7#

Retro-Reflection (sequel to: Thru the Mirror)

 

Sooyoon melangkah mundur karena merasa terkurung dalam ketakutan yang amat sangat. Wajah itu, wajah itu tidak asing baginya. Bagaimana tidak, ia sudah sering melihat wajah itu karena wajah itu adalah wajah dari orang yang tampak mengintainya. Di tempat kursus Hapkido, di area perumahannya, dan juga saat ia dan Kyungsoo berada dalam hujan. Orang itulah yang melemparkan senyum padanya, dan orang itu adalah orang yang sama dengan orang yang ia lihat di kampus, orang yang sedang berbicara kepada Kyungsoo. Sooyoon tidak bisa melupakan wajah yang bersinar-sinar itu. Bahkan di malam hari pun wajah itu terlihat bersinar.

Bersinar jahat.

“Oh, sepertinya kau mengenaliku,” kata orang itu, melihat ekspresi di wajah Sooyoon.
“Itu aneh sekali. Kau tidak seharusnya mengenaliku. Kita tidak pernah bertemu secara langsung,” sambungnya dengan nada tidak menyenangkan yang sama. “Kecuali kau memiliki ingatan yang cukup kuat untuk mengingat wajah setiap orang yang kau lihat setiap hari.”

“A-aku tahu kau,” sahut Sooyoon, matanya bergerak-gerak ketakutan, melirik dua sosok yang terbaring.  “Aku pernah melihatmu. Kau yang…kau orang yang melihatku dari luar pintu gedung kursus Hapkido, benar, bukan? Kau juga…pernah berbicara dengan Kyungsoo di kampus...”

Orang itu mengangguk dan tersenyum. Senyumnya begitu manis namun terlihat sangat menakutkan pada saat yang sama. “Kau benar sekali. Ingatanmu sangat kuat,” jawabnya.

“Kenapa, apa maksudmu mengawasi, mengintaiku?” tanya Sooyoon dengan takut-takut. Ia melirik Kyungsoo yang terbaring dengan dua tangan terikat ke belakang. Baekhyun pun terlihat sama. Tubuh Sooyoon gemetar. Mereka baik-baik saja, bukan? Mereka tidak mungkin…pergi, bukan? “K-kau mengenal Kyungsoo? D-dan Baekhyun? A-apa yang sudah kaulakukan pada mereka?” bisiknya, suaranya serak.

Orang itu tertawa keras, tidak menjawab pertanyaan Sooyoon. Udara yang dingin terasa semakin dingin dan berat Sooyoon rasakan saat mendengar orang itu tertawa. Suara tawanya mengerikan. Ia terdengar begitu puas, begitu senang, begitu meremehkan. Tidak ada hal yang lucu dan tawa orang itu mengesankan bahwa pertanyaan Sooyoon adalah pertanyaan paling bodoh di dunia. Sooyoon mencengkeram buku dan alat bantu pernapasan dengan lebih erat, seolah ia mencari perlindungan dari kedua benda itu.

“Tentu saja aku mengenal tetanggaku yang bodoh, Kyungsoo,” desis orang itu, kedua matanya berputar-putar menyebalkan,”yang tidak berani mengutarakan perasaannya pada gadis yang disukainya. Betapa bodohnya,” cemooh orang itu. “Aku sampai harus memaksanya untuk mengutarakan perasaannya padamu secepat mungkin. Tapi bodohnya dia malah terdiam berpikir dan menjauhimu. Cih, anak ini memang tidak cepat tanggap.” Orang itu menendang Kyungsoo yang tergeletak tidak sadar dengan kaki kanannya.

Mata Sooyoon melebar. Orang ini yang memaksa Kyungsoo? Tapi untuk apa? “Untuk apa kau memaksanya?” tanya Sooyoon.

Orang itu menyipitkan mata. “Untuk apa katamu?” ia mendengus. “Tentu saja untuk mengacaukan hubunganmu dengan Baekhyun.”

Apa?

Sebelum Sooyoon bisa mencerna semua informasi yang baru didapatnya, orang itu sudah berceloteh lagi. “Selama Baekhyun berada bersamamu, dia akan selalu bahagia.”

