Windows

Heartlines [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Liburan musim panas telah resmi dimulai. Aku sendiri kaget sewaktu keluar dari rumah dengan senyum lebar di wajahku. Jujur saja, aku bukan tipe orang yang senang akan liburan musim panas. Aku biasanya menghabiskan liburanku sendirian, berada di rumah, atau saat aku menemukan pekerjaan musim panas, aku akan menghabiskan waktuku disana. Teman baikku, Eun Hye, biasanya menghabiskan musim panasnya di tempat ayahnya dan karena orang tuanya telah setuju saat mereka bercerai, dia tak dapat menolaknya.

Tahun ini kami akan menghabiskan musim panas bersama dan bersenang-senang. Beberapa bulan ini kami telah mempersiapkan produksi film pendek tahunan di sekolah. Eun Hye akan mengatur dan merekamnya sedangkan aku akan membantu dibidang kostum dan tata rias.

Bagaimanapun juga, di hari pertama musim panas, kami telah menghadapi kesulitan.

Eun Hye dan aku bertemu di sebuah kafe yang baru dibuka yang dimiliki oleh tante dan omnya. Kafe itu sangat nyaman dengan sentuhan vintage. Saat kau memasuki kafe, sebuah bangunan melengkung akan menyambutmu dan terdapat sebuah emperan batu kecil. Kami bertemu disana untuk mendiskusikan lebih jauh dan mematangkan rencana kami sebelum syuting dilakukan. Saat aku sampai di Rabu siang itu, kafe sedang agak ramai. Mungkin karena kafe itu baru buka dua minggu yang lalu dan semua penasaran akan apa yang ditawarkan.

Aku menyapa Kyungsoo, yang berada di konter. Ia juga merupakan sepupu Eun Hye. Ia membalas senyumanku dengan mata besarnya. Aku memesan minuman yang biasanya dan bertanya dimanakah sepupunya, lalu ia menunjuk sebuah ruangan kecil. Setelah satu atau dua menit, ia memberikan pesananku, membayar dan setelah bertukar senyuman, aku menuju tempat dimana teman baikku berada.

Eun Hye sedang duduk di sofa, kepalanya tertunduk kedepan dengan handphone di tangannya. Terdapat tumpukan kertas, skrip, juga kamera yang akan digunakan dan agendanya yang terbungkus kulit.

“Ada masalah.” Ujar Eun Hye saat aku duduk di lengan sofa vintage itu.

“Apa?” Tanyaku sembari menaikkan alisku, menaruh tasku di lantai berkarpet dan minumanku di meja.

Eun Hye mendesah panjang. “Pemeran pria utama kita baru saja mundur.”

“Apa?!”

Eun Hye menyandarkan diri di sandaran sofa dengan muka lesu. “Ia meneleponku barusan dan mundur. Ia berubah pikiran tentang bergabung tanpa bayaran dan ia berkata akan kembali jika ada kompensasi.”

“Dasar tolol!” aku berseru dengan kesal. “Kita tidak akan memanggil dia kembali.” Kataku sungguh-sungguh.

“Tidak, tidak akan.” Eun Hye setuju. “Tapi bagaimana kita mulai syuting jika kita tidak memiliki pemeran pria utama yang tidak meminta kompensasi? Apakah kau kenal seseorang?”

Aku menyilangkan tanganku dan merapatkan bibirku sembari berpikir teman lelaki yang ku kenal. Sejauh ini, dua. Aku memiliki teman lelaki lainnya tetapi rata-rata mereka telah dewasa. Hal yang menyangkut tentang lelaki cukup susah ketika kau berada di sekolah khusus perempuan. Kami menghabiskan jam berikutnya untuk menghubungi teman lelaki yang kami miliki.

“Tidak ada harapan, Su Ji.” Eun Hye mengerang, membenamkan muka ke tangannya.

“Hei, jangan begitu.”  Kataku sembari mencolek lengannya. “Kita akan menemukannya. Janji.”

Eun Hye menatapku melas. “Semoga. Aku telah mengirimkan aplikasinya!”

Saat itu, seseorang memanggil nama kami. Aku membalikkan badan untuk melihat keseberang ruang dan melihat salah satu teman kami di sekolah menuju meja kami dengan senyum lebar.

“Hei, Da Hee.” Sapaku, aku tersenyum balik ketika ia duduk di sebelahku. “Ada apa?”

