1#

Retro-Reflection (sequel to: Thru the Mirror)

 

Park Sooyoon membuang napas. Ia mendongak menatap langit. Ia menatap langit yang cukup mendung itu dengan tatapan menerawang. Ia menebak-nebak, sebentar lagi hujan akan turun. Mungkin tidak terlalu deras karena awan gelap itu hanya berupa awan-awan tipis dan terlihat tidak merata ke seluruh penjuru langit. Bilapun hujan turun, mungkin hanya di sebagian wilayah kota saja. Dan mungkin salah satu wilayah yang akan diguyur hujan adalah tempat Sooyoon berada sekarang ini.

Ia melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangan kanannya. Kira-kira ia sudah lima belas menit berada di depan sebuah toko kaset di Hongdae. Ia menoleh ke kanan-kirinya. Orang-orang sibuk berlalu lalang di depannya dan banyak orang yang masuk ke dalam toko kaset. Menunggu lima belas menit bukan masalah. Ia tidak mengeluh. Lagipula ia yang datang terlalu awal. Ia menunduk menatap sepatunya. Ada satu hal yang ia cemaskan.

“Hujan tidak akan turun. Tenang saja.” Tiba-tiba ia mendengar sebuah suara. Ia lantas mendongak dan mendapati Byun Baekhyun yang memakai jaket coklat berdiri di depannya. Sooyoon kontan tersenyum. Sebelum ia sempat membuka mulut untuk bicara, Baekhyun sudah menyela. “Aku tahu kau tidak bawa payung.”

Sooyoon tersenyum tipis. Pemuda di depannya ini, memang hapal benar sifatnya dan selalu tahu apa yang ada dalam pikirannya. Ia tidak perlu mengatakan pada pemuda itu apa yang ia sedang pikirkan, karena pemuda itu sudah tahu. Pemuda itu selalu tahu.

“Acara sepertinya sudah dimulai. Sebaiknya kita segera pergi.” Sooyoon memberitahu pemuda itu. Baekhyun mengangguk singkat dan menggandeng tangan kanan Sooyoon dengan segera. Mereka saling pandang, dan tersenyum.

 

п

 

Hari ini adalah hari kelulusan Chanyeol. Kakak semata wayang Sooyoon itu lulus dengan nilai terbaik. Ayah mereka bahagia bukan main. Sooyoon pun begitu. Ia sangat bangga dengan kakaknya yang terkadang menyebalkan itu. Chanyeol terlihat sangat bahagia. Kakaknya itu tak henti-hentinya tersenyum. Di acara kelulusan di kampus pagi tadi, Sooyoon merasa hampir semua orang memberi selamat pada Chanyeol.

Sooyoon tahu ia tidak bisa memberi hadiah yang bagus untuk kakaknya. Pagi tadi ia hanya memberi sebuket bunga. Ia ingin memberikan sebuah hadiah lain. Ia berpikir keras sepanjang acara kelulusan dan akhirnya ia memutuskan untuk memberikan sebuah CD dari penyanyi favorit kakaknya. Mungkin itu bukan hadiah yang cukup bagus, namun ia tahu kakaknya sudah menginginkan CD itu sejak lama, tiga bulan sejak diumumkan akan ada album baru dari penyanyi tersebut. Chanyeol terlalu sibuk dengan tugas akhir dan segalanya tiga bulan belakangan sehingga ia lupa ia pernah menantikan dengan sangat peluncuran album itu.

Setelah membeli CD itu, Sooyoon menunggu Byun Baekhyun di depan toko kaset. Hari ini juga Chanyeol mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan kelulusan. Chanyeol dan beberapa temannya sudah berada di restoran yang cukup jauh dari toko kaset. Sooyoon yakin ia dan Baekhyun belum terlambat untuk bergabung. Ia ingin memberikan sedikit kejutan untuk kakaknya.

Restoran tempat pesta kecil-kecilan Chanyeol itu tidak begitu besar. Itu restoran favorit Chanyeol dan teman-temannya, Chanyeol sendiri yang memberitahu Sooyoon. Chanyeol sendiri juga telah memberitahu Sooyoon bahwa pesta kecil-kecilannya akan diadakan di sana. Restoran itu kecil, memang, namun dekorasinya menyenangkan. Ada tangga undakan kecil untuk masuk ke restoran dan terdapat meja-meja kayu bundar dengan dua-tiga kursi yang mengelilinginya. Restoran itu memiliki panggung yang juga kecil, namun masih cukup untuk alat-alat musik, drum, gitar, bass, dan microphone tinggi panjang di depan panggung. Menu-menu makanan dan minuman terpampang di papan tulis hitam di dinding dan terdapat banyak lukisan di dinding, lukisan cat air, akrilik dan ada juga lukisan origami. Sekilas restoran ini memang seperti galeri lukisan. Dan di situlah sisi menariknya.