“Dan aku tidak suka, aku tidak pernah ingin melihatnya bahagia.”

Sooyoon terkesiap. “Siapa kau sebenarnya?”

Saat itu juga, Baekhyun yang terbaring membuka mata dan melihat Sooyoon. Matanya terbelalak lebar. Sooyoon merasa hatinya teriris melihat dengan jelas wajah lebam Baekhyun yang berlumuran darah, terutama di bagian pelipis, hidung dan sudut bibir. Sooyoon melemparkan tatapan benci pada orang yang berdiri di depannya. Orang itu, sebaliknya, malah tersenyum manis menatap Sooyoon.

Apa yang sudah orang ini lakukan pada Baekhyun?

“Oh, tidakkah Baekhyun bercerita padamu?” tanya orang itu dengan nada pura-pura terkejut yang terdengar menyebalkan, dengan nada yang dimaninkan dan dibuat-buat. Ia melirik Baekhyun yang sedang bergerak-gerak melepaskan diri. Orang itu tersenyum sinis.

“Tidakkah Baekhyun bercerita bahwa dia memiliki seorang sepupu yang menguncinya di dalam cermin empat belas tahun yang lalu?”

Kedua mata Sooyoon melebar karena terkejut. Sepupu? Jadi orang ini adalah sepupu Baekhyun? Fakta yang mengejutkannya ini semakin membuatnya ketakutan. Apakah orang ini benar-benar sepupu Baekhyun? Mengapa orang ini tega mengunci sepupunya sendiri ke dalam cermin? Jika orang ini memang setega itu, dia bisa melakukan hal lebih gila malam ini, pikir Sooyoon. Dan sejauh ini orang itu sudah melakukan hal gila. Deburan ombak yang besar seolah mengiringi jantung Sooyoon yang berdetak dua kali lebih cepat. Orang itu, sepupu Baekhyun, terlihat tersenyum, orang itu selalu tersenyum dengan manis dan selalu membuat Sooyoon merinding. Orang itu tampak seperti malaikat, namun ia terlihat bengis.

Dan apa yang ingin sepupu Baekhyun itu lakukan di sini, di dermaga ini? Sooyoon masih tidak mengerti dengan petunjuk yang diberikan. Gambar itu untungnya benar-benar mengantarkan Sooyoon ke tampat ini. Melihat orang itu yang melukai Baekhyun dan Kyungsoo, juga membawa mereka kemari, pastilah orang itu sedang merencanakan sesuatu.

Tapi apa itu?

“Oh, tidak? Dia tidak bercerita padamu?” cemooh orang itu. Orang itu melirik Baekhyun yang bergerak-gerak berusaha melepaskan diri. ia tertawa. “Kau tidak menceritakannya?” ia bertanya dengan nada mengejek. Baekhyun tidak menjawab. Ia menggertakkan giginya dengan geram.

“Lepaskan aku, Joonmyun Hyung!” teriaknya.

“Cih,” desis pemuda yang dipanggil Joonmyun itu. “Sudah kukatakan aku tidak akan melakukannya.” Ia menekankan setiap kata di kalimat yang diucapkannya. Ia menendang perut Baekhyun. Baekhyun mengerang kesakitan sementara Sooyoon terkesiap.

“Hentikan! Jangan melukainya lagi!” Sooyoon berteriak keras.

Joonmyun melirik Sooyoon dan sekilas tertawa. Tawanya mendadak menghilang dan wajahnya mengeras. “Kurasa aku menemukan satu orang lagi yang menyayangimu, Baekhyun,” katanya. Ia berjongkok tepat di sebelah Baekhyun yang masih mengerang kesakitan. “Mengapa semua orang menyayangimu? Mengapa mereka semua menyukaimu? Mengapa mereka semua ingin melindungimu?” tanyanya. Nada getir terdengar darinya meski Sooyoon tidak yakin apakah pemuda bernama Joonmyun itu benar-benar terdengar sedih. Sooyoon tidak bisa melihat ekspresi wajah pemuda itu dengan jelas. Meski pemuda itu menunjukkan wajah sedih ataupun terluka, Sooyoon tidak akan mudah percaya. Karena menurutnya pemuda itu punya berbagai wajah, berbagai sisi. Wajah apa yang akan ia tunjukkan belum tentu itu wajahnya yang sebenarnya.

