Aftershock

Heartlines [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Setahun sudah berlalu sejak kerja sampingan musim panas terakhirku. Aku memiliki dua pekerjaan saat itu. Satu di kafe pizza dimana aku mengantar makanan dan minuman. Aku sangat menyukainya hingga mama mengetahui hal itu. Mama adalah tipe orang  yang mudah mengkritik, ia memintaku untuk keluar dan mengklaim bahwa ia bukan membesarkanku untuk bekerja di kafe kecil. Hal itu sungguh memalukan, terutama kepada manajerku. Aku memutuskan untuk keluar dan kami beradu mulut saat berada di rumah.

Dua minggu kemudian aku bekerja di toko seni ini. Aku sudah memberitahu mama soal hal ini jadi ia tidak bertanya lebih lanjut. Aku sedang bekerja dengan riang hingga suatu hari ia mengunjungiku. Semua orang menatapnya heran karena mama tidak terlihat memiliki darah seni, dengan rok formal dan heels-nya yang menjadi indikasi statusnya. Saat aku bertanya apa yang ia lakukan, ia berkata ia harus mengecek tempat kerjaku aman atau tidak.

Itu konyol sekali, menurutku.

Rekan kerjaku diam seribu kata, mungkin karena merasa terintimidasi. Sungguh, reaksi yang tipikal. Ekspresinya hampir selalu serius dan dingin. Mungkin karena pekerjaannya, ia adalah Onkologis. Ia menangani orang yang terkena kanker, jadi ia lah yang memberitahu apakah kondisi mereka baik atau buruk.

Aku menyerah dan membiarkan mama menyelesaikan urusannya untuk menghindari adu mulut dengannya. Setelah ia selesai mengecek dan memberi manajerku beberapa usul untuk meningkatkan ventilasi, mama memelukku dan memberitahuku segera pulang setelah selesai bekerja. Aku tak dapat menatap rekan kerjaku seharian.

Aku tahu saat aku menerima telepon di hari minggu pagi itu aku harus melewati masa-masa mengguncangkan lagi.

Sebuah toko keahlian khusus meneleponku, memberitahuku mereka telah menerima ringkasanku. Aku mencoba mengingat kapan aku mengirimkan lamaranku hingga wanita itu memberitahuku seorang lelaki bernama Do Kyungsoo merekomendasikanku. Aku baru ingat saat aku memberinya ringkasanku kapan hari dan memintanya untuk merekomendasikanku ke toko asosiasi mereka. Aku dengan senang menerima tawaran itu dan mereka memintaku untuk datang besok.

Aku pergi ke kamarku dan mencari tahu toko itu melalui internet sebisa mungkin. Toko itu terlihat indah dan nyaman. Aku memiliki perasaan mama akan menyukainya. Tiba-tiba aku memiliki ide.

Mama sedang praktek pagi itu. Aku menggunakan kesempatan itu untuk membuat presentasi tentang toko tersebut. Aku memasukkan sejarah, kejadian-kejadian penting serta detail penting lainnya dalam presentasiku lengkap dengan gambar. Saat mama datang, aku memintanya ke ruang tamu dan aku mempresentasikan slide yang aku buat tadi. Ia berkata aku tidak perlu membuat presentasi, tapi aku tahu ia menyukainya.

Ia mengerutkan bibir dan menatapku singkat. Ia akhirnya mengangguk setuju. Aku melompat dan memeluknya. Aku hanya lega sebentar karena aku belum memberitahunya aku tidak mendaftar di sekolah kedokteran. Aku menatapnya keluar dari ruang keluarga dan berpikir bagaimana ia akan kecewa. Ia selalu menginginkanku masuk ke almamaternya dan papa. Ia selalu ingin aku dan kakak menjadi sepertinya. Dokter. Dulunya aku ingin menjadi dokter, tetapi setelah melalui banyak hal, aku sadar menjadi dokter bukanlah yang sesungguhnya aku inginkan.