Setelah membeli hadiah untuk Chanyeol, Sooyoon juga sudah mempersiapkan sebuah cake. Ia dan Baekhyun pergi ke toko kue sebelum akhirnya pergi ke restoran tempat acara diadakan. Restoran kecil itu penuh sesak. Pengunjungnya kali ini sudah pasti teman sekelas Chanyeol. Di antara teman-teman Chanyeol yang asik berceloteh dengan serunya dan hampir sama kerasnya dengan music yang mengalun yang dimainkan oleh beberapa orang lainnya, Sooyoon menemukan kakaknya yang tinggi menjulang, sedang berdiri di sudut ruangan. Ia membelakangi Sooyoon, segera saja Sooyoon mendekati kakaknya dan menutup kedua mata kakaknya.

“Wow, wow, siapa ini?” Chanyeol terdengar terkejut. Sooyoon hanya tertawa, dan kemudian ia melepaskan tangannya. Chanyeol segera berbalik.

“Chukkahaeyo!!”

Chanyeol terkejut melihat cake besar yang ada di depannya, juga dengan lilin yang menyala. Cake besar itu berada di sebuah meja bundar kecil, tinggi dan beroda. Cahaya dari lilin itu terpantul ke wajah Chanyeol dan jelas sekali terlihat raut terkejut di sana. Ia terlihat sangat terkejut, namun juga terlihat bahagia. Sinar matanya sangat menjelaskan hal itu. Ia menatap setiap orang yang berkumpul mengelilinginya dan juga cake besar itu dengan tatapan bahagia bercampur canggung. Senyum lebarnya terlihat sedikit aneh. Saat itu Sooyoon melihat kakaknya terlihat sangat lucu.

“Tiup lilinnya, Chanyeol!” seru Jo Jinho sambil menepuk pelan punggung Chanyeol.

“Ayo, sebelum lilinnya meleleh,” sambung Kim Jongdae dengan gurauan. Mereka semua tertawa.

“Kita bisa meniupnya bersama-sama. Hari ini kita merayakan kelulusan kita,” kata Chanyeol segera. Mereka tertawa lagi dan setelah mendapat aba-aba dari Chanyeol, mereka bersama-sama meniup lilin. Mereka kemudian bertepuk tangan keras, terutama Chanyeol, Jinho dan Jongdae, yang saat itu juga terlihat seperti anak kecil.

“Oppa, chukkahaeyo!” Sooyoon menyodorkan hadiah yang sudah ia persiapkan. Chanyeol menatap Sooyoon dalam bingung. Ia menerima hadiah dari Sooyoon itu dan kemudian merangkul adiknya sesaat dan akhirnya berakhir dengan mengacak-ngacak rambut adiknya hingga berantakan.

“Yah, Oppa!” Sooyoon bersungut-sungut kesal. Chanyeol tertawa lebar. Sungguh kakaknya ini tidak bisa menghilangkan kebiasaannya membuat rambut Sooyoon berantakan. Oh ya, ia harus mengakui ia tidak suka hal itu namun disisi lain ia tahu itulah cara kakaknya menyampaikan rasa sayang. Kakaknya itu memang aneh. Dan Sooyoon juga ingat ada satu orang lagi yang sering mengacak-ngacak rambutnya.

“Apa yang kauberikan untukku ini? Ini bukan bom, bukan?” tanya Chanyeol dengan nada bergurau.

“Tentu saja bukan,” balas Sooyoon sambil menyisir rambut dengan jari. Chanyeol tertawa berderai.

“Ah, adikku baik sekali memberikan Oppa-nya hadiah di hari special seperti ini~” kata Chanyeol bahagia, menyebarkan virus-virus yang akan membuat orang lain bahagia sepertinya. Ia tampak terkesima dengan hadiah pemberian Sooyoon walaupun hadiah itu terlihat begitu sederhana. Sooyoon menahan senyum melihat ekspresi kagum kakaknya pada kotak kecil pemberiannya. Semoga Oppa menyukainya, batin Sooyoon.