“Karena itulah aku membencimu, Baekhyun,” desis Joonmyun. “Semua orang menyukaimu, memihak padamu, semuanya. Semua anggota keluarga kita.” Ia bangkit berdiri namun kedua matanya tetap terpancang pada Baekhyun. “Aku tidak punya cara lain selain menyingkirkanmu. Dengan begitu, semua orang akan melihatku. Semua orang menyukai Byun Baekhyun kecil yang manis dan lucu, selalu membuat orang-orang tertawa dan patuh pada semuanya. Mungkin hanya aku saja yang muak melihat semua tingkahmu itu. Semua orang memperhatikanmu dan memanjakanmu, dan melupakanku. Siapa yang bisa menerima itu? Kim Joonmyun terlupakan dengan adanya kehadiran adik sepupu kecilnya yang manis Byun Baekhyun,” cemoohnya. Ia terlihat sangat tidak senang. Wajahnya berkerut kesal. “Saat itu aku selalu berpikir bila menyingkirkanmu, semuanya akan menjadi lebih baik, semua orang kembali memperhatikanku.”

Sooyoon menggeleng pelan. Betapa kejamnya orang ini. Sejak awal ia memang sudah berencana untuk menyingkirkan sepupunya sendiri. Padahal ia dan Baekhyun masih memiliki ikatan darah. Orang itu sungguh tidak punya perasaan. Kemana akal sehatnya pergi? Ia seharusnya tahu ia tidak boleh seperti itu, bukan? Meski saat itu ia belum dewasa, setidaknya ia harus menyayangi sepupunya sebagaimana seharusnya, dan tidak membencinya dengan berlebihan seperti ini.

 “Aku merasa tenang dan bahagia dengan ketidakberadaanmu di dalam keluarga kita, Baekhyun. Dan itu sungguh tahun-tahun yang membahagiakan dalam hidupku. Semua perhatian keluarga terpusat kepadaku. Aku-lah satu-satu orang yang mereka banggakan.” Joonmyun tersenyum senang. Ia bahkan tertawa lagi dengan mengerikan.

“Kau membuatku terpisah dari orangtuaku selama bertahun-tahun! Kau membuatku menderita! Apakah kau tahu rasanya berada dalam cermin itu, hah? Apakah kau tahu rasanya?!” Baekhyun berteriak dengan kencang. Ia terlihat sangat marah dan terlihat tidak bisa mengendalikan dirinya.

“Itu masih belum setimpal dengan dirimu yang sudah membuatku terbuang!” seru Joonmyun geram. “Selama bertahun-tahun, semua orang membandingkan dirimu denganku, dan mereka selalu memprotes apa yang ada pada diriku, berpikir bahwa apapun yang kulakukan, semuanya itu tidak pernah benar, selalu salah. Aku tidak pernah membuat mereka puas dan terkesan. Sedangkan kau,” ia mendengus keras,”hal kecil apapun yang kaulakukan, mereka sangat menyukainya. Kau selalu benar dimata mereka. Lalu kaukira aku senang dengan keadaan itu, hah?” ia menatap Baekhyun tajam.

“Lalu karena itu kau mencari debu bintang yang ada dalam buku yang kita temukan itu?” Baekhyun tertawa pahit. Joonmyun tersenyum kecut.

“Walaupun kau tidak percaya dengan keberadaan benda itu, pada akhirnya kau harus percaya karena dengan benda itu aku berhasil mengurungmu dalam cermin. Bukankah begitu?”

Baekhyun terlihat menatap Joonmyun dengan tatapan tajam yang sama. “Aku tidak akan pernah percaya. Cerita di dalam buku itu hanya dongeng. Tidak mungkin benar.”

Joonmyun memutar mata dengan kesal. “Kau masih bisa bicara seperti itu setelah kau melihat hasil nyatanya dengan matamu sendiri? Kau sungguh bodoh.” Ia tertawa keras.