Eun Hye sedang mengunjungi kakek-neneknya jadi aku menghabiskan hari di kamar. Aku mencoba menjadi kreatif tetapi sudah beberapa hari ini aku mengalami kesusahan. Tidak peduli bagaimana aku mencoba, aku tak menghasilkan apapun. Aku meminta bantuan guru seniku tetapi ia bilang hal itu normal. Ia bilang jika aku melakukan hal lain, sisi kreatifku akan kembali.

Setelah mandi sebelum makan malam, aku melihat gaun merahku di kursi seberang. Aku memutar mata seolah apa yang terjadi malam itu salahnya. Aku mengingatkan diriku sendiri aku harus membawanya ke dry cleaning sebelum mama melihat atau ia akan menanyaiku tentang pesta itu. Dan aku tidak ingin berdiskusi dengannya soal malam kemarin.

Terutama dengan dirinya.

Aku tidak tahu mana yang lebih memalukan: insiden dengan teman sekelasku atau aku baru saja berbicara dengan lelaki yang diam-diam kuperhatikan dari jendela.

“Dan bagaimana kau dan Jae Hoon?” Tanya mama saat makan malam.

“Kami…baik-baik saja.” Jawabku sementara mengingat pembicaraan terakhirku dengan Jae Hoon sebelum ia pergi. Awalnya itu percakapan normal lalu berubah sedikit menjadi teriakan dan beberapa momen dramatis. Tapi mama tidak perlu mengetahuinya.

“Kudengar ia sedang kerja amal di luar kota.” Kata mama.

“Iya.”

Mama mengerutkan dahi. “Kenapa kau tidak pergi dengannya?”

Aku menaruh gelas berisi jus jeruk di meja. “Aku sudah melakukan dua kerja amal selama empat bulan.” Kataku. “Aku memberitahu coordinator mengapa aku tidak dapat pergi waktu ini.”

“Dan kenapa?”

Aku menatap mama, mengira ia bercanda tetapi raut mukanya serius. “Produksi film pendek.” Kataku, merasa sedikit tersinggung karena aku sudah memberitahunya kapanpun kami bicara. “Untuk sekolah. Aku sudah mengatakannya berkali-kali.”

“Oh, tentu saja.” Kata mama, tiba-tiba ingat. “Aku lupa. Bagaimana perkembangannya?”

“Baik.” Aku berbohong, mengalihkan pandangan ke piring. “Kami bersenang-senang sejauh ini.” Aku mendengar mama setuju. “Ma, aku perlu memberitahu sesuatu.” Kataku, dengan ragu.

“Hmm?”

Aku bergerak-gerak di kursiku dengan gelisah dan menarik nafas dalam-dalam. “Aku ingin membicarakan hal ini dengan mama. Tentang sekolah kedokteran—“

“Tentu saja.” Potong mama dengan s

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 15: sebenarnya jongin suji cocok bersama...
mereka bisa sama2 saling menguatkan satu sama lain...
suthchie #2
Chapter 14: walaupun break, seharusnya juga ngak gitu juga kali...
gimana kalo ntar malah keterusan...
untung suji orangnya baik
suthchie #3
Chapter 13: Jongin emang perhatian banget...
suthchie #4
Chapter 12: Semoga saja jongin ngak suka eunhye...
suthchie #5
Chapter 11: Kurasa suji lebih membutuhkan jongin, dari pada keluarganya sendiri
suthchie #6
Chapter 10: Siapapun yang ditekan oleh orang tua pasti mereasa marah...
suthchie #7
Chapter 9: Mungkin benar juga kalo jongin ang suka...
Tapi kalo ada jaehoon, kayaknya biasa aja dink
suthchie #8
Chapter 8: Padahal hubungan mereka udah makin dekat...
Kenapa harus ada masalah
suthchie #9
Chapter 7: Yah kok balikan sih
suthchie #10
Chapter 6: Ciye yang makin deket sam jongin