MOVING

TWISTED FATE

Soyou’s POV

Aku merapihkan kembali koper-koperku yang masih berantakan. Dibantu Luhan aku akhirnya menemukan flat kecil tidak jauh dari café mereka. Aku memilih mengurus kepindahanku secepat mungkin begitu kompetisi menari selesai. Tidak menunggu lama aku langsung mengajukan pengunduran diri dan kini tengah melamar menjadi pegawai café milik Woohyun dengan atas nama kepemilikan Luhan.

Luhan meletakkan kardus terakhir yang aku bawa. “Kalau kau butuh apapun bisa langsung memanggilku, arraso?” ujar Luhan. Aku tersenyum dan mengangguk. “Gomawo oppa.” Ujarku. Dia tersenyum kemudian melirik arlojinya, “Maaf. Café sedang butuh orang saat jam makan siang. Aku tinggal dulu. Kau tidak apa-apa kan?” tanyanya. Aku terkikik, “Tentu saja. Sudah sana, kasian karyawanmu.” Ujarku.

Mengingat kembali apa yang dilakukannya untuk Woohyun membuatku tersentuh. Dia berkorban untuk Woohyun. Melepas pendidikannya, dan hanya menerima  tugas menjaga Woohyun dan menjaga café milik keluarga Woohyun. Bahkan dari segi financial, Luhan bukanlah orang yang berkekurangan. Kalimatnya membuatku ingin menangis setiap mengingatnya, “Aku hanya merasa Woohyun membutuhkan bantuan. Disaat dia benar-benar terjatuh dia tidak mengingat siapapun, tapi dengan ajaibnya dia mengingatku. Entah itu karena dia membenciku atau karena apa. Aku bersyukur bisa menjadi orang yang membantunya.”

Aku menghapus segera air mataku yang hampir turun. Tidak ada waktu untuk menangis Kang Soyou, pekerjaan rumahmu banyak, dengan segera aku meraih koper yang berisi bajuku. Memutuskan merapihkan lemari pakaianku dulu.

***

 

“Annyeong haseyo. Good morning.” Ujarku menyapa seseorang yang tengah menikmati sarapannya. Lelaki itu menatapku. Kemudian sumringah, “Kau Kang Soyou kan?” tanyanya. Aku mengangguk sambil membalas senyumnya. “Luhan hyung sudah mengatakan bahwa kau akan datang hari ini. Kau mulai bekerja disini kan? Benar kan?” tanyanya. Aku terkikik geli kemudian mengangguk, “Benar sekali. Kata oppa, kau yang akan menjadi mentorku.” Ujarku hati-hati.

Dahinya nampak mengernyit, terlihat tidak senang. “Jangan bilang begitu. Aku juga perlu banyak belajar. Kita belajar bersama-sama disini.” Jawabnya. Kemudian dia menjulurkan tangannya. “Nam Woohyun. Kau pasti mengenalku. Tapi tolong bantu aku untuk mengingatmu.” Ujarnya. Aku tersenyum, jauh dilubuk hati rasanya hatiku tidak hanya terluka tapi juga berlubang.

“Ne, sunbae. Kang Soyou.” Balasku sambil menggenggam tangannya. Dia tersenyum kekanakan dengan dihiasi saus dari sandwich sarapannya. Menggemaskan.

***

 

Luhan’s POV

Aku menatap mereka berdua dari seberang jalan café, mereka berdua memulai kembali apa yang dulu lakukan, berkenalan satu sama lain. Keduanya tampak tersenyum malu-malu, dan tak bisa kubantah bahwa wajah memerah Soyou yang selama ini menghilang tampak begitu terlihat jelas saat berbicara dengan Woohyun.

Rasanya jauh dilubuk hatiku bukan lagi goresan luka yang ada, tapi ada sebentuk lubang yang kini menganga terbuka. Kang Soyou, seandainya kamu menyadari bahwa aku masih mencintaimu.

***

 

Soyou’s POV

“Jinjja?? Jadi kau jago menari?” Tanya lelaki didepanku dengan ekspresi kaget sekaligus keheranan. Aku tersenyum sambil menunjukkan lembaran foto dari album yang sempat kubawa. Dia, lelaki itu, membolak-balik album foto bergambar laut milikku dengan wajah takjubnya. Dia berdecak-decak karena kagum. Mau tak mau aku merasa bangga akan hal ini.

“Kata Luhan hyung, aku dulunya pemain anggar dan juga lumayan cakap berdansa, terutama waltz.” Ujarnya sambil menatap fotoku bersama Taemin, salah satu juniorku saat kami berkompetisi dulu. Saat aku baru mengenal Woohyun. Woohyun membalik halaman foto album ke lembar berikutnya. Aku menahan nafasku, karena itu adalah kompetisiku yg pertama dan terakhir bersama Luhan.

Jemarinya bergerak menyentuh foto-foto itu. Ada setidaknya 5 buah foto dilembaran halaman itu. Kesemuanya fotoku dengan Luhan. Dan saat dia hampir membalik halaman berikutnya, dengan sekejap aku menarik album fotoku. “Woohyun-ssi, bagaimana kalau kita makan ramyun? Aku lapar.” Ujarku beraalasan.

Dadaku naik turun karena nafas yang memburu. Ternyata aku yang belum siap menunjukkan padanya tentang memori itu, memori kami. Memori singkat yang tetap membekas selama tiga tahun terakhir. Woohyun menatapku, lalu tangannya terjulur mengusuap puncak kepalaku, memperlakukanku seakan-akan aku adiknya.

“Baiklah. Ayo.”

 

==============================================

 

Author's Note

Dear readers, mungkin ini sudah akan masuk pada ending cerita. Karena sangat disayangkan sekali aku gak dapat ide apapun. maafkan aku karena ceritanya jadi garing.

Terima kasih buat yang terus baca dan kasih support^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
michimima #1
So cool <3
I love it~
novaqueenheart
#2
Chapter 17: Uwaaaaa happy ending <3 >o<
Gomawo buat story nya yg berakhir happy ending, >o<
Btw, siapa yg menikah dgn Luhan? Author-nim kah??? ;)
novaqueenheart
#3
Chapter 16: Semangat author-nim ^o^
novaqueenheart
#4
Chapter 15: Can't wait for next chapter >,<
akared #5
Serius? Dah lamanyer tak bace fic melayu!!!
Please bear with your new subscriber, babe!