Chapter 6

Don't you love me?

“Wendy,” Amelia memanggil Wendy untuk membantunya menyiapkan kudapan untuk menyambut Irene.

“Mengapa unnie melakukan ini, aku yakin Irene tidak akan datang,”

“Kau tidak akan pernah tahu Wendy, ayo cepat bantu unnie, kau bilang kalian akan bertemu pukul 7 bukan?, ini sudah 6.30 kau harus membantuku sedikit lagi dan bersiap.” Wendy hanya menuruti permintaan Amelia karena ia tidak ingin mengecewakan kakaknya itu.

Wendy sudah bersiap menunggu Irene dengan pakaian semi formalnya sementara Amelia yang tidak ingin mengganggu waktu Wendy memutuskan untuk keluar dari hotel dan berjalan-jalan di mall diantar oleh sekrestaris Park. Satu jam sudah Wendy menunggu Irene yang tak kunjung datang, ia tahu hal ini akan terjadi. Ia berbaring di sofa sambil menikmati makanan yang sudah disediakan oleh Amelia sambil memainkan telephone genggamnya. Tak lama, seseorang membunyikan bell pintu hotelnya.

“Irene? Kau terlambat 1 jam.”

“Maaf kan aku Wendy, tadi aku..”

“Mengunjungi Seulgi dulu baru kemari?” Irene tidak bisa menjawab, ia hanya singgah untuk menemui Seulgi dan langsung menuju hotel.

“Sebaiknya kau pergi Irene,”

“Wendy, aku mohon berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya.”

“Aku sudah memberimu kesempatan Irene, dan sepertinya Seulgi masih menjadi prioritas untamamu.”

“Seulgi sudah memiliki kekasih Wendy dan aku hanya ingin mendukungnya, karena ini sangat penting baginya.” Wendy menertawakan ucapan Irene.

“Kau dulu juga memiliki kekasih Irene, yang membutuhkan mu di saat-saat penting bagi dirinya, dan kau tidak pernah memberikan itu pada kekasihmu. Sadarlah Irene, aku tidak ingin memaksa dirimu untuk memilihku, karena kau selalu memilih Seulgi.”

“Itu tidak benar Wendy, aku mohon,”

“Maaf Irene, aku sudah memberikan kesempatan padamu dan kau menyia-nyiakan hal itu,” Wendy melihat Irene menangis di depan pintunya karena Wendy tidak ingin Irene kembali masuk dalam kehidupannya setelah berkali-kali gadis di hadapannya ini mengecewakan dirinya.

“Sebaiknya kau pulang Irene,” Wendy menutup pintunya dan masuk ke kamar untuk menenangkan dirinya yang kembali kecewa.

Amelia datang bersama sekretaris Park yang membawa beberapa barang yang ia beli sebelum kembali ke Paris bersama Wendy. Sesampainya ia di kamar hotel, ia menemukan Irene yang meringkuk kedinginan dengan pakaiannya yang agak sedikit pendek.

“Irene ssi?” sekretaris Park segera membuka pintu kamar dan meletakkan belanjaan Amelia. Ia segera mengangkat Irene yang sepertinya tertidur dengan tubuh yang sangat dingin.

“Apa yang kau lakukan unnie?,” Wendy kesal melihat sekretaris Park meletakkan Irene di atas tempat tidur Wendy atas suruhan Amelia.

“Dia adalah kekasihmu, mengapa kau biarkan ia di luar.”

“Ia bukan kekasihku unnie,”

“Tetap saja kau mengenalnya, urus ia dengan baik.”

“Aku tidak mau, unnie saja yang mengurusnya, bukankah unnie yang membawa ia masuk.”

“Wendy!” Amelia memanggil Wendy yang keluar dari kamar hotel mereka dan entah pergi ke mana.

“Wendy.. aku mohon…” igau Irene yang tubuhnya cukup panas karena demam. Amelia berusaha menyadarkan Irene.

“Irene ssi.” Irene perlahan membuka matanya dan ia melihat Amelia di sampingnya.

“Aku di mana?”

“Kau ada di kamar hotel Wendy.”

“Wendy.. di mana Wendy aku ingin bicara padanya.”

“Aku sudah menghubungi Wendy, sepertinya ia memesan kamar lain.” Irene menangis dan merasakan tetesan air matanya menjadi hangat karena tubuhnya yang demam.

“Aku benar-benar mengecewakannya.”

“Apa kau ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi?” Irene menceritakannya, dan Amelia bisa marasakan kekecewaan adik sepupunya itu. Namun dari yang ia lihat Irene tidak berhenti menyebut nama Wendy di dalam tidurnya.

“Apakah kau benar-benar mencintai Wendy Irene ssi?”

“Aku masih sangat mencintainya Amelia ssi, dan aku tahu kalau aku kembali mengecewakannya.”