“Baik sekali Sooyoon membelikan cake besar seperti ini,” kata Jongdae sambil tersenyum simpul. Ia menatap cake besar di atas meja kecil beroda itu dengan seksama. Sekilas ia terlihat ingin memakan cake itu dengan segera. Sooyoon hanya tertawa kecil.

“Seharusnya anak ini tidak berada di sini. Dia sama sekali tidak diundang.” Chanyeol menyentuh kepala adiknya. Sooyoon memasang wajah cemberut sambil melirik kakaknya. Yang lain hanya tertawa. Tawa Chanyeol tiba-tiba mereda begitu ia menyadari ada seseorang yang berdiri dekat dengan Sooyoon sejak tadi. Sooyoon melihat kakaknya sedikit terkejut, namun sedetik kemudian wajah kakaknya kembali riang.

“Oh, kau datang bersama Sooyoon? Apakah anak ini memaksamu untuk datang bersamanya?” Chanyeol melemparkan basa-basinya kepada Baekhyun. Baekhyun tertawa kecil sementara Sooyoon semakin memberengut kesal. Sebelum ia sempat berkata-kata, Jinho sudah bersuara

“Oh, kau tidak datang sendiri, Sooyoon?” ia tampak sangat terkejut. Sooyoon tidak heran Jinho terkejut seperti itu karena Jinho sendiri belum pernah bertemu dengan Baekhyun sebelumnya, berbeda dengan Chanyeol. Sooyoon tidak pernah mengatakan hubungannya dengan Baekhyun dan tanpa diduga Chanyeol sudah mengetahuinya. Ia berkata ia tahu bahwa Sooyoon punya hubungan dengan seseorang, dan orang itu adalah Baekhyun, sejak mereka pindah ke rumah tua mereka. Sooyoon sering berbicara ditelepon kepada Baekhyun dan pada akhirnya ia putus hubungan dan saat rumah terbakar, yang tertinggal di dalam adalah foto Sooyoon bersama Baekhyun.

Rasanya Sooyoon ingin tertawa mendengar kesimpulan kakaknya itu.

Tentu saja semuanya tidak sesederhana itu, bukan?

“Tentu saja adikku tidak datang sendiri, Jinho. Kau lihat, dia datang bersama pacarnya,” celetuk Chanyeol riang, ia menunjuk-nunjuk Baekhyun.

“Pacar?” Jinho dan Jongdae sama-sama tampak terkejut. “Kau tidak pernah mengenalkan kami pada pacarmu, Sooyoon,” kata Jongdae dengan takjub, ia melirik Baekhyun yang berdiri di sebelah Sooyoon.

“Ya, Jongdae benar. Kami Oppa-mu juga, bukan? Setidaknya kenalkanlah dia pada kami,” sambung Jinho, menunjuk Jongdae, menepuk dadanya sendiri pelan dan memasang ekspresi terluka. Sooyoon mau tak mau tertawa melihat ekspresi Jinho.

“Baiklah, baiklah,” sahut Sooyoon pura-pura tidak sabar,”Jinho Oppa, Jongdae Oppa, kenalkan ini Byun Baekhyun.” Ketiga pemuda itu saling menyapa dan memperkenalkan diri, dan juga berbasa-basi. Chanyeol ikut bergabung dan jadilah empat pemuda itu mengobrol dengan berisik. Sooyoon mulai tidak mengerti arah pembicaraan mereka. Akhirnya ia memutuskan untuk melihat ke sekeliling restoran. Hari ini memang hari kelulusan angkatan kakaknya, namun bukan berarti tidak ada Do Kyungsoo di sini. Kyungsoo selalu dekat dengan Chanyeol dan juga teman-teman seangkatan Chanyeol lainnya. Pasti Kyungsoo juga berada di sini, batin Sooyoon. Ia sendiri tidak memberitahu Kyungsoo ia akan datang kemari. Ia berharap ia juga dapat memberikan kejutan untuk Kyungsoo. Sudah lama ia tidak bertemu teman baiknya itu.