Baekhyun bergerak-gerak lagi, kali ini dengan tidak sabar. Ia terlihat berusaha keras untuk melepaskan diri dari tali yang mengikat kuat tubuhnya. Sesekali ia melirik Sooyoon yang berdiri seperti patung, yang terlihat pucat seperti kertas. Dan setelah itu ia bergerak-gerak dengan brutal. Sooyoon ingin sekali melepaskan ikatan tali itu dari tubuh Baekhyun, dan juga dari tubuh Kyungsoo. Namun apalah daya? Dirinya terkesan begitu lemah saat ini. Ia bisa saja segera menyongsong Baekhyun, namun ia tidak bisa menebak apa yang pemuda bernama Joonmyun itu akan lakukan padanya. Ia takut pemuda itu akan lebih melukai Baekhyun dan Kyungsoo. Ia takut sekali.

“Lihat buku yang dibawa oleh pacarmu, Baekhyun,” kata Joonmyun sambil menunjuk buku tua di tangan kanan Sooyoon. “Kita sudah pernah membacanya, semua cerita di dalamnya, saat kita masih kecil dulu. Dan tentu selain debu bintang, ada sebelas benda lain yang bisa mengunci seseorang.”

Baekhyun mendongak ke arah Joonmyun. Matanya membelalak liar. “Lalu sekarang apa yang akan kaulakukan?”

Joonmyun berjalan mendekat ke arah Sooyoon. Sooyoon yang ketakutan terdiam membeku, kedua tangannya bergetar hebat. Joonmyun mendekat wajahnya ke wajah Sooyoon, senyum masih terulas di wajahnya yang bersinar-sinar. Ia tersenyum kecut dan perlahan mengambil buku yang Sooyoon cengkeram erat dengan tangan kanan. Sooyoon merasakan udara di sekitarnya semakin berat dan dadanya menjadi lebih sesak. Tangannya tak juga berhenti bergetar. Joonmyun meraih tangan kanan Sooyoon dan menariknya untuk berjalan bersamanya, mendekati Baekhyun yang masih terkapar di permukaan jembatan kayu.

“Pacarmu pintar sekali, bisa mengerti petunjuk yang kuberikan dengan sangat cepat,” kata Joonmyun riang,”dan saat ini juga dia akan menjadi sangat berguna untukku.”

Sooyoon membelalakkan mata. Apa maksud pemuda ini?

“Apa maksudmu?” Baekhyun menyuarakan apa yang ada dalam kepala Sooyoon.

Joonmyun melirik Sooyoon. Sooyoon semakin tidak menyukai cara pemuda ini tersenyum, tertawa dan bila saat pemuda ini menatap padanya. Sooyoon berusaha melepaskan diri dari cengkraman Joonmyun namun pemuda itu tidak membiarkannya. Joonmyun menjatuhkan buku tua itu tepat dihadapan Baekhyun. Buku itu tepat membuka di sebuah halaman yang bergambar dermaga dan kapal.

….untuk menguncinya jauh di dasar laut, haruslah dengan belati perak, potongan cermin dan setetes darah. Jantung orang itu harus dilukai terlebih dahulu oleh orang yang mencintai dan dicintainya dengan menggunakan belati perak. Darah dari jantung orang itu harus diteteskan ke permukaan cermin. Orang itu akan terperangkap dalam cermin dengan segera, dan segeralah buang cermin itu ke laut….

Baekhyun membeku dan menatap Sooyoon. Wajahnya menyiratkan ketakutan. Ia terlihat ingin berkata-kata namun Sooyoon tidak mendengar apapun darinya. Ia hanya mendengar debur ombak dan suara deru angin, juga suara siulan dari dirinya sendiri. Demi Tuhan Sooyoon tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda itu. Ia sungguh tahu, karena ia sendiri sudah membaca cerita tentang dermaga dan kapal itu sejak di hari Jongin menununjukkannya padanya.

Ia sudah membayangkan bahwa kemungkinan akan seperti ini.

“Yah, Park Sooyoon bisa melakukan itu.” Joonmyun bertepuk tangan. Ia berjalan mengelilingi Sooyoon. “Tentu dia tidak akan keberatan. Karena jika dia menolak untuk melakukannya, aku akan membunuh teman baiknya.”