“Ini.” Ujar Da Hee, memberikanku dan Eun Hye dua amplop pink tua.

“Oh, kau akan berulang tahun.” Kataku sambil mengambil amplop dari tangannya.

“Iya.” Da Hee mengangguk. “Aku juga diterima di sekolah kedokteran. Jadi aku merayakan ulang tahun dan event itu bersamaan.

“Selamat!” Kataku dengan tulus.

Eun Hye berhasil untuk tersenyum kepadanya. “Itu hal yang sangat baik, Dae Hee.” Ujarnya, ia mengerutkan hidung setelah mencium undangan itu.

“Aku sangat sangat bahagia!” Ujar Da Hee. “Aku akan sangat senang jika kalian dapat datang ke pestaku. Aku janji, kalian akan bersenang-senang! Pestaku akan diselenggarakan di kafe ini pada Sabtu malam.”

Aku mendongak dan mengangguk. “Iya, kami akan datang.”

Da Hee tersenyum. Kami berbicara untuk beberapa menit, kebanyakan tentang perannya di film karena ia adalah pemeran wanita utama. Lalu ia sadar akan wajah lesu Eun Hye, jadi kami memberitahunya tentang apa yang terjadi dengan pemeran pria utama kami. Kami bertanya apakah ia tahu seseorang yang dapat berperan di film itu. Ia berkata ia akan menghubungi kami jika ia menemukannya.

“Undangannya beraroma.” Catat Eun Hye saat Da Hee meninggalkan meja.

“Pestanya bertema Alice in Wonderland.” Aku mengangkat bahu.

Hari sudah mendekati sore saat Eun Hye dan aku meninggalkan tempat. Kami setuju untuk mencari pemeran pria utama besok dan mungkin menggelar audisi kecil-kecilan. Aku menyadari bagaimana kafe tersebut masih ramai. Sekelompok lelaki langsung menuju meja kami sebelumnya.

“Musim panas baru saja dimulai tetapi sudah tidak menyenangkan.” Protes Eun Hye sendirian beberapa menit setelah kami keluar dari kafe. “Kau tahu ia berpacaran dengan gadis yang aku bilang mengoperasi hidungnya?” ia bertanya padaku.

“Wha—apakah kamu—“ aku menatapnya dan mengerutkan alisku. Aku berhenti berjalan saat menyadari apa yang ia katakan. Eun Hye juga berhenti berjalan dan menatapku dengan sedih. “Oh tidak, Eun Hye. Jangan lakukan ini pada dirimu sendiri.”

Eun Hye menaikkan bahu dengan tidak senang. “Aku tau aku terdengar menyedihkan tapi aku merindukannya.”

“Tapi dia tidak layak mendapatkannya. Ia berselingkuh.” Aku mengingatkannya. “Tiga kali.” Tekanku, tapi melihat wajahnya aku segera memeluknya. “Lihat, kau akan merelakannya suatu hari dan kau akan bersama seseorang yang lebih baik darinya.” Aku meyakinkannya, merangkulnya dan lanjut berjalan.

“Lelaki tolol semua!” Eun Hye berteriak frustasi. “Termasuk pemeran utama pria kita! Aku akan mengulitinya hidup-hidup saat aku melihatnya lagi dari atas ke bawah! Lelaki….semuanya bajingan! Kecuali lelaki-mu.” Tambahnya sambil menyikutk

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 15: sebenarnya jongin suji cocok bersama...
mereka bisa sama2 saling menguatkan satu sama lain...
suthchie #2
Chapter 14: walaupun break, seharusnya juga ngak gitu juga kali...
gimana kalo ntar malah keterusan...
untung suji orangnya baik
suthchie #3
Chapter 13: Jongin emang perhatian banget...
suthchie #4
Chapter 12: Semoga saja jongin ngak suka eunhye...
suthchie #5
Chapter 11: Kurasa suji lebih membutuhkan jongin, dari pada keluarganya sendiri
suthchie #6
Chapter 10: Siapapun yang ditekan oleh orang tua pasti mereasa marah...
suthchie #7
Chapter 9: Mungkin benar juga kalo jongin ang suka...
Tapi kalo ada jaehoon, kayaknya biasa aja dink
suthchie #8
Chapter 8: Padahal hubungan mereka udah makin dekat...
Kenapa harus ada masalah
suthchie #9
Chapter 7: Yah kok balikan sih
suthchie #10
Chapter 6: Ciye yang makin deket sam jongin