Chapter 5

The First Autumn

Setelah penantian yang terasa lebih lama bis berhenti di halte lain. Saat aku akan berdiri aku baru sadar kalau Junhee masih tertidur. Aku menggoyang tubuhnya. Dia tetap tidur, aku menggoyang tubuhnya lagi lebih keras. Dia bergerak, akhirnya dia bangun. Aku langsung turun dari bis tanpa berkata apa-apa. Begitu menapakkan kaki di tanah, aku meregangkan tubuhku. Aku memasang headset dan memainkan lagu EXO-Into your world sambil berjalan menikmati udara malam yang semakin terasa dingin.

Aku sampai rumah dan hendak menutup pintu ketika sebuah sepatu lengkap dengan kakinya terselip pintu. Kemudian aku membuka pintu lebih lebar dan melihat Junhee di depan pintu. Aku hanya menatapnya, menunggunya berbicara.

“Suho oppa mian. Lagi-lagi aku merepotkanmu,” Katanya sambil menunduk. “Aku tersesat,” Lanjutnya.

Belum sempat aku menjawab umma berteriak,“Suho-ah!! Cepat masuk dan mandi.” Umma datang mendekat dan aku mendesah. “Ohh.. Ada tamu? Masuk-masuk silakan,” Lanjut umma.

Aku pergi dan langsung mandi tanpa memerhatikan Junhee.

 

Junhee’s POV

Seseorang menggoyang tubuhku dan aku tersadar, kaget. Aku tertidur. Aku melihat Suho berjalan keluar bis. Aku mengedarkan pandangan, ahh dimana ini? Kenapa kau bisa tertidur Junhee??? Aku menepuk kepalaku. Cepat-cepat aku berdiri dan keluar, berjalan mengikuti Suho.

Selama berjalan aku berpikir keras, apakah ada jalan pulang? Bagaimana ini? Aku hanya kenal Suho tak ada yang lain, tempat yang sedang ku injak pun tak ku kenal. Aku memutuskan mengikuti Suho saja dan mungkin dia bersedia mengantarku pulang.

Belum sempat berpikir lebih jauh Suho telah sampai rumah dan hendak menutup pintu. Sedetik aku berdiam diri karena kaget dan sedetik kemudian aku mengejarnya. Dia hendak menutup pintu dan aku menahannya dengan menyelipkan sepatuku di pintu rumahnya. Dia membuka pintu lebih lebar dan hanya menatapku, mencari penjelasan tetapi tanpa bertanya. Aissshhh…. Apa Suho selalu begitu pada perempuan?

“Suho oppa mian. Lagi-lagi aku merepotkanmu,” Kataku dengan kepala menunduk. “Aku tersesat,” Lanjutku dengan pasrah.

Tiba-tiba seseorang berteriak mengagetkanku,“Suho-ah!! Cepat masuk dan mandi.” Perempuan berumur sekitar akhir 40an berdiri di belakang Suho dan aku bisa mendengar Suho mendesah. “Ohh.. Ada tamu? Masuk-masuk silakan,” Kata perempuan tersebut.

Aku masuk melepas sepatuku, masih dengan kepala menunduk. Perempuan itu mengajakku masuk kedalam dan menuju ruang tamu dan aku duduk di sana.

Rumah Suho terasa lebih hangat dari udara luar. Dinding dan lantainya terbuat dari kayu berwarna cokelat muda yang memberikan kesan bahwa keluarganya adalah keluarga yang ramah. Di ruang tamu terpasang satu foto keluarga. Ada dua perempuan dan dua laki-laki dalam foto itu. Perempuan yang mengajakku masuk mirip dengan salah satu perempuan yang di foto dan aku pikir mereka adalah satu orang. Perempuan lain yang ada dalam foto memang mirip denganku, aku rasa dia adalah noonanya.

“Ah, kau pasti kedinginan ini kubuatkan teh hangat. Aku adalah ibunya Suho,” Kata seseorang. Aku memalingkan wajah menghadapnya dan melihat perempuan akhir 40an itu yang ternyata ummanya Suho.

Aku menerima dan menyesap sedikit teh itu, “Mmmm…ajuma aku tersesat dan aku tidak tahu ini daerah mana,” kataku hati-hati, “Apakah ajuma tahu aku harus naik apa untuk pergi ke … “

“Ya. Kau menginap saja di sini dulu, kami masi ada satu kamar. Sekarang sudah malam tak ada bis yang beroperasi lewat sini. Aku ada telepon dan kau bisa menelepon ibumu,” Jelas ajuma.

Aku memandang cangkir yang kupegang yang didalamnya ada teh memenuhi setengah cangkir. Bagaimana ini? Tak mungkin ku tolak, tak ada yang kukenal di sini, ahh toh hanya semalam akhirnya aku memantapkan diri. “Mmm … Baiklah, ajuma bisa pinjam telepon?” Kataku akhirnya.

“tentu saja, ayo.” Aku berdiri dan mengikutinya dari belakang. aku tersenyum sebagai uccapan terimakasih.

Aku mulai memencet tombol dan menunggu tersambung. Seseorang mengangkat telepon. “Ya appa… Aku sedang berada dirumah teman dan aku menginap disini… Mmm… Appa tak usah jemput, istirahat saja besok aku pulang,” dan aku pun menutup teleponku.

“Aku sudah mempersiapkan kamarmu, kau bisa menaruh barangmu di sana. Apa kau sudah makan? Kau harus makan, aku juga sudah mempersiapkannya disana,” Kata Bibi menunjuk ruang makan di sebelahku.

Aku mengepak barangku dan menatanya di kamar. Begitu membuka dan menapakkan kaki di kamar, jelas sekali kalau kamar itu tidak terpakai cukup lama. Bau kayu bercampur debu begitu terasa tapi ruangannya terlihat bersih dan cerah. Kamar ini tak seperti kamar tamu. Kamar ini begitu lengkap, ada meja belajar, lampu belajar dan kursi di pojok ruangan. Aku duduk di kasur dan merebahkan tubuh sejenak. Hhhh… sepertinya aku memang lelah dan.. Lapar. Aku berdiri dan pergi keruang makan.

Setibanya di ruang makan aku melihat Suho juga sedang makan. Kami makan dalam diam hanya terdengar bunyi jarum jam yang bergerak teratur dan sendok, garpu, piring serta sumpit yang beradu. Sesekali aku melirik ke arahnya tapi dia acuh tak acuh.

“Mian, oppa. Aku tak mengerti kenapa oppa tak menyukaiku. Paling tidak oppa mau memaafkanku,” Kataku setelah selesai makan dan langsung pergi ke kamar.

 

Suho’s POV

Sinarnya matahari yang terlihat seperti cahaya yang pucat menerangi seluruh kamar melalui jendela, samar-samar terdengar bunyi alat-alat masak yang saling beradu. Aku menghembuskan napas panjang. Hampir semalam penuh aku tak tidur. Apakah dia marah padaku? Apakah aku sudah keterlaluan? Beritahu aku. Aku tak tahu. Tak tahu atau pura-pura tak tahu.

Dengan langkah berat aku menyeret kakiku keluar menuju kamar mandi. Dalam perjalanan menuju kamar mandi aku bertemu dengan Junhee, kami hanya bertatapan sebentar dan kembali ke aktivitas masing masing. Selesai mandi aku menuju ruang makan dan kali ini aku yang melihat Junhee sedang duduk dan makan. Lagi-lagi kami makan dalam diam. Bukankah ini yang kau inginkan Suho, kau menginginkan ketenangan bukan? Tapi kenapa kau sekarang justru merasa bernapas menjad lebih sulit hanya karena ketenangan ini? Aku menghembuskan napas panjang dan mulai mengerang.

“Umma aku berangkat,” Kataku sambil memakai sepatu dan berangkat pergi. Umma menyuruhku mengantar Junhee pulang. Dia berjalan di belakangku masih tetap diam. Lagi-lagi aku menghembuskan napas berat. Akhirnya kami tiba di halte dan bus tak lama kemudian datang. Kami masuk dan ternyata bus penuh sesak jadi kami terpaksa berdiri. Tiba-tiba seseorang memegang tanganku dengan cukup erat, aku menengok dan melihat Junhee yang memegang tanganku. Dia menunduk dan mendekat padaku. Aku merasa tangannya menegang, bergetar karena memegang terlalu erat dan aku merasa dia sedang takut.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
amusuk
#1
Chapter 10: akhirnya sempet jg baca TvT skrg liburan waktunya bc ff sampe puazzz.
Waah, Suho harusnya km nyuruh Junhee bantu2 drpd diajak janjian ama si Kkamjong, hehe.
Btw, tulisannya rapi lho, typo dikit2 no problem

Sekian komen yg gj ini, lanjutkan! *pinjem slogan Pak Sby*
Lsapk97
#2
Chapter 10: yuhuuu akhirnya update. go go go!
careless
#3
Chapter 10: school scedule. thanks for still reading *bighug*
myunglii
#4
Chapter 1: janji? janji apa? aaaaaa
ParkChanRa
#5
baca ceritaku juga ya...
makasih.. ^3^
myunglii
#6
waa sudah update ternyata xD
careless
#7
maaf jarang apdet. thanks for reading.... :DD *bighug*
myunglii
#8
AAAAAAAAAAA suho kemana??
myunglii
#9
baru baca chapter 5 wkwk
itu takut kenapa aaaa lanjutkann
careless
#10
thanks for reading.. :)