Setelah melihat sekeliling selama beberapa waktu, barulah ia menemukan Kyungsoo. Pemuda itu sedang berada di atas panggung dengan micropone di tangannya. Dia akan bernyanyi? tanya Sooyoon dalam hati. Ia belum pernah mendengar Kyungsoo bernyanyi. Ini pasti akan menyenangkan. Ia melambai-lambai dengan antusias pada Kyungsoo, berharap pemuda itu melihatnya dan balas melambai. Ya, pemuda itu memang melihatnya, namun ia salah mengira. Kyungsoo sama sekali tidak melambai padanya. Dari kejauhan wajahnya terlihat mengeras, kaku. Sooyoon tertegun. Ada apa dengan anak itu? Senyum di wajah Sooyoon menghilang seiring Kyungsoo menatapnya lurus-lurus, dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ia tidak pernah melihat tatapan Kyungsoo yang seperti itu sebelumnya.

 

п

 

Astaga. Do Kyungsoo menepuk dahinya dengan keras. Ia menghembuskan napas dan memejamkan mata sejenak. Sudah dua jam terakhir ia hanya duduk melipat kaki di sofa di ruang tengah apartemennya dengan pikiran melayang ke satu hal. Ya, ia sedang memikirkan tentang sesuatu. Sesuatu yang tidak pernah ia inginkan, sesuatu yang tidak pernah ia inginkan walaupun pernah ia bayangkan, sesuatu yang ia tidak pernah ingin lihat dengan kedua matanya. Tiga jam yang lalu, awal dari semua benang kusut yang ada dalam kepalanya. Kejadian itu terus terulang dalam memorinya, seperti halnya potongan sebuah film.

Kyungsoo mengusap wajah dengan gusar. Ia tidak bisa sedikitpun menghilangkan pemandangan itu dari dalam kepalanya. Pemandangan itu sungguh mengganggunya, sungguh mengganggunya.

Gadis itu datang bersama seseorang.

Seandainya ia hanya melihat gadis itu, teman baiknya, sebagai teman, ia tentu tidak akan segusar ini. Sejak awal ia memang tidak pernah melihat gadis itu sebagai teman. Sejak awal ia memang melihat gadis itu dengan cara yang berbeda. Itu masalah terbesarnya.

Ia masih ingat dengan jelas obrolan para Sunbae-nya dua tahun yang lalu.

“Aku terlalu sibuk dengan urusan kampus sampai-sampai aku tidak punya waktu untuk urusan lain.” Chanyeol menggelengkan kepala sambil menaruh setumpuk folder di meja di depannya. Ia berkata dengan nada mengeluh bercampur gurau. Ia tidak benar-benar mengeluh tentang apa yang barusan ia katakan. Orang-orang tidak akan pernah tahu kapan Chanyeol serius. Ia tidak pernah terlihat serius.

“Kenapa, Chanyeol? Urusan apa yang tidak sempat kau urus?” goda Jinho. Ia tertawa kecil di sela-sela kesibukannya mengedit laporan penelitian di komputer.

“Ah, adikku,” jawab Chanyeol. “Kau tahu kan aku dan adikku selalu pergi bersama untuk berbelanja bahan makanan? Pekerjaanku di sini belum selesai dan aku bilang padanya mungkin aku tidak bisa melakukan tugasku untuk berbelanja. Aku menyuruhnya untuk pergi sendiri menggantikanku. Sudah jelas dia kesal padaku.” Ia tertawa.

“Kau tega sekali pada adikmu,” sambung Jongdae yang sedang sibuk memindahkan beberapa tas berisi peralatan penelitian ke sudut ruangan,”kalian baru saja pindah ke rumah baru, bukan? Kau jelas-jelas lebih tahu area itu lebih daripada adikmu. Bisa-bisa dia tersesat bila pergi sendiri.”

Chanyeol meringis. “Aku tahu itu, Jongdae. Aku hanya bergurau padanya. Aku tidak mungkin membiarkannya pergi sendirian. Aku juga tidak tega membiarkannya sendirian di rumah. Karena itu, setiap jadwalku untuk berbelanja, aku akan mengajaknya serta.” Ia merapikan folder-folder itu. Ia berhenti sejenak kemudian merenung,”aku terkadang heran mengapa adikku terkesan tidak punya banyak teman.”

“Apa maksudmu? Apakah dia benar-benar tidak punya banyak teman?” tanya Jongdae, ia mengerjapkan mata beberapa kali, terlihat hal ini benar-benar mengejutkannya. Chanyeol hanya mengangkat bahu dan tertawa ringan.

