Chapter 3

The First Autumn

 

Suho’s  POV

“Suho-ah!! Bangun kau!!” Teriak seseorang di luar sana, “Kau tahu ini jam berapa? Kau ingat hari ini kau harus apa?” Lanjutnya lagi. Sedetik kemudian aku langsung terbangun, aku langsung mencari handuk dan pergi mandi, menabrak ibuku yang sedang berdiri di depan pintu kamar, “Ya! Suhoo-ah! Dasar!”

Selesai mandi aku langsung memakai baju, mengambil beberapa potong roti kemudian aku berangkat, “Um…..mm….ma, amp….mpa, mnnn.....nna, amm mbeambaaat,” Kataku dengan mulut penuh roti.

Sekolah sudah ramai saat aku sampai. Semua orang sibuk melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Oh.. ramai sekali, ini masih pagikan? atau aku yang terlalu siang? Kataku pada diri sendiri.

Seseorang menyenggolku ringan, “Oh! Permisi, permisi,” Kata seseorang mengagetkanku. Wajahnya tertutupi oleh tumpukan kardus yang dibawanya sehingga aku tidak tahu siapa dia.

“Oh! Silakan, biar kubantu,” Kataku. Heran, biasanya aku tak melakukan ini pada yang lain. Melihatnya membawa tumpukan kardus sampai menutupi wajahnya membuatku membayangkan kalau dia jatuh dan semua kardus berantakan.

“Ah! Gomawo,” Kata orang itu lagi. Dan. Masih orang yang sama, orang yg kukira noonaku dan yang menabrakku. “Ini dibawa kemana?” Tanyaku.

“Oh, disana,” Katanya sambil memajukan dagunya untuk menunjuk ruang sebelah. “Kau Suho kan? Aku Junhee,” Katanya memperkenalkan diri. “Dan maaf tanganku tak bisa menjabat tanganmu. Apakah kau masih mengingatku? Kita sudah kira-kira tiga kali bertemu tapi aku merepotkanmu dua kali dan kita satu kelas. Maaf juga belum sempat menyapamu ,” Lanjutnya panjang lebar.

“Aku masih mengingatmu. Bagaimana kau tahu namaku?” aku mengangkat sebelah alisku karena heran. Tunggu? Satu kelas? Bagaimana aku bisa tidak tahu? Batinku.

“Temanku memberitahu namamu,” Jawabnya. Selanjutnya kami berjalan dalam diam.

Aku merasa dia memperhatikanku. Aku tak berani menengok.

Setelah beberapa lama aku merasa aneh. Kuputuskan menengok dan aku melihatnya sedang menatapku. Biasanya orang akan mengalihkan pandangan begitu melihat orang yang sedang dilihatnya berbalik melihatnya tapi dia tidak. Dia tetap menatapku. Seharusnya dia yang malu, kenapa aku yang malu? “Kenapa kau melihatku begitu?” Kataku dan membalikkan mukaku kembali melihat ke depan.

“Aku merasa wajahmu tak asing,” Jawabnya datar.

“Bukankah kau bilang sendiri kalau kita sudah pernah bertemu? Dan kau juga bilang kita satu kelas,” Tanyaku heran.

“Ya memang kita sudah pernah bertemu,”

“Jadi?”

“Kita sudah sampai,” jawabnya datar. Setelah meletakkan kardus aku mengambil tempat duduk di pojok ruangan dekat jendela agar aku bisa melihat keluar. Aku memasang headset ke telinga dan aku mengambil posisi siap tidur di meja.

“Ya!! Suho-ah!! Aku mencarimu kemana-mana,” Suara seseorang menyadarkanku.

Aishhh dia lagi. Aku mendesah, “Tidak bisakah kau pelankan sedikit suaramu? Aku tidak tuli,”

“Bu Guru memintamu mengisi acara ulang tahun sekolah. Jam 3 mulai latihan di gedung basket.”

“Kau juga?”

“Tentu saja. Seorang dancing machine. Bagaimana bisa aku tidak ikut?” Katanya sombong.

“Bagaimana kalau kadar percaya dirimu yang terlalu tinggi menyebabkan sekolah memutuskan menggantimu dengan yang lain,” Kataku mencoba meledeknya.

“Ya!! Teman macam apa kau,”

“Aku bercanda, haha,” Aku tertawa terkekeh.

 

Junhee’s POV

Sekolah masih sepi saat aku datang. Ng… Sepagi itukah aku datang sampai-sampai sekolah masih sepi? Tanyaku pada diri sendiri. Aku mengambil tempat duduk di tempat biasa lalu mengambil gitarku dan bernyanyi apa saja yang aku ingin nyanyikan. Satu-persatu teman-teman datang, setelah penantian cukup lama sekolah akhirnya ramai juga dan aku meletakkan gitarku.

“Ya!! Junhee-ah sanah ambil barang-barang di lapangan.” Kata Chanyeol saat aku baru saja berdiri.

“Ha? Na? Sendiri? Dimana Eunji? Kenapa bukan kau saja?” Aku balik bertanya pada Chanyeol.

“Ya! Kau tak lihat aku sedang apa? Dan ingat aku bukan babysitter Eunji jadi tentu saja aku tak tahu Eunji dimana,” Kata Chanyeol ketus.

“Baiklah aku pergi,” Aku menyerah. Aku berbalik dan melihat selembar kertas. Aku mengambil kertas yang terjatuh, menggulungnya dan melemparnya ke Chanyeol. Yap! Nilai sempurna..!! Kena kepala. Aku langsung berbalik pergi.

“Ya! Junhee-ah!!!” Teriak Chanyeol. “Aishh..”

Sampai di lapangan aku tertegun melihat tumpukan kardus yang aku bawa. Bagaimana bisa dia menyuruh wanita yang membawanya? Ckck batinku. Aku berdecak dan menggelengkan kepala heran. Kau wanita yang kuat Junhee, tunjukan kalau kau bisa yeaaahh!!! Aku meyakinkan diri. Lalu aku membawanya. Ditengah perjalanan ternyata aku menyenggol seseorang, “Oh! Permisi, permisi,” Kataku. Wajahku tertutupi oleh tumpukan kardus yang kubawanya sehingga aku tidak tahu siapa dia.

“Oh! Silakan, biar kubantu,” Katanya. Wahhh dia baik. Kemudian dia mengambil beberapa tumpukan kardus seihngga aku bisa melihat wajahnya.

“Ah! Gomawo,” Kataku. Dan. Masih orang yang sama, orang yang mengira aku sebagai noonanya dan tentu saja orang yang aku tabrak.

“Ini dibawa kemana?” Tanyanya.

“Oh, disana,” Kataku dengan memajukan daguku untuk menunjuk ruang kelasku. Apakah dia masih mengingatku? Biar aku yang mengingatkan dia kalau dia tidak ingat. “Kau Suho kan? Aku Junhee,” Aku memperkenalkan diriku sendiri. “Dan maaf tanganku tak bisa menjabat tanganmu. Apakah kau masih mengingatku? Kita sudah kira-kira tiga kali bertemu tapi aku merepotkanmu dua kali dan kita satu kelas. Maaf juga belum sempat menyapamu ,” Lanjutku tanpa jeda.

“Aku masih mengingatmu. Bagaimana kau tahu namaku?” Tanyanya dengan nada heran.

“Temanku memberitahu namamu,” Jawabku. Selanjutnya kami berjalan dalam diam. Dalam diam, entah dia sadar atau tidak aku memperhatikannya. Aku terus menatapnya tak tahu kenapa, aku hanya ingin menatapnya tak peduli dia akan menganggapku orang gila.

“Kenapa kau melihatku begitu?” Katanya kemudian. Mungkin lama-kelamaan dia mereasa tidak nyaman hahaha aku terkekeh.

“Aku merasa wajahmu tak asing,” Jawabku tanpa merasa bersalah.

“Bukankah kau bilang sendiri kalau kita sudah pernah bertemu? Dan kau juga bilang kita satu kelas” Tanyanya lagi. Dia penasaran juga aku kira dia acuh tak acuh.

“Ya memang kita sudah pernah bertemu,”

“Jadi?”

“Kita sudah sampai,” Jawabku tak menghiraukan pertanyaannya.

Aku terus memandangi dia hingga ia duduk di kursinya. Aku memang tidak tersenyum seperti orang lain saat sedang senang tapi melihat wajahnya membuatku merasa senang. Suho mengingatkanku pada seseorang.  Mata mereka begitu mirip. Terlebih saat pertama bertemu, mata terkejutnya. Ahhhh.... lucu sekali tersenyum mengingat kejadian di bandara.

 
 
 
 
 
 
 
뭐랄까 이 기분
정말 사랑해
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
amusuk
#1
Chapter 10: akhirnya sempet jg baca TvT skrg liburan waktunya bc ff sampe puazzz.
Waah, Suho harusnya km nyuruh Junhee bantu2 drpd diajak janjian ama si Kkamjong, hehe.
Btw, tulisannya rapi lho, typo dikit2 no problem

Sekian komen yg gj ini, lanjutkan! *pinjem slogan Pak Sby*
Lsapk97
#2
Chapter 10: yuhuuu akhirnya update. go go go!
careless
#3
Chapter 10: school scedule. thanks for still reading *bighug*
myunglii
#4
Chapter 1: janji? janji apa? aaaaaa
ParkChanRa
#5
baca ceritaku juga ya...
makasih.. ^3^
myunglii
#6
waa sudah update ternyata xD
careless
#7
maaf jarang apdet. thanks for reading.... :DD *bighug*
myunglii
#8
AAAAAAAAAAA suho kemana??
myunglii
#9
baru baca chapter 5 wkwk
itu takut kenapa aaaa lanjutkann
careless
#10
thanks for reading.. :)