Jantung Sooyoon seakan berhenti berdetak begitu ia mendengar kata-kata itu meluncur dari mulut Joonmyun. Pemuda itu akan membunuh.. Kyungsoo? Ya Tuhan, pemuda itu bercanda, bukan? Sooyoon melirik Kyungsoo yang masih tidak sadarkan diri. Kedua matanya mulai memanas. Ia melirik Baekhyun yang masih terperangah. Ya Tuhan. Apa yang harus ia lakukan? Jantungnya berdebar keras dalam dadanya. Keringat dingin bercucuran.

Di tangan Joonmyun sudah ada potongan cermin dan belati perak, entah dari mana asalnya. Ia menyerahkan belati itu ke tangan Sooyoon. Kedua tangan Sooyoon bergetar dengan hebat, sampai-sampai belati itu nyaris jatuh seperti halnya alat bantu pernapasan miliknya.

“Kau bisa melakukannya, bukan, Park Sooyoon?” tanya Joonmyun. Ia menatap Sooyoon lurus-lurus. “Kau membencinya, kau membenci Baekhyun, bukan? Dia sudah meninggalkanmu. Dan karena dia-lah kau mendapat mimpi buruk yang sama setiap malam.”

Sooyoon mendongak menatap Joonmyun.

Bagaimana dia bisa tahu tentang mimpi-mimpi itu?

“Semua yang kaulihat dalam mimpi itu adalah kenyataan, dan mimpi-mimpi itu jugalah yang menghantuinya. Baekhyun tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak setelah dia keluar dari cermin. Bukankah begitu, Baekhyun?” Joonmyun tertawa melirik Baekhyun yang masih tergolek di permukaan jembatan kayu. Baekhyun tidak menjawab, ia masih terlihat membeku. “Koneksi yang kalian miliki itu sekarang hanya membuatmu menderita, Park Sooyoon. Kau terus dihantui oleh semua mimpi-mimpinya. Dan kau perlu tahu, Baekhyun tidak bisa selalu membaca pikiranmu.

“Bagaimana sekarang? Bukankah kau membencinya? Apakah sekarang kau bisa langsung membunuhnya untukku?”

Sooyoon membiarkan air matanya tumpah. “A-aku akan melukainya dan kemudian kau akan menguncinya ke dalam laut?”

“Ya, tepat seperti itu,” sahut Joonmyun mantap.

“Apakah kau sudah gila? Itu sangat kejam! Kau sangat keterlaluan!” teriak Sooyoon.

“Terserah apa katamu. Jika ia masih tetap berada di sini, kemungkinan orang lain akan menemukannya. Seperti halnya kau yang dulu, dua tahun lalu, yang sudah menemukannya.” Joonmyun terlihat lelah. Ia membungkuk sebentar, lalu dengan kasar menarik Baekhyun untuk lekas berdiri. “Ayo, cepat lakukan, Park Sooyoon,” desisnya. “Tusuk tepat ke jantungnya.”

Saat inilah saat dimana Sooyoon tidak bisa memutuskan apa yang harus ia pilih. Ia ingin melihat Kyungsoo terbunuh ataukah ia harus melukai Baekhyun dan melihat pemuda itu terkunci jauh di dasar laut? Ia tidak menginginkan keduanya, sungguh! Ia hanya ingin melihat mereka semua selamat, selamat dari cengkraman Joonmyun. Mereka harus selamat… Apa yang bisa Sooyoon lakukan sekarang?

“Cepat lakukan, Park Sooyoon!” hardik Joonmyun, ia terlihat tidak sabar. Ia berjalan dan meraih tubuh Kyungsoo yang lemah. Ia sudah hampir mendaratkan belati perak yang lain ke leher Kyungsoo. “Cepat lakukan atau Kyungsoo akan mati!”

“Hentikan!” Sooyoon berteriak sambil memegangi sisi kepalanya.

“Cepat lakukan!” Joonmyun berteriak.