“Mungkin hanya perasaanku saja. Aku terkadang terlalu mencemaskannya.” Ia mengusap bagian belakang kepalanya. “Usianya memang sedikit lebih muda dibandingkan teman-teman seangkatannya. Mungkin dia susah berbaur.” Ia mengangkat bahu lagi. “Aku tidak pernah melihat temannya datang ke rumah kami ataupun mengajaknya pergi. Dia juga hanya ikut satu organisasi kampus dan dia juga tidak begitu aktif. Astaga, kedengarannya aku begitu mencemaskannya.”

Jinho tersenyum. “Wajar kau mencemaskannya. Dia adikmu satu-satunya, bukan?”

Chanyeol tertawa lagi. “Mungkin karena itulah aku begitu mencemaskannya.”

“Ah, Kyungsoo, kau sebaya dengan adik Chanyeol, bukan?” celetuk Jongdae tiba-tiba. Kyungsoo yang sejak awal hanya diam mengurus perlengkapan proyek mereka besok mengangkat kepala dan menatap Sunbae-Sunbae-nya bergantian.

“Apa?” tanyanya bingung.

“Benar! Kyungsoo sebaya dengan adikmu, Chanyeol,” kata Jinho dengan nada riang.

“Ah, benar juga,” gumam Chanyeol sambil mengangguk.

Kyungsoo masih bingung dengan arah pembicaraan Sunbae-nya. “Lalu kenapa jika aku sebaya dengan adik Chanyeol Sunbae?”

“Kau bisa jadi teman baiknya, Kyungsoo. Pasti kalian akan lebih cepat akrab karena kalian sebaya,” sahut Jongdae sambil tersenyum.

“A-apa?” Kyungsoo masih tidak mengerti arah pembicaraan Jongdae.

“Benar, dengan begitu adikku akan punya teman dekat,” Chanyeol berkata dengan riang. “Kyungsoo, sebaiknya kau dekati adikku!” Katanya lagi dengan mata berbinar-binar seolah itu adalah ide yang sangat brilliant.

“A-apa?” mengapa dirinya harus mendekati adik Chanyeol?

“Mengapa kesannya kita seperti menjodohkan Kyungsoo dengan adikmu, Chanyeol?” Jinho tertawa dan menatap wajah setiap orang bergantian. Jongdae hanya meringis.

“Aku tidak keberatan adikku bersama dengan Kyungsoo.” Chanyeol ikut tertawa. Kening Kyungsoo berkerut samar. Apa maksud Sunbae-nya?

“Aku yakin kau bisa berteman baik dengan adik Chanyeol, Kyungsoo.” Jongdae menepuk pelan bahu Kyungsoo. Kyungsoo menatap Sunbae-nya heran. Ia sendiri belum pernah bertemu dengan adik Chanyeol itu. Sepertinya Jinho dan Jongdae Sunbae sudah mengenal adik Chanyeol Sunbae dengan baik, batin Kyungsoo. Sebelum ia sempat bertanya lagi, Jinho sudah berbicara

“Sooyoon itu anak yang baik. Kau pasti bisa cepat dekat dengannya.”

Sooyoon? Jadi nama adik Chanyeol Sunbae itu Sooyoon?

“Dan dia juga pintar memasak,” sambung Jongdae. “Ah, dia pernah memasak untuk kami saat kami datang ke rumah Chanyeol untuk mengerjakan tugas. Rasanya aku ingin makan lebih banyak saat itu. Tapi aku malu.” Mereka tertawa mendengar pengakuan Jongdae itu.

“Kalau kau ingin makan masakannya, datang saja ke rumahku setiap hari,” saran Chanyeol.

“Oh, benarkah? Apakah boleh?” Jongdae bertanya dengan penuh harap.

“Tentu saja tidak.” Mereka tertawa lagi mendengar jawaban Chanyeol.

 “Ah, kalian ingat lomba layang-layang itu? Ya Tuhan, desainnya!” Jinho berkata tiba-tiba dan arah pembicaraan menjadi teralihkan.

“Astaga, benar! Aku juga melupakannya!” Chanyeol mendadak menjadi panik. Ia menoleh pada Kyungsoo dengan buru-buru. “Kyungsoo, desainnya sudah selesai?”

“Tenang saja, Sunbae. Semuanya sudah beres.” Kyungsoo tersenyum kecil. Jinho membuang napas lega. Chanyeol dan Jongdae terlihat sama leganya.

“Semua proyek kampus ini membuat aku lupa dengan kompetisi layang-layang itu,” keluh Jinho sambil memijat-mijat pelipis.

“Kita tidak boleh kalah seperti kompetisi dua bulan yang lalu. Anak dari kampus sebelah itu, siapa namanya?” Jongdae berusaha mengingat-ingat.

“Maksudmu Kim Moonkyu?” sahut Chanyeol.

“Ya, ya, dia sepertinya ikut kompetisi lagi. Kita tidak boleh kalah darinya,” sahut Jinho. Ia terdiam sebentar. “Tidakkah kalian pikir kita melupakan satu hal lagi? Sepertinya kita merencanakan banyak kegiatan akhir minggu ini.” Ia menatap Jongdae, Chanyeol dan Kyungsoo bergantian.

“Ah, akan ada bazaar buku akhir minggu ini!” kali ini Jongdae yang terdengar panik. Kyungsoo kebingungan mengapa Sunbae-nya mendadak menjadi panik seperti ini.

“Tenang saja, Jongdae, Jinho. Kita akan mengurus layang-layang dan pergi ke bazaar buku,” kata Chanyeol. “Semuanya akan selesai tepat waktu, aku sudah memperkirakan proyek kita ini akan selesai dengan cepat dan setelah itu kita bisa ke bazaar buku dan membuat layang-layang.”

Jongdae mengangguk. “Semoga proyek ini selesai dengan cepat. Aku ingin refreshing.”

“Aku juga ingin refreshing dan makan masakan Sooyoon,” gurau Jinho. Mereka semua tertawa.

“Ah, aku akan memintanya ikut bersama kita ke bazaar dan memasak makan siang untuk kita,” cetus Chanyeol sambil terus tertawa. Lalu ia menoleh pada Kyungsoo dan dengan masih tertawa ia berkata,”dan saat itu kau harus mendekati adikku, Kyungsoo.”

Kyungsoo hanya mengerjap kebingungan.

 

 

“Itu, kau lihat yang datang bersama Chanyeol? Itu Sooyoon.” Jongdae memberitahu Kyungsoo. Kyungsoo memperhatikan dengan seksama arah yang ditunjukkan oleh Sunbae-nya. Seorang gadis yang mungkin tingginya sekitar 165-168 cm, berjalan berdampingan dengan Chanyeol. Gadis itu berambut kecoklatan dan sebahu, dan saat itu angin sedang bertiup, rambut menutupi sebagian wajahnya. Kyungsoo tidak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas. Jantungnya entah kenapa berdetak sedikit lebih cepat dari biasa. Dan yang lebih anehnya lagi, sekelilingnya terasa bergerak lambat, kecuali gadis itu. Kyungsoo mengerjap beberapa kali.

“Tidak begitu mirip dengan Chanyeol, bukan? Tapi mereka memiliki mata dan hidung yang sama.” Jinho tertawa ringan.

“Jadilah teman yang baik untuknya, Kyungsoo,” pesan Jongdae, ia menepuk pelan punggung Kyungsoo.

Sesaat kemudian Chanyeol dan adiknya sudah tiba di depan mereka. Kyungsoo memang melihat gadis itu kebingungan menatapnya, namun itu hanya untuk beberapa saat. Gadis itu tersenyum dan memperkenalkan diri. Saat itulah saat di mana pertama kali Kyungsoo merasakan jantungnya seperti melompat dan berdetak dua lebih cepat. Tidak, ini tidak normal.

 

“Kyungsoo? Kau di dalam?” ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. “Apakah kau punya persediaan kopi? Kopiku habis.” Suara itu terdengar lagi, disambung dengan suara tawa yang renyah. Kyungsoo hapal benar suara tetangganya. Ia beranjak, menghembuskan napas keras-keras dan berjalan menuju pintu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
morinomnom
#1
Chapter 8: Oh my god. Akhir ceritanya so sweet bgt ;_; dan rasanya kayak terbangun dari mimpi buruk. Off to your other stories~
weirdoren
#2
Chapter 8: Suho jadi org jahat ;_; tapi asli intinya ini BAGUSSSS bgttt ;;;;;;;
nora50
#3
Baekyhun fanfic?! Oh...update plizz
weirdoren
#4
oke hohoho ditunggu ^^
nammyunghee
#5
@weirdoren : mian, masih dalam proses lol~ kkk ^^;
weirdoren
#6
Updatenya pls T~T