I SAW YOU AND HIM

TWISTED FATE

Soyou’s POV

To : Luhannie Oppa

Luhan-ssi… besok adalah hari kompetisi, apakah kau masih menjadi partnerku?

 

Aku memandangi ponsel layar sentuhku. Masih belum ada tanda balasan sejak pesan yang aku kirim untuk Luhan terkirim 30 menit yang lalu. Aku menghela nafasku. Memandangi studio yang biasa aku pakai berlatih dengannya.

 

To : Luhannnie Oppa

Kalau kau mencariku, aku menunggu di studio menari tempat kita biasa berlatih.

 

Aku ketik pesan baru dan kukirimkan dengan segera padanya. Lalu aku mulai melatih gerakanku dan mencoba gerakan baru seandainya Luhan benar-benar tidak akan muncul besok. Aku berlatih dan berlatih, memaksa tubuhku terus menari. Dan aku berhasil menciptakan ritme gerakan baru untukku menari solo besok. Aku sudah menyiapkan seandainya kemungkinan terburuk itu ada.

Kulirik jam tanganku yang sudah menunjukkan angka 11. Sudah selarut ini, kutebak Luhan tidak akan datang. Kuputuskan untuk membereskan semua perlengkapanku. Kupastikan studio terkunci dengan benar. Dan rumahlah memang tempat yang paling tepat untukku saat ini.

***

 

Woohyun’s POV

Aku menatap jendela studio itu yang dimatikan. Pertanda dia sudah selesai berlatih dan beberapa saat lagi aku akan melihatnya keluar gedung dan pulang. Aku meneguk habis cola yang aku pegang. Melemparnya ke tong sampah terdekat begitu kaleng itu sudah kosong sepenuhnya.

Aku menangkap bayangannya berjalan pelan. Aku hendak menghampirinya, kalau saja aku tidak melihat sesosok pria mengikutinya dari belakang. Dengan jarak aman sekitar 5 meter. Aku mengenali sosok itu, tentu saja aku mengenalinya. Karena itu Luhan. Wajah Luhan sangat kuyu, dengan menggunakan hoodie warna hijau lumutnya dia mengikuti Soyou.

Soyou bahkan tidak tampak merasa diikuti karena jarak yang dibuat Luhan sangat tepat. Dan bodohnya aku mengikuti apa yang Luhan lakukan. Mengikuti Soyou dari seberang jalan. Tapi kemudian aku tersadar, Luhan sudah cukup ada untuknya. Jangan buang waktu Woohyun, dia jelas tidak menyukaimu. Dan meskipun kau mencintainya mati-matian tetaplah tidak merubah apapun. Aku menghela nafasku, kemudian memutuskan untuk kembali kerumahku.

***

 

Soyou’s POV

Aku menatap hall utama yang akan menjadi tempatku berkompetisi hari ini. Dari deretan penonton aku menangkap wajah Amber dan Woohyun. Bukankah mereka mengatakan ada seleksi anggar? Ada juga sahabat-sahabat Luhan yang pernah dikenalkan padaku. Aku mencari-cari Luhan, tapi benar-benar tak dapat kutemukan. Jadi kau tidak akan datang kan Luhan?

“Kang Soyou-ssi, anda akan mendapatkan urutan ketujuh. Dan maaf, apa partner anda sudah datang?” Tanya seorang panitia padaku. Aku menerima nomor urut yang harus dipakai.

“Umm. Maaf sepertinya aku….”

“Saya sudah datang. Maaf terlambat.” Seseorang memotong kalimatku, dan aku menemukan pria itu. “Luhan oppa??” panggilku. Dia mengangguk, kemudian menerima nomor dada yang masih tersisa untuknya. Perempuan yang seorang panitia itu kemudian meninggalkan kami berdua. Lalu hawa dingin menyergapku.

“Oppa… mianhae.” Ujarku memecahkan keheningan yang tidak menyenangkan itu. Dia menoleh padaku, dia tersenyum kemudian dia mengangguk. “Kita bisa langsung menari saja nanti kan? Apa perlu kau berlatih menyesuaikan diri denganku?” tanyanya. Aku menggigit bibirku saat menatap matanya yang sendu dan sedih. Tanpa kuduga tubuhku sudah merapat padanya, aku memeluknya kuat-kuat.

Aku tidak tahu apa yang aku lakukan, aku hanya merasa aku perlu melakukannya. Dia perlahan membalas pelukanku, kemudian menarik tubuhnya dengan segera, “Jangan seperti ini, nanti aku tidak bisa melepasmu.” Ujar Luhan. Aku menatapnya. “Mian, jeongmal mianhae.” Ujarku. Dia mencubit pipiku. “Sudahlah. Kita hanya perlu mengakhiri ini. Kita harus melakukan yang terbaik.” Ujarnya. Aku mengangguk menyetujuinya.

***

 

Woohyun’s POV

Aku melihatnya menari dengan Luhan, ritme dari gerakan yang mereka lakukan sangat kompak dan serasi. Soyou bisa focus meskipun yang aku tahu mereka sudah benar-benar tidak ada apapun. Hanya saja ingatanku semalam kembali menyeruak kepermukaan. Aku ingat bagaimana Luhan mengikuti langkah hati-hati Soyou, aku ingat bagaimana Luhan mengantarkan Soyou dan aku juga ingat bagaimana sorot mata Luhan yang nanar karena patah hati tetap membuatnya berjalan mengikuti dari kejauhan.

Haruskah kulakukan hal yang sama untuk menunjukkan aku begitu menyukai, Soyou? Aku memandangi mereka berdua yang masih menari dengan serasi diatas panggung. Aku tidak tahan melihatnya. Aku berdiri dan hendak pergi, sampai tangan Amber meraih pergelangan tanganku. Aku menatapnya. “Duduklah, penonton lain akan terganggu.” Ujarnya dingin masih dengan pandangan yang focus ke panggung.

“Lepaskan, Amber.” Ujarku. Amber menoleh padaku, tatapannya tidak bisa kudefinisikan. “Duduklah. Meskipun rasanya kau muak dan ingin mematahkan tangan Luhan saat menyentuh pinggang Soyou.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
michimima #1
So cool <3
I love it~
novaqueenheart
#2
Chapter 17: Uwaaaaa happy ending <3 >o<
Gomawo buat story nya yg berakhir happy ending, >o<
Btw, siapa yg menikah dgn Luhan? Author-nim kah??? ;)
novaqueenheart
#3
Chapter 16: Semangat author-nim ^o^
novaqueenheart
#4
Chapter 15: Can't wait for next chapter >,<
akared #5
Serius? Dah lamanyer tak bace fic melayu!!!
Please bear with your new subscriber, babe!