“Aku faham perasaanmu dan Wendy, tapi Irene ssi, Wendy sudah banyak mengalami kekecewaan dalam hidupnya. Dan ia berharap kau lah orang terakhir yang tidak akan mengecewakannya. Dan kau melakukan apa yang tidak ingin Wendy rasakan, aku rasa Wendy tidak akan menerimamu lagi jika kau tetap menemui Seulgi dan menjadikan gadis itu prioritas utamamu.” Amelia memegang pundak Irene.

“Istirahatlah malam ini di sini, aku akan berada di kamarku jika kau membutuhkan sesuatu.”

Wendy kembali ke kamarnya setelah pagi menjelang, ia membuka pakaiannya hendak menuju kamar mandi dan ia berteriak saat Irene melihatnya yang hampir setengah telanjang karena Wendy hanya mengenakan bra dan celananya masih utuh.

“Maaf,” ujar Irene yang tersipu malu.

“Mengapa kau masih di sini, seharunya kau sudah pergi kemaren malam.”

“Aku tak percaya Wendy Son mengatakan hal itu pada seorang gadis yang sedang sakit.” Amelia masuk ke kamar Wendy dengan membawa obat dan bubur untuk Irene. Wendy menghembuskan nafasnya kasar dan mengambil handuk dan robe mandinya untuk segera masuk ke kamar mandi.

“Maafkan perkataan Wendy Irene ssi.”

“Sepertinya anda dan Wendy sangat dekat.”

“Ya, kami memang cukup dekat setelah Wendy pindah ke Kanada untuk menyembuhkan patah hatinya. Aku adalah kakak sepupu Wendy sekaligus mentornya.” Ada sebuah kelegaan di dalam hati Irene setelah mendengar penjelasan itu.

Wendy akhirnya keluar dari kamar mandi dan segera kembali masuk setelah mengambil beberapa pakaian yang akan ia pakai. Ia keluar kamar dengan pakaian santai, karena memang hari ini ia akan mengunjungi beberapa tempat bersama Amelia sebelum besok kembali ke Paris. Ia sama sekali tidak menghiraukan Irene yang ada di kamarnya, ia bahkan tidak menegur Irene. Dan hal itu membuat Irene sadar seberapa besar ia menyakiti Wendy.

“Unnie, mengapa kau belum bersiap-siap?”

“Bagaimana aku bisa meninggalkan tamu Wendy?”

“Telpon saja tuan Bae dan meminta supir untuk menjemput putrinya. Aku tidak menginginkan ia merusak jadwal kita berkeliling unnie.”

“Wendy ah, sejak kapan kau bersikap dingin seperti ini pada seseorang, terlihat seperti bukan dirimu.”

“Maafkan aku unnie,”

“Temani Irene sebentar, kau pastikan ia baik-baik saja dan setelah itu kita akan pergi.”

“Baiklah.” Wendy seperti seorang anak yang dimarahi oleh ibunya, segera menuju kamarnya dan melihat Irene yang tertunduk sambil menangis, karena mendengar percakapan Wendy dengan Amelia.

“Maaf, kau harus mendengarnya,” Irene masih menunduk dan terus menangis. Wendy merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Irene. Ia perlahan menganggkat rambut Irene dan melihat wajah gadis itu.Wendy menarik dagu Irene dengan lembut agar bisa memandang wajahnya.

“Apa mau aku panggilkan Seulgi, agar ia menjemputmu?” Irene menggelengkan kepalanya.

“Irene ah, sebaiknya kau pulang karena aku yakin orang tua mu akan mencarimu.”

“Apakah kau begitu membenciku Wendy, sampai-sampai kau tidak ingin aku lama-lama berada di sini?” Wendy tidak pernah membenci Irene, ia hanya kecewa padanya, dan rasa kecewa itu membuatnya sangat tidak ingin melihat Irene saat ini.

“Besok aku akan kembali ke Paris, apa kau mau menghabiskan waktu bersamaku dan Amelia unnie?” Wendy yang merasa tidak enak pada Irene entah mengapa menanyakan hal itu pada Irene.

“Jadi kau akan kembali ke Paris?”

“Ya besok,” Irene memeluk Wendy erat.

“Sepertinya aku tidak memiliki kesempatan sama sekali.” Ujarnya sambil menangis.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Hai guys happy Wenrene day.
Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Aku tahu cerita ini masih banyak kekurangannya.
I hope you guys still like it.

Comments

You must be logged in to comment
Nazrif
#1
Chapter 12: Thank you for share and make this beautifull story about wenrene i like it ,youre awsome😍😍👏👏💙💖🙏😊
_SWenRene
#2
Chapter 12: Waaa bagus sekali cerita ini!!! Terima kasih otornim. Tapi iya ada kecewa sikit di chapter terakhir, i didn't see the chapter will be short. When I read 1st paragraph that told already 3 years after, I already imagine they came together with their child perhaps? Hehehe. And maybe a little bit more they having fun together. Hrmm it ended to early. BUT IT OKAY, IT STILL A GOOD STORY. I LIKE IT!! THANK YOU AGAIN FOR THIS BEAUTIFUL STORY. Take care and stay safe otornim