Tentu tidak bisa seperti ini. Sooyoon tidak bisa dengan begitu saja menuruti perintah gila yang dilayangkan oleh Joonmyun. Pemuda itu sudah kehilangan akal dikarenakan obsesinya yang berlebihan untuk melenyapkan Baekhyun. Pemuda itu sudah tidak waras. Sooyoon dengan kedua kakinya yang bergetar hebat melangkah pelan mendekati Baekhyun. Baekhyun yang berdiri bertumpu dengan kedua lutut menatap Sooyoon lurus. Ia tampak tidak percaya bahwa Sooyoon sedang berjalan ke arahnya dengan belati perak di tangan. Baekhyun tidak berkata apa-apa. Ia hanya menatap lurus ke arah Sooyoon. Ia membuang napas panjang.

“Jangan ragu lagi, Sooyoon,” kata Baekhyun pelan. “Lakukanlah. Lebih cepat lebih baik. Kau harus menyelamatkan temanmu.”

Tidak, Baekhyun. Tidak. Aku harus menyelamatkanmu, dan juga Kyungsoo.

Sooyoon terdiam di tempatnya berdiri dan menangis. Ia tidak bisa melakukannya. Bagaimana mungkin ia bisa menusuk jantung orang yang dicintainya? Bagaimana mungkin ia bisa melakukannya? Setelah ini, setelah ia menusuknya, ia akan kehilangan pemuda itu. Pemuda itu mungkin akan langsung kehilangan nyawa dengan tusukan di jantung, dan orang bernama Joonmyun itu masih ingin membuang pemuda itu ke dalam laut. Pernahkah kalian mendengar suatu hal yang lebih gila dari itu? Tidakkah cukup dengan hanya membunuh? Masih ingin melenyapkannya ke dasar laut setelah menguncinya dalam cermin?

“Kenapa kau tidak segera melakukannya, Park Sooyoon?” Joonmyun berjalan dengan langkah lebar, meninggalkan Kyungsoo yang langsung terkulai jatuh ke permukaan jembatan. Ia mencengkeram pergelangan tangan kanan Sooyoon. “Apa sulitnya langsung menusuk ke jantungnya, hah?” teriaknya. Ia menarik Sooyoon agar mencapai Baekhyun.

“A-aku tidak bisa melakukannya..” kata Sooyoon dengan setengah berbisik.

“Kau ingin melihat teman baikmu mati? Kau ingin melihatnya?” Joonmyun dengan kuat mencengkeram pergelangan tangan Sooyoon. Sooyoon mendesis kesakitan.

“Hyung, jangan sakiti Sooyoon!” kini giliran Baekhyun yang berteriak.

“Lepaskan aku!”

“Cepat tusuk jantungnya!”

Sooyoon berontak, ia berusaha melepaskan diri dari Joonmyun. Joonmyun tidak membiarkannya dan semakin memaksanya untuk menusuk Baekhyun. Sooyoon terus berontak, ia menghempaskan tangannya dengan kuat sampai akhirnya belati perak itu mengenai wajah Joonmyun. Kedua mata Sooyoon melebar karena terkejut. Ya Tuhan. Apa yang sudah dilakukannya?

“Ah..” Joonmyun terdiam sebentar. Ia menyentuh pipi kanannya yang tergores belati. Darah segar mengalir dari luka di pipinya. “Apa yang sudah kaulakukan, Park Sooyoon?” desisnya dengan nada dingin. Ia tertawa hambar beberapa detik kemudian. Sooyoon yang ketakutan menjatuhkan belati perak di tangannya. Ia berusaha berjalan mundur menjauhi Joonmyun. “Apa yang sudah kaulakukan?!” Joonmyun menarik tangan Sooyoon dengan kasar sehingga membuat Sooyoon nyaris menubruk tubuhnya. Tubuh Sooyoon bergetar hebat. Joonmyun dengan murka menunjukkan darah dari pipinya yang menempel di ujung jarinya.

