Ambang Pintu

Paper Mâché [Indonesian]

 

 

Disclaimer: I don't own this story. It belong to PurplePluto.


Epilog

 

Minggu-minggu berikutnya berisi seputar kekacauan (menurut pendapat Kyungsoo).

Keraguan dan keengganan menyelimuti rumah Keluarga Do seraya kepergian orang tuanya semakin dekat. Sebagai pengingat manis untuk orang tuanya, Kyungsoo memberi mereka tatapan tertentu dari sudut pandang tertentu, untuk memberi tahu mereka bahwa mereka sudah membuat keputusan dan tidak boleh menarik perkataan mereka lagi. Tidak mungkin Kyungsoo akan akan membiarkannya terjadi. Dia berusaha menunjukkan kemandiriannya dengan membersihkan rumah dengan teliti dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain dengan berlebihan. Aku bertanggung jawab, dia ingin menunjukkan orang tuanya dengan tindakan. Aku akan baik-baik saja sendiri.

Seolah orang tuanya masih kurang membuatnya frustasi, Kai pun tidak dapat diprediksi untuk ditangani. Mengingat dirinya benar-benar memalukan sebelumnya saat bertemu orang tua Kai, Kyungsoo mendapat malapetaka memalukan saat Kai tiba di rumahnya pada suatu malam, dengan penampilan bagus dan rapi. Dia menyapa Kyungsoo dengan ciuman di dahi dan mendorong pelan Kyungsoo masuk ke rumah. Kyungsoo bertanya dengan gugup, menunjukkan kebingungannya, dan dia sungguh berharap itu akan mendapatkan jawaban. Namun, saat Kai menemui orang tua Kyungsoo dan mengaitkan jemarinya dengan Kyungsoo di hadapan mereka, Kyungsoo tahu jawaban di balik kunjungannya, dan wajahnya pun memerah.

Orang tuanya syok. Kyungsoo tidak menyalahkan mereka. Bukan kejadian biasa mendapati teman putramu tiba-tiba muncul dan memperkenalkan diri sebagai pacar tak-gelap putramu. Kyungsoo berharap Kai setidaknya memberitahunya lebih dulu tentang rencananya. Sejujurnya, Kyungsoo berencana memberi tahu orang tuanya tepat setelah mereka pergi. Lalu, memberi mereka waktu untuk memikirkannya dan, yang paling penting, tidak akan ada ketegangan yang akan dialami Kyungsoo sebelum mereka pindah.

Setelah meyakinkan orang tua Kyungsoo bahwa mereka menitipkannya di tangan yang tepat, Kai diajak dengan paksa keluar oleh Kyungsoo, lalu diberi pukulan ringan. Kai masih sempat menghujaninya kata-kata dan pelukan lembut sebelum meninggalkannya mengomel-ngomel di ambang pintu.

Dan jadilah kebungkaman selama seminggu. Orang tuanya tak tahu bagaimana harus bicara atau bahkan untuk melihat padanya. Sampai saat mereka sedang memuat barang-barang ke truk pindahan, baru ibunya bicara padanya. Dia bilang kekasihnya kelihatannya baik dan bahwa dia senang kalau ternyata dia tidak benar-benar meninggalkan Kyungsoo sendirian. Dia mencium pipi Kyungsoo dan membisikkan perpisahan. Mungkin beberapa tetes air mata tumpah, Kyungsoo tidak yakin karena ibunya berpaling terlalu cepat untuk dilihat. Ayahnya memberinya anggukan kaku dan tatapan suram. Tepukan kaku di pundaknya adalah caranya mengucapkan salam perpisahan, Kyungsoo pikir itu jauh lebih baik dari yang ia harapkan. Kyungsoo hanya dapat mengamati dalam diam keluarganya yang makin menjauh tak lama setelah truk pindahannya berangkat.

Hatinya terasa berat, hari pertama sendiri membuatnya merasa kosong sekosong rumahnya. Ia tengah makan malam di meja makan saat bel berbunyi. Lalu kebingungan pun berganti dengan kehebohan seraya Kyungsoo meletakkan piringnya dan berlari ke arah pintu. Dibukanya dan ia disambut dengan Kai yang tersenyum sambil membawa ransel.

Bisa dibilang Kai menghabiskan malamnya dengan ‘menghibur’ Kyungsoo.

Kemudian, Kyungsoo mengamati brosur universitas yang dipilihkan orang tuanya, dengan Kai di sampingnya. Kyungsoo cukup beruntung menemukan bahwa universitas itu menawarkan program investigasi yang profesional. Sayangnya cukup sampai di situ saja keberuntungannya, karena program tersebut menerima jumlah peserta yang sedikit dan hanya terbaik dari yang terbaik yang diterima. Jadi, Kyungsoo bekerja keras untuk meningkatkan nilainya (yang semakin bertambah sulit dengan Kai di sekitarnya dan mengalihkan perhatiannya).

Kai ada di situ saat dia menerima suratnya. Kyungsoo memaksanya membaca duluan, tidak sanggup membayangkan penolakan. Hatinya jatuh saat melihat ekspresi Kai berubah datar dan perlahan dia menurunkan kertas itu setelah membaca isinya. Ah, jadi dia tidak berhasil, pikir Kyungsoo, tenggorokannya terasa sesak. Namun kemudian senyum lebar terpampang di bibir Kai dan Kyungsoo tahu saat itu Kai menarik kakinya. Campuran marah dan senang membuat Kyungsoo mendorong Kai ke lantai. Mereka berguling dan bergulat dengan tawa Kai menimpa gerutuan Kyungsoo. Lalu tubuh mereka terbaring biasa di lantai dengan senyum yang menolak untuk pudar dari wajah mereka.

Orang tua Kyungsoo berkunjung segera setelah mendengar kabar. Ibunya memasak masakan kesukaannya dan ayahnya membeli makanan penutup favoritnya. Saat mereka selesai melahap raspberry chocolate mousse cake yang lezat, bel rumah berbunyi.

Itu Kai. Tentu saja itu Kai. Harusnya mulai sekarang kita sudah tahu kalau Kai akan memulai masalah lagi. Seperti sebelum-sebelumnya, Kai memutuskan rencana sendiri tanpa pertimbangan Kyungsoo tentang apapun. Dia menemui orang tua Kyungsoo membicarakan hubungan mereka yang tergolong bukan minoritas lagi, juga kejadian-kejadian memalukan; memberi tahu mereka bahwa Kai dan Kyungsoo akan tinggal bersama usai kelulusan, merupakan hal lain secara keseluruhan.

Kyungsoo cepat-cepat menyeret Kai pergi sebelum orang tuanya tersadar dari bengongnya. Dia sempat bertanya-tanya kalau Kai punya kecenderungan masokis karena tampaknya dia selalu ingin dihajar. Kyungsoo menjitak kepalanya, bertanya apa yang sebenarnya ia pikirkan. Dia marahi Kai tentang tata krama dan memperkenalkan istilah “izin” dan bagaimana dia harus mencobanya lain kali. Kai putuskan untuk menggunakan pengetahuan barunya dan bertanya dengan sopan apa Kyungsoo mau tinggal bersamanya.

Kyungsoo menolak tawaran itu mentah-mentah.

Butuh dua minggu Kai mengomel dan memohon sampai akhirnya Kyungsoo luluh dan setuju. Orang tuanya malah lebih lama lagi. Bagaimana dia akan membayar uang sewa? Jelas dia harus bekerja. Bagaimana dia bisa mengatur waktu bekerja dan sekolah? Baiklah, Kyungsoo pikir dia lebih dari bisa untuk bekerja dan belajar bersamaan; kalau yang lain bisa, dia juga. Setelah berburu dan menemukan apartemen terjangkau yang terletak di antara kampus Kai dan Kyungsoo, orang tuanya akhirnya setuju walau enggan.

Setelah itu, yang mereka perlukan hanya lulus, dan beberapa minggu kemudian, mereka lulus.

Upacara kelulusannya sendiri membosankan. Pidato demi pidato, kata-kata motivasi, senyum dan tangis di beberapa situasi, jangan lupakan juga penantian panjang untuk berjalan dan mengambil lembar tanda kelulusan. Saat akhirnya upacara tersebut berakhir, Kyungsoo nyaris merobek baju wisudanya. Akhirnya ia menemukan Kai di keramaian, lalu mereka merayakannya dengan berpelukan erat dan tersenyum lebar. Selesai sudah. SMA sudah selesai. Tidak ada lagi pindah sekolah. Tidak ada lagi remaja-remaja bandel. Tidak ada lagi jadi anak baru. Semua ini perubahan yang baru bagi Kyungsoo, dan sangat ia kehendaki.

Bersama, Kai dan Kyungsoo mengepak barang-barang mereka dan pindah ke kota besar beberapa jam dari tempat mereka sekarang. Apartemen mereka kecil tapi potensial. Kai memutuskan untuk mengeluarkan semua potensi yang ada dengan beragam proyek seni. Figurin paper mâché memenuhi rak dinding yang dipasang Kyungsoo. Lukisan besar dan penuh warna menutupi cacat di plesteran tak sedap dipandang karena tidak ada uang untuk memperbaiki. Banyak origami dan kincir berjuntai dari langit-langit kamar mereka. Daya tarik terbesar dari seluruh penjuru apartemen yaitu lukisan dinding yang besar di atas sofa ruang tamu. Garis-garis menggambarkan kucing hitam tidur di bawah hangat sinar matahari.

Kai mendapat part-time job di toko peralatan seni di dekat situ, yang ia kunjungi dengan Kyungsoo di hari pertama mereka tiba. Membulatkan tekad untuk melakukan apa yang ia bisa, Kyungsoo mencari kerja ke mana-mana. Dia pikir tidak buruk mencoba dan melamar pekerjaan di perpustakaan terdekat. Kyungsoo terkejut senang saat menerima panggilan beberapa hari setelahnya, menyatakan bahwa lamarannya diterima dan hari pertamanya adalah besok malam.

Kuliah akan dimulai dan Kyungsoo tak pernah merasa sebahagia ini seumur hidup. Dia tidak pernah berpikir itu bisa terjadi. Kyungsoo pikir dia akan menjalani hidup tanpa tujuan ataupun kuasa. Hidupnya akan disetir oleh keputusan-keputusan orang lain. Selamanya, dinding antara diri satu dan dirinya yang asli akan tetap ada. Kyungsoo tahu dinding itu akan berdiri kokoh sampai dirinya yang sebenarnya lama-lama sepenuhnya hancur.

Namun itu tidak terjadi. Kai menolong Kyungsoo melihat bahwa dia boleh memiliki suara. Kai membantu Kyungsoo menyadari keinginannya yang sebenarnya, hasrat dan mimpinya, dan bagaimana menyikapinya. Ini hidupnya dan dia bebas melakukan apa yang ia mau. Dan Kyungsoo memang melakukannya.

Kyungsoo senang saat bangun tidur bergelung di samping Jongin. Dia senang sarapan sereal diskonan dengan Jongin di pagi hari. Dia senang berjalan dengan Jongin ke pemberhentian bus sebelum pergi ke tempat yang berlainan. Dia senang menemukan Jongin menunggunya di rumah mencoba menghidangkan makan malam di meja, dan dia senang untuk tertidur di lengan Jongin. Di dekapan lengan-lengan itulah Kyungsoo merasa paling bahagia.

Saat Kai bertanya bila Kyungsoo mau membawa kotak mereka setelah kelulusan, Kyungsoo menolak. Inilah saatnya bab baru kehidupan Kyungsoo dimulai dan kotak itu adalah bagian dari masa lalu yang ingin dia tinggalkan. Meski kotak mereka memegang banyak memori di dalamnya, hal itu tidak mengandung sesuatu yang penting bagi Kyungsoo. Tidak lagi. Ada realisasi bahwa, semenjak saat itu, dia tidak membutuhkan kotak. Dia tidak lagi memiliki empat dinding coklat di sekelilingnya untuk merasa tenang ataupun untuk merasa tak asing. Bahkan lama sebelum pindah, Kyungsoo paham bahwa semua perasaan dan kebutuhan itu telah berpindah ke tempat lain. Sebuah kotak coklat yang dapat dibentuk berubah menjadi seorang pemuda berambut hitam dengan senyuman hangat dan jemari bercoreng arang.

Dengan Jongin di sisinya, Kyungsoo akan selalu dan benar-benar merasa di rumah. 


t/n: done~ makasih buat ttalgibit yg udah berpatisipasi mengerjakan ini. Terima kasih sudah membaca sampai sini~ Semoga makin suka dengan dunia fanfic ya :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
amusuk
maaf, kalo ada notif apdetan, saya lagi nge-proofread ulang

Comments

You must be logged in to comment
darkpinkeu
#1
Chapter 15: Huwaaa endingnyaaa sweet lah walau aku pengen liat kelanjutannya wkwk merasa haus kalau tentang kaisoo tuh, nice buat authornim makasih sudah membuat cerita sebagus dan semenarik ini buat translator pun makasih banyakkkkkk sudah menyempatkan diri menerjemahkan ff ini dan membantu banyak orang supaya lebih mudahh membaca dalam bahasa sendiri hehe thanks bgt makasih banyak sukses selalu ya kalian
darkpinkeu
#2
Chapter 14: Huwaaa sweet nya wkwk lucu nya ayahnya kai akhirnya soo :')
darkpinkeu
#3
Chapter 13: Huhubu padahal hot tapi berujung kesedihan :'(
darkpinkeu
#4
Chapter 12: Yawlahh kaisoo sweet bgt sih bikin iri
darkpinkeu
#5
Chapter 11: Wahh kaisoo kaisoo abis yg nggak nggak nih wkwkk
darkpinkeu
#6
Chapter 10: Suka bgt sama adegan mereka pas berebutan sketch book yaampun manis
darkpinkeu
#7
Chapter 9: Huwaa kaisoo ku udah dewasa ya huhuhu
darkpinkeu
#8
Chapter 8: Kaisoo ih gemay yaampun
darkpinkeu
#9
Chapter 7: Yahh udah sweet sweet padahal ㅜ.ㅜ
darkpinkeu
#10
Chapter 6: Wahhh akhirnyaa kisseu jugaa ㅠ.ㅠ