurl, aku kenalkan padamu, polisi.

Hari itu berjalan, kamu gak bisa setelah nulis satu chapter lalu ada konflik lagi di chapter 2, lalu selesai. Lalu di chapter 3 ada konflik lagi, stop. Buruan buka google lalu pergi ke Tumblr, disana kamu bahkan bisa nanya tentang topik tertentu, banyak workshop berguna disitu. Dan cari pendeteksi dan pemberi kritik : Reviewer.

Model Reviewer macem-macem, satu reviewer bakal bilang characterization-mu bagus dan reviewer lainnya bakal bilang kamu buat karakter yang mbuat si pembaca cuma mau muntah. Mereka bakal berguna dan nulis opini mereka tentang ceritamu, nunjukin even-even yang gak logis, dan banyak hal lain.
Re-read ceritamu, tanya sama dirimu; 'Apa ini bakal terjadi? Gimana rasanya kalo aku jadi karakterku? Apa even ini mungkin?'
Kadang, kamu harus ngerasain perasaan karaktermu juga.
Samain hidup di FF-mu dan hidupmu, apa hidup yang kamu buat serasa mungkin?

Ini situs buat nyari research.


Welp. di chap ini aku cuma pengen nambahin banyak research dan detil (karna kau baru sadar di chap sebelumnya aku cuma lebih banyak nge-rant dan sedikit bantu, ha.) Jadi aku harap chap ini agak lebih baik dr sebelumnya. ;;
 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
travellingIdeas
berita hari ini: aku nggak mati. okbye.

Comments

You must be logged in to comment
Ocioci #1
Chapter 20: Baca chapter 19 bener2 setuju sama masukannya. Topik kayak gt kayaknya kurang etis aja sih, tapi setelah baca ini jd semangat nulis yeaaay.
peachrabbit
#2
Chapter 27: Why hello, Trav. I was kind of surprised to see you replying my old, old comment. :P
Hope life treats you well (or you treat life well).

Sebenernya aku udah baca rant ini dari beberapa hari yang lalu, tapi berhubung aku terlalu males login di PC (and commenting by phone is so, so tiring), jadi baru sempet comment sekarang.
Kind of surprised (again!) that you brought my favorite demon up there, LOL. Nice, nice.

Oke. Jadi, apa tadi masalahnya? Upside down in your fic? I should agree that the ups-and-downs in a story is important, whether it's up-up-up-down or down-down-down-up (I prefer the last, but well, that's not the point). Aku nggak bilang kalo cerita yang isinya happy doang dari awal sampe akhir nggak bagus, atau cerita yang sedih melulu nggak ada senengnya patut dihapus dari muka bumi ini, but it's just too flat. Kecuali kamu punya super finishing blow (oke, nggak perlu super, yang penting tepat), it'd be just... so-so.

Soal upside down yang maksa. Ya... maksa. Suka ada aja author iseng yang udah bikin cerita seneng-seneng, trus tau2 ujungnya sad ending, tanpa ba-bi-bu, nggak pake basa-basi. I mean, YEAH I DIDN'T SEE IT COMING, BUT IF YOU THINK IT'S A GOOD THING, IT IS NOT. Transisi dari satu emosi ke emosi lain itu perlu. Jangan samain fanfic sama cewek PMS yang mood-nya naik-turun nggak jelas, please. Pernah nggak kamu didamprat temen kamu, nggak ada angin nggak ada ujan? Ya kayak gitu rasanya baca cerita yang finishing blow-nya maksa. Kayak digampar tanpa tau salah kita apa. Tau2 digampar aja.

About foreshadowing, anyway. Yeah, it's good and needed, but, at the same time, risky. Be careful, foreshadowing is a double-edge sword.

The characterization you brought up, though... no comment, LOL. I hate characterization. But, let me ask you, have you watched Durarara?
viagain
#3
Chapter 27: stelah di reply comment, baru aku sadar kalo aku belum subscribe -_-
aku setuju sm kebanyakan plot twist maksa di aff, yang bikin kita teriak wtf dengan kesal, yang harusnya itu cerita sebenarnya decent, malah jadi euh.
dan entah kenapa malah banyak yg komen 'wtf authornim, never saw it coming, you're a genius'
what the hellllll!!
aku pernah nemu ff yg plot twist nya bikin eerrrr, tapi respon readernya bagus banget,kadang suka ga ngerti sm reader aff ini -_-"
potatoria
#4
Chapter 27: Hei trav, long time no see o u o) dipikir udah pensiun atau semacamnya, tau2 dapet notif apdetan ini dan aku sadar kau masih hidup :"v

Ok. Maafin aku.

Overall chap ini mengingatkanku pada revisi. Dimana harus ngatur2 up sama down yang disebut sebut itu. Dan one problem yang masih ganjel2 sampe sekarang itu.. Gimana caranya bikin charac jadi menarik seperti yang disebutin diatass. (Barangkali udah dibahas detail disini, tapi yah stupid i'am, tetep aja nggak ngerti -_-) o u o)v ) bahas dong trav heheh
viagain
#5
Chapter 5: aku ga bisa tidur dan nemu ini :D
nah, masalah silent reader nih. aku itu termasuk silent reader, klo ga ada hal yg menarik buat dikomen, tp bakal 'cerewet' banget kalo ceritanya aku suka, karakternya ngena di aku.
menurutku kadang ada reader yg bukannya ga mau komen, tp ngindarin komen yg ga enak. aku pernah diblok, dimaki, diajakin berantem, karna komen. maksud hati sih pengen ngasih kritik yg membangun, tp banyak writer ini pada sensi, makanya mending ga usah komen.
ada juga yg stuck ga tau mau komen apa, kadang sebenarnya ceritanya ga bagus, tp idenya cukup menarik, jd reader lanjut baca terus, dan nunggu 'punchline'nya, dimana cerita itu tiba2 jd keren,tp ceritanya ga kunjung keren, jadi silent reader lah beta jadinya.
itusih alasanku, duh, panjang ya ranting ku.
eh, 1 lagi, aku suka kesel sm author yg fakir comment (duh, kasar nih gue), author yg ngancam ga update klo ga dikomen, yg bakal protect ff nya klo ga dikomen, dan klo ada yg kritik, eh dia malah marah bilang kita ngebully, males banget komen jadinya, aku jadi suka dengan jahatnya mikir 'ih, cerita lo ga bagus juga, protek aja sana!' (ini gua ngomong gini ada yg marah ga ya? bakal diblok lagi nih kayaknya nih :D)
bloomblebee
#6
Chapter 25: Dari judul rantnya aja aku udah ngakak. Trus baca sampe akhir... Waktu kelas satu SMP ini kok gue banget ya trav wkwkwk :"D jadi kayak mengenang masa2 jadi kpopers dengan ff abal2 yang ditulis dibuku sama dihape huhuhu.
Dan kamu tau kalau sampai detik ini buku itu masih ada. Dan itu bukan cuma satu buku, dua lusin *btw udah kayak gitu tulisanku emang jadi bagus dan rapih*. Aku sempet 'takut' mau membongkar-bongkar buku itu tapi akhirmya pasti diacak2 juga dan hasilnya aku dalam hati: wtf. Ini gue yang nulis? SERIUS?! Aku nolak kenyataan ini *nangis kejer*
Serius itu beneran absurd banget sampe aku speechless sama tulisan ku sendiri yang ada dari tahun ketahun itu. Dan itu modal percakapan koreanya gugel translate lagi. Makin bergejolak perut aku membalik lembar2 buku itu :"v
Oke, aku nekat seperti itu juga karena baca ff pun yang nekat pake gugel translate juga kan pastinya *lol
Dan lama kelamaan, aku yang sekarang liat ff begituan pasti... *u know lah
Dan walaupun udah begitu, tetep sampe sekarang di ff ku pasti atau palingan kuselipin korean honorifics kaya '-sshi' dll. Dan kata yang paling umum kayak mian, gomawo atau annyong :"v entahlah, aku rasa itu masih cocok karena bisa ditoler dan pastinya gak panjang2 kayak punyaku dulu itu. Cukup satu suku kata aja. Dan... Bahasa inggris, terima kasih berkat ff2 bhs. Inggris yang kubaca bertahun2 terakhir ini dari situ juga kemampuan aku bahasa inggris makin2. Makin bagus soalnya kalo gabisa bhs. Inggris diajak ngomong temen atau berbaur di socmed juga bisa mati kutu.
Rant ini oke banget. Bikin aku bernostalgia sama ff abal2 aku :"3 thanks travvv
peachrabbit
#7
Chapter 26: Wah, akhirnya Trav kembali dari hibernasi (tapi kayaknya udah ngilang lagi)!

Oke, comment kali ini kayaknya nggak akan panjang karena aku udah rada nggak konek, tapi kalo nggak comment sekarang nanti malah lupa mau ngomong apa. u.u

Oke. Writing style. Like what I told you, storyline is intelligence and writing style is attitude, dan menurut aku writing style itu penting karena, think about it, nggak semua orang pintar punya attitude yang bagus, tapi someone with manners will look smarter and more elegant.

Build your attitude in writing. Galahad in Kingsman said manners maketh man, so let's borrow his quote (and change it a bit) and say manners maketh good writer.

By the waaay, lemme guess. The first one is Divergence (or one of the series) and the last is the famous Carrie?
bubbleshen
#8
Chapter 26: miss you, Trav! {} hehe

aku mau nebak kutipan novel yg pertama ya, itu Divergent :D
kalo yg kutipannya Stephen King aku gatau itu judulnya apa ._. novel barat aku jarang baca yg temanya berat, tbh.

setuju banget kalo gaya menulis masing-masing author itu sedikit-banyaknya mencerminkan kepribadian dan selera si author sendiri. di awal sempet ada kutipan yg berbunyi: 'setiap pembaca belum tentu author, tapi setiap author pasti pembaca.' ((kurang lebihnya seperti itu, aku ngga inget detail lol))
jadi tipe cerita macam apa yg dibaca sama author tsb, itulah yg diserap sama dia dan dijadikan pedoman sama dia dlm menulis. bisa dibilang sbg salah satu faktor pembentuk gaya tulisannya, atau mungkin cetak biru dari karya author yg difavoritkannya itu. tergantung orangnya.
sejauh ini sih yg namanya gaya menulis itu tipenya msh belum berkembang banyak (yg aku perhatiin). kalo dia tipe author yg udah stabil gaya menulisnya, secara garis besar cuma ada dua kok tipe writing-style seorang author: (1) tipe author yg mendeskripsikan segala sesuatunya secara detail dan melibatkan banyak emosi. dalam konteks ini dia banyak main di narasi; (2) tipe author yg mendeskripsikan sesuatu yg dia tulis secara ringan, tapi langsung 'hit just the right spots'(?). mungkin lebih banyak main di dialog, ATAU dia justru bisa menyeimbangkan porsi antara dialog dan narasi.
dari dua kategori itulah writing style seseorang terpecah-pecah menjadi cabang-cabang yg lebih kecil. aku sih nyebutnya ada author yg cocok nulis 'fluffy things' (gaya bahasanya ringan tapi feels-nya ngena) atau 'angsty things' (gaya bahasanya berat, dan kadang kita harus mikir dulu buat dapetin emosinya).
halah ini aku ngomong apa, belibet banget. hahahaha

soal selera ya, author itu biasanya punya kebiasaan menulis seperti sesuatu yg dia sendiri senang baca. tapi itu sifatnya msh relatif, ngga selalu kejadian kok di setiap author. karena kadang kan apa yg kita suka belum tentu bisa kita terapkan.
LimSooMie
#9
Chapter 20: hai sayangku, long time no see
jadi aku tadi baru baca yang screwed up subject and i preach you so much lover
aku anak major psychology yang (INSYA ALLAH AAMIIN) bakal major more di criminology
sama criminal profiling
Aduh tpi topik ini goes through my heart karena aku udh pernah ngeliat orang secara langsung di bully
dan di harass di depan mata w (Alhamdullilah bully nya udh diskors sama ditransfer by my school because
he's so en messed up man i swear to God)
aku bakal serius sebentar nih, salah satu cara para penjahat ini membuat victimnya tetep 'jatuh cinta' sama
dia adalah, sang penjahat abuses him or her verbally and physically until the victim doesn't even realise
what they're doing or they're mentally disturbed by the fact that they're tired from all of the abuse
in other words, they loose their sanity. dan itu pun dilakukannya kayak betul2 di torture habis-habisan, tergantung
mentalnya seseorang sih
jadi kayaknya ga mungkin deh seseorang yang mengabuse dan /maaf/ memperkosa sang victim bisa membuat sang
victim tetep jatuh cinta. keyword dalam pemerkosaan adalah pemaksaan
'if you uses force, then it's '
honestly, aku rasanya mau muntah tiap kali i encounter those kind of stories. aku paling gakuat sama psychological horror or
thriller. human mind is the most beautiful yet the scariest thing that God ever created
lol maap dengan EngDonesianya ya lol