“Seharusnya kau melukai Baekhyun,” teriak Joonmyun, saat darah semakin mengucur dari luka gores panjang di pipinya,”cepat tusuk jantungnya dan teteskan darahnya ke cer—“

Pemuda itu terdiam. Tubuhnya menegang begitu menyadari bahwa darah dari wajahnya jatuh tepat ke permukaan cermin yang ada dalam tangannya. Ia tampak terkejut, namun ia menggelengkan kepala, berusaha meyakinkan diri sendiri. “Tidak akan ada pengaruhnya padaku,” ia tampak berbicara sendiri,”darah itu harus dari jantung dan yang melukai jantung haruslah orang yang dicintai…”

Mendadak angin bertiup lebih kencang. Ombak semakin berdebur keras dan datang semakin besar. Jembatan kayu ini seperti bergoyang, seakan tak sanggup dengan adanya ombak dan gelombang besar. Beberapa kapal yang ada di sekitar dermaga ikut terombang-ambing mengikuti debur ombak, dengan bunyi-bunyi yang mengerikan dan seolah akan saling bertubrukan. Sooyoon menjadi panik dan tanpa sepengetahuan Joonmyun, ia berlari mendekati Baekhyun yang masih terikat. Joonmyun tampak sangat kebingungan melihat sekelilingnya yang mendadak berubah. Sekilas wajahnya yang bersinar-sinar itu memancarkan sinar ketakutan dan malah sekilas sinar itu meredup.

“Apa yang sudah terjadi?” kata Joonmyun.

Terdengar suara petir di langit. Bulan sabit yang tadi terlihat di langit sudah tidak tampak, tertutup oleh awan kelabu yang entah muncul dari mana. Awan-awan itu mengelilingi bulan, seperti membentuk cincin. Fenomena itu malah semakin membuat ombak berdebur semakin keras. Angin menderu layaknya angin topan. Baekhyun yang sudah terlepas dari tali yang mengikatnya memeluk Sooyoon dengan erat dan berusaha melindunginya dari angin kuat itu. Sooyoon memejamkan mata erat-erat. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Dalam imajinasi terliarnya, ia tidak pernah membayangkan hal seperti ini terjadi. Tidak sekalipun.

Bulu kuduk Sooyoon meremang begitu mendengar suara seruan dari Joonmyun. Ia menoleh dan melihat potongan cermin dalam genggaman pemuda itu telah jatuh ke atas permukaan kayu jembatan. Dan hal yang paling mengerikan adalah setelah itu.

Saat Joonmyun seperti tersedot ke dalam cermin.

Joonmyun terlihat panik dengan dirinya yang disedot masuk ke dalam cermin. Seperti ada angin puyuh kecil yang mengelilingi pemuda itu secara tiba-tiba. Dengan suara jeritan dari dirinya sendiri, Joonmyun perlahan tersedot ke dalam potongan cermin itu, mulai dari kaki hingga akhirnya kepala.

“Tidaaak!!”

Sooyoon yang melihat itu menjerit ketakutan dan Baekhyun memalingkan wajah Sooyoon agar ia tidak melihat ke arah Joonmyun. Mereka berdua berpelukan erat. Dua detik kemudian datang ombak tinggi seperti tsunami yang menghantam dermaga. Mereka berdua terseret, jatuh terhempas dan menghantam permukaan jembatan kayu dermaga. Sebelum Sooyoon kehilangan kesadaran, ia sempat melihat dua orang yang berbicara dalam bahasa China berseru ke arahnya dan Baekhyun dan terlihat menyongsong mereka dengan segera. Ia juga sempat melihat di sudut matanya potongan cermin yang telah menyedot Joonmyun itu terbawa jauh oleh ombak ke ujung jembatan yang lain dan akhirnya benda itu terjatuh ke dalam laut melalui celah antara  kayu-kayu jembatan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
morinomnom
#1
Chapter 8: Oh my god. Akhir ceritanya so sweet bgt ;_; dan rasanya kayak terbangun dari mimpi buruk. Off to your other stories~
weirdoren
#2
Chapter 8: Suho jadi org jahat ;_; tapi asli intinya ini BAGUSSSS bgttt ;;;;;;;
nora50
#3
Baekyhun fanfic?! Oh...update plizz
weirdoren
#4
oke hohoho ditunggu ^^
nammyunghee
#5
@weirdoren : mian, masih dalam proses lol~ kkk ^^;
weirdoren
#6
Updatenya